webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 31

Nada mengerjap-ngerjapkan matanya, padangannya yang kabur mulai terlihat jelas, dan ketika seluruh kesadarannya telah pulih ia baru menyadari bahwa saat ini ia berada di tempat yang tidak ia kenali. Nada bangkit dari duduknya, pusing di kepalanya semakin terasa, ia berusaha menenangkan dirinya saat tiba-tiba saja pintu kamar yang ia tempati terbuka dan muncul sesosok wanita berpakaian seperti seragam pelayan.

"Anda sudah bangun nona? Apakah anda pusing, silahkan diminum air ini" ucapnya seraya memberikan segelas air, Nada tidak serta merta menerima begitu saja, ia bahkan tidak mengenali perempuan itu. Dan pula dimana dia saat ini? Apa yang terjadi pada dirinya? Hingga langitpun tampak sudah berganti warna. Nada mecoba mengingat, terakhir yang dia ingat, dia berada dirumah sakit sedang memeriksa kandungannya lalu.... Nada menutup mulutnya dengan tangan, ia mulai ingat bahwa dirinya kembali pingsan saat ia bertemu pria brengsek itu.

"Dimana dia? Apakah aku berada dirumahnya?" Tanya Nada cepat, ia yakin pelayan itu mengerti maksud Nada.

"Tuan di depan Nona, dia tidak bisa masuk karena menurut Tuan anda pasti jatuh pingsan lagi saat melihatnya. Jadi saya akan membantu nona selama tinggal disini." Mendengar jawaban pelayan itu Nada lantas membelalak, ekspresi terkejutnya tidak bisa ia tutupi. Ia turun dari ranjang besarnya, sedikit tertatih ia beranjak menuju pintu. Namun langkahnya benar-benar dihambat pelayan yang mencegahnya keluar.

"Anda tidak bisa keluar sebelum anda bisa berbicara dengan tuan"

"Apa?!??" Nada tampak marah, wajahnya berubah kemerahan, bibirnya terkatup kuat menahan emosi. Tubuhnya yang lemas semakin melemah, ia hampir saja jatuh jika saja pelayan itu tidak buru-buru menyangganya "Memangnya kau siapa? Aku tidak bisa disini! Aku harus kembali, suamiku pasti mencariku. Minggir"

"Maaf nona, saya tidak bisa membiarkannya" pelayan itu tetap pada pendiriannya, ia sebenarnya merasa kasihan pada wanita didekapannya ini, karena ia melihat wajah Nada sangat pucat, bibirnya pecah-pecah, bahkan bulir keringatnya yang sebesar biji jagung terlihat jelas dikeningnya mengalir begitu deras. Nada tampak menahan rasa sakitnya. Tapi ia bisa apa? Ia hanya seorang pelayan yang harus menjalankan tugasnya dengan baik. Dan tugas untuk tidak membiarkan Nada pergi adalah menjadi tanggung jawabnya. Maka dengan perlahan ia membawa Nada kembali berbaring diatas ranjang. Sementara itu Nada yang memang kondisinya terlalu lemah hanya bisa pasrah mendapati dirinya untuk dibaringkan diatas ranjang. "Dimana pria itu!!!!!"

"Anda ingin bicara padanya?"

"Ya!!! Cepat panggil dia!! Aku harus keluar dari sini"

Rafael tersenyum sinis, tangannya bersidekap didepan dada. Pandangannya lurus kedepan dimana Nada tengah meringkuk ketakutan.

"Kau masih takut padaku Nada, dan kau ingin kita bicara?" Rafael mendengus, sungguh ia tidak ingin Nada ketakutan seperti itu, yang ia inginkan hanya bicara baik-baik dan yang pasti Rafael ingin minta maaf pada perempuan itu, ia sangat menyesali perbuatannya. Tapi selalu tidak pernah ada kesempatan untuknya bicara, bahkan melihatpun Nada enggan melakukannya. Jadi jangan salahkan Rafael jika dia harus melakukan cara ini "Lupakan! kita akan bicara saat kau setidaknya berani menatapku"

Rafael berputar, ia hendak meninggalkan ruangan itu tapi sampai saat kakinya menapaki langkah kelima, Nada berteriak menghentikannya. "Ti-tidak tunggu!!! Keluarkan aku dari sini" pun begitu ia masih meringkuk disudut sana. Dan melihatnya membuat Rafael mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Tidak!" Sahut Rafael cepat, hanya itu yang ia katakan, dan ia benar-benar meninggalkan Nada dengan pekikan frustasi.

"Tuan hanya akan membuatnya semakin membenci tuan" Robby menghentikan Rafael ketika pintu itu telah tertutup sempurna. Gedoran pintupun terdengar begitu keras. Rafael memejamkan matanya, rahangnya mengeras mendengar teriakan Nada didalam sana, semua teriakannya semakin menyadarkannya bahwa ia telah menyakiti Nada hingga Nada begitu terluka.

"Aku tidak peduli! Tidak ada cara lain yang bisa kupikirkan selain ini. Aku telah mendapatkan kesempatan paman! Dan aku tidak akan menyia-nyiakannya"

"Tuan harus bicara baik-baik dengannya"

"Sudah kulakukan!! Tapi dia melihatku saja ketakutan begitu!! Sudahlah, itu urusanku paman, bagaimana Devian? Dia menemukan kita?"

"Belum, sepertinya tuan Devian belum tahu istrinya bersama tuan"

"Sebut saja Nada!! Aku tidak ingin mendengar kau menyebutnya istri Devian. Mendengarnya hanya membuatku kesal!" Tanpa mengeluarkan ekspresi Robby bergumam meminta maaf. Tapi Rafael tahu Robby tengah gelisah, dan ia tahu apa penyebabnya, hanya saja Rafael tidak ingin mempedulikannya.

"Kau yakin tempat ini aman Robby?" Robby mengangguk dengan pasti "Ya Tuan, tuan Devian tidak akan bisa menemukan anda"

"Bagus" sahut Rafael cepat, Robby memandangnya dengan perasaan gelisah, entah apa yang akan dilakukan tuannya, Robby berharap semua akan baik-baik saja.

✖️✖️✖️

"Kau menghindariku Devian!!" Teriak Clara diruangan besar kantor Devian, suaranya membahana memekak telinga. "Clara aku sedang sibuk" ungkap pria itu tanpa menolehkan wajahnya, ia disibukkan berkas-berkas di mejanya, sebenarnya pikirannya sejak tadi hanya tertuju kepada Nada, istrinya kini menjaga jarak dengan dirinya, Devian cemas, ia merasa khawatir Nada takkan memaafkannya dan meninggalkannya. Terlebih seharusnya hari ini ia menemani Nada memeriksa kandungannya. Tapi perempuan ii beresikeras melarangnya. Sial! Dia harus bicara lagi dengan Nada.

"DEVIAN!!!!"

"BISAKAH KAU DIAM!!" Clara terkesiap, matanya berkedip beberapa kali, memastikan diri bahwa Devian tidak benar-benar membentaknya, pria itu tidak pernah melakukannya, dan berapa kalipun ia berpikir, itu jelas sekali bahwa Clara baru saja dibentak.

"Kau membentakku Devian?" Pria itu tampan itu memijit pangkal hidungnya, kepalanya pening dan dia tidak ingin diganggu hari ini. Dan Clara benar-benar semakin mengacaukan harinya.

"Maafkan aku Clara, tolong jangan ganggu aku dulu. Aku sedang sibuk"

"Bohong!! Aku tahu kau sedang memikirkan perempuan itu bukan? Kau mulai menyukainya Devian! Kau menghindariku beberapa hari ini. Kau selalu sulit kutemui—-

"Clara please!! Jangan membahasnya sekarang aku sungguh sedang sibuk!" Devian bangkit dari duduknya. Ia ingin menghindar lagi dari Clara, dan tepat pada saat kakinya melangkah menuju pintu, ponselnya di kantong berbunyi, dengan ragu pria itu mengangkatnya, sebab yang menghubunginya adalah supir istrinya Nada.

"Ya"

'Tu-tuan maaf.. nona Nada tidak ada dirumah sakit. Saya sudah menunggunya beberapa jam, tapi nona Nada tak kunjung keluar, setelah menemui dokter Kira ternyata nona Nada sudah tidak ada diruangan dokter' sahutnya diseberang sana, membuat Devian sontak berteriak. Clara yang berada di ruangan sampai terkejut mendengarnya

"APA!!?????! KENAPA KAU BISA SEBODOH ITU! Cari Nada kemanapun atau kau menanggung akibatnya!"

Tanpa menunggu jawaban, Devian memutuskan panggilannya sepihak, dan tanpa mempedulikan kehadiran Clara ia bergegas mengambil kunci mobilnya tak lupa menghubungi Reyhan sebelumnya untuk mencari keberadaan Nada.

"Kau mau kemana Devian!" Clara mencegah Devian, ia mencengkram lengan pria itu

"Kau sudah mendengarnya" sahut Devian dingin, "Tidak ku izinkan kau mencarinya Devian" Clara semakin mencengkramnya dengan kuat, pria itu melirik lengannya kemudian menghempasnya, tidak ada waktu untuk mengurusi Clara, ia harus segera mencari istrinya "Kau tidak berhak!" Setelah berkata begitu, Devian benar-benar meninggalkan Clara yang berteriak histeris memanggil namanya.