Aku mendengar, lalu memperhatikan raut Dilan yang sangat gelisah. Di samping dirinya berdiri, Yuna mulai tampak terikut terbawa emosi yang serupa. Bukankah ini pertanda sangat buruk? Atau hanya salah paham saja?
Aku mendengar rintihan tangisan yang benar-benar dibuat serius oleh Riffat dari dalam ponsel Dilan.
"Emira, aku harus cepat kembali ke rumah," putus Dilan tergesa-gesanya.
"Apa aku juga harus ikut?!" tanyaku ikut khawatir akan hal semacam itu.
"Tidak usah, tidak akan terjadi apa-apa."
Dilan pun tak lagi melanjutkan percakapannya, malah bergegas pergi menuju pintu kemudi, sedangkan Yuna pun ikut berlari menuju kursi dengan cepat. Wajahku seketika berubah ketika melihat kepergian mereka yang tampak kurang baik.
Tap!
Tap!
Tap!
Aku mendengar langkah kaki cepat ke arahku. Wajahku pun segera berbelok ke sumber suara.
"Paman," sapaku.
Yang ternyata itu adalah pamanku.
"Kenapa Dilan begitu tergesa-gesa?" tanya pamanku penasaran.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者