webnovel

ILY PARIS

Auliya Marie adalah seorang gadis cantik penggila travelling sekaligus selebgram terkenal yang membuatnya harus menerima endors untuk ke Paris. Tapi siapa sangka kedatangannya ke Paris justru membuatnya jatuh cinta dengan kota Royan, hingga dia dipertemukan dengan dokter tampan. Dallas Camelo, seorang dokter tampan yang berasal dari Swiss. Karena perjodohan yang diinginkan orang tuanya membuat dia terpaksa harus mengambil kontrak pekerjaannya sebagai dokter bedah di Paris. Cinta mereka bersemi ketika sebuah tragedi kecelakaan tak terduga mempertemukannya. Dallas yang tampan berkesan dingin tak tersentuh membuat siapapun tak berani mendekatinya, hanya mampu mengagumi dalam diam. Namun, siapa sangka seorang selebgram cantik berani dan berusaha mendekatinya. Mampukah Auliya mencairkan sifat dinginnya Dallas? Akankah Dallas membuka hati untuk Auliya? Bagaimana kisah selanjutnya?

Luluk_Alifah · 青春言情
分數不夠
7 Chs

I LOVE YOU PARIS

Seorang pria tampan baru saja keluar dari dalam pesawat. Kaca mata hitam yang masih bertengkar manis dihidung mancungnya, alisnya yang tebal, rahang tegas dan bibir tipisnya membuat siapapun terpesona. Pria itu melepas kaca matanya menampilkan sepasang mata abu-abu yang tajam tak luput dari tatapan dingin dan wajah datarnya. Banyak yang terkagum-kagum saat melihat ia berjalan keluar bandara.

"Ya Tuhan, dia tampan sekali!"

"Wow, sungguh tampan seperti titisan dewa Yunani."

Begitulah bisikan maupun secara terang-terangan mereka mengatakannya, pria tampan itu hanya berjalan acuh tak memperdulikannya.

Sebuah mobil Renault berwarna putih telah menunggunya seakan-akan tau majikannya segera datang. Seorang supir menghampiri dan mengambil alih barang bawaan.

"Selamat datang di Paris, monsieur." sambutnya ramah lalu membuka pintu mobil untuk tuannya.

Pria itu hanya mengangguk sekilas, kemudian memasuki mobil. Mobil Renault melaju membelah jalanan kota Paris.

Didalam mobil suasana nampak tenang, pria tampan itu menatap lurus jalanan tanpa ekspresi.

Tiba-tiba...

Suara deringan berbunyi, pria tampan itu tersentak dan melihat ponselnya.

Kepala rumah sakit Calling

Pria tampan itu mengambil benda pipih yang ia letakkan di dasboard sedari tadi lalu menggeser tombol hijau, tak lama langsung terhubung.

"Bonjour?"

"Hallo? Apa kau sudah tiba di Paris?"

"Ya, ada apa?"

"Mr. Oji Keiko, Kepala rumah sakit Saint Louis Ap-Hp ingin segera menemui mu. Jadi sekarang kau langsung saja kerumah sakit."

"Baiklah."

"Ku tutup teleponnya, semoga harimu menyenangkan dokter Dallas Camelo."

Tut

Sambungan telepon pun tertutup.

Dallas menghela nafas pelan, "Antarkan aku ke rumah sakit Saint Louis Ap-Hp."

"Baik, Tuan."

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit.

***

Auliya POV

"Bisakah kau antarkan ke tempat yang bagus disini?" tanyaku kepada supir berada disamping aku.

Sang supir hanya mengangguk kan kepala.

"Tempat apa itu?" ucapku antusias. "Sudah seminggu aku disini, tapi belum banyak tempat yang aku kunjungi." keluh aku.

Supir tak berniat menanggapi dan hanya melirik sekilas aku lalu tatapan matanya fokus kearah jalanan.

"Hmm, boleh aku bertanya?"

Supir itu hanya diam.

"Aku rasa tidak?" ujarku pada diri sendiri.

Sang supir masih saja diam tak berkutik dengan semua ocehan aku.

Tak berselang lama mobil Jeep yang aku tumpangi berhenti. Aku menatap sang supir dengan tatapan bertanya.

"Kita sudah sampai nona." ucap sang supir.

"Tempat apa ini?" mata aku melihat sekeliling yang nampak aneh menurut-ku, tak sengaja aku melihat papan nama bangunan itu. Seketika mataku membola, "Kau yakin? Membawaku ke rumah sakit?" pekikku menatapnya tak percaya.

"Bukan nona." jawabnya sopan.

"Tapi kenapa kau berhenti disini?"

Supir Korea itu menunjuk bangunan di sebelah kirinya bertuliskan Dans le noir, "Kita akan kesana nona, sebuah restoran yang unik dinegara ini." jelasnya.

"Apa kau yakin?" aku berusaha mencari kebohongan dimatanya, namun hasilnya nihil. Dia benar-benar jujur.

"Saya tau nona, bangunan ini terlihat biasa-biasa saja tapi saat anda memasuki restoran itu sungguh luar biasa. Restoran itu akan menyuguh kan suasana yang unik dan mengutamakan konsep permainan panca Indra, mengajak para pelanggan untuk tidak menggunakan penglihatan dan berfokus pada Indra penciuman, perasa, peraba, dan pendengaran."

Binar mataku langsung mengembang, "Menarik, baiklah kita kesana." putusku dengan terburu-buru lalu membuka pintu mobil, berlari ke tepi jalan hendak menyebrang namun...

Tetttttt...

"Aaaaaa!!!" jeritku spontan.

"Nona, AWAS!!!" teriak supir muda itu menangkap tubuhku. Kami terguling beberapa kali, supirku mendekap aku sangat erat.

***

Dallas POV

"Bisakah kau cepat sedikit?" ujarku yang merasa terlalu lama berada didalam mobil.

"Baik Tuan." balasnya sopan lalu menancap gas menjadi lebih cepat.

Aku tak henti-hentinya mengotak-atik ponsel dan juga membaca beberapa pesan dari orang tuaku maupun rekan kerja.

"Apakah masih lama?" tanyaku tiba-tiba.

"Sebentar lagi tuan." jawabnya.

Aku mengalihkan tatapan dari ponsel yang membuat mataku terasa panas. Aku memilih menatap lurus ke arah jalan. Pikiranku saat ini berkecamuk tentang perjodohan yang dilakukan orang tuanya.

Tetttttt....

Suara klakson mobil yang aku ditumpangi  memekik telinga bahkan membuyarkan lamunanku.

Cittttttt

Mobil itu berhenti diiringi suara decitan ban mobil.

"Ada apa?" tanya aku bingung yang melihat supir-nya mengerim tiba-tiba.

"Aku rasa kita mempunyai sedikit masalah tuan." ucapnya yang nampak cemas lalu keluar dari dalam mobil.

Mata aku mengikuti ke mana supirku pergi, seketika mataku terbelalak melihat supir yang tengah dimarahi seorang gadis cantik di sana. Aku keluar dari dalam mobil menyusul supir.

"Apa kau tak bisa menyetir tuan! Kau hampir saja membunuh kami berdua! Lihatlah supirku terluka!!!" murka gadis itu.

"Maaf nona, kami sungguh tidak sengaja."

Suara itu terdengar jelas oleh aku saat berjalan mendekatinya.

"Maaf kan kami nona, sungguh kami tidak sengaja." ujar supirku. "Tuan?" kagetnya saat melihat aku berada tepat disampingnya.

Aku melihat luka dilengan pria yang menyelamatkan gadis itu, entah kenapa aku merasa tak tega, "Biar aku obati." ucapku walau terkesan dingin lalu menatap gadis itu. "Ambilkan aku kotak obat di tasku." perintahku kepada supir.

"Baik Tuan." balasnya berlalu pergi.

Gadis itu membantu pria-nya berdiri.

"Nona, saya bisa jalan sendiri." kata pria itu, walau ia berusaha menahan rasa sakit di bagian lengannya yang nampak mengeluarkan darah banyak akibat goresan besi berkarat tiang lampu yang membuat lukanya menganga.

"Kau ini sedang sakit, jadi biarkan aku membantumu. Lagi pula kau telah menyelamatkan nyawaku." balas gadis itu masih membantu pria-nya berdiri.

Aku hanya menatap mereka dingin.

Kalau dilihat-lihat mereka bukan berasal dari negara ini. Apa mungkin seorang turis dari Asia? Dia sangat cantik! Kenapa aku memikirkan gadis itu batinku bertanya-tanya.

Gadis itu membawanya kesalah satu bangku yang berada didekat mereka.

Tak lama supirku datang, "Ini Tuan." sambil memberikan kotak obat kepada aku.

"Permisi nona? Saya harus mengobatinya."

Gadis Asia itu hanya mengangguk membiarkan aku mengobati pria-nya.

Beberapa menit kemudian aku selesai mengobatinya, tinggal memakaikan perban dilengan pria gadis Asia itu.

"Selesai." ujarku tiba-tiba. "Lukanya tidak terlalu parah, aku sudah menjahitnya, luka ini akan mengering dalam beberapa hari." jelasku.

"Apa kau seorang dokter?" tanya gadis Asia.

Aku hanya mengangguk singkat, "Aku rasa tugasku sudah selesai, saya permisi." pamitku.

"Nona sekali lagi saya minta maaf." ujar sang supirku.

Gadis Asia itu mengangguk.

"Kalau begitu saya pamit nona." pamit supirku lalu mengekori aku.

Dallas POV End

Mobil Dallas melaju memasuki parkiran di rumah sakit.

Auliya memperhatikan mobil pria itu yang telah memasuki kawasan rumah sakit.

"Dia memang seorang dokter." gumam Auliya pelan.

"Nona? Hari sudah mulai malam, apakah kita tak sebaiknya-"

"Kita pulang sekarang." potong Auliya cepat. "Tapi aku saja yang menyetir." tambahnya.

"Tapi-"

"Kau kan sedang sakit, jadi biar aku saja yang menyetir. Kemarikan kuncinya!" kekuh Auliya keras kepala.

Sang supir hanya menurut dan memberikan kunci mobilnya.