webnovel

I beg You.. Please Love me!!

Cerita ini adalah seri kedua dari pernikahan kontrak “MY PRECIOUS HUSBAND” bukan sebuah lanjutan dengan karakter yang berbeda.. Hidup Nada hancur seketika pada saat malam yang mencekam. Ia putus asa merasa membunuh dirinya sendiri adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaannya. Sampai pada saat ia ingin melompat dari jembatan penyebrangan ia dipertemukan dengan ibu penolong kehidupannya. Ibu merawat Nada dengan baik dan menjodohkannya pada anak laki-lakinya. Nada tentu saja menolak pada awalnya, tapi karena merasa hutang budi, mau tak mau ia menyetujuinya. Lalu sampailah ia pada pernikahan tanpa dasar cinta, ia senang bisa membalas budi tapi itu tidak cukup menutupi penderitaan yang dirasakannya setelahnya. Suami yang dinikahinya sangat membenci Nada, ia memperlakukan Nada dengan buruk dan merasa Nada merenggut semua kebahagiannya. lalu hal buruk lainnya menimpa Nada, dengan ketegaran hatinya ia menghampiri suaminya. Menatap sorot tajam yang selalu merendahkannya dengan hati-hati dan mengucapkan sebuah permohonan. “Aku...aku akan melepaskanmu, bertahanah hanya sampai aku melahirkan bayi ini. Hingga sampai pada saatnya kumohon.. kumohon bersikap baiklah padaku”

Cindelvi · 历史言情
分數不夠
36 Chs

Chap 11

Semua wartawan dari berbagai media tiba-tiba saja mengerubungi ketiganya setelah Clara menyapanya dan memberikan selamat atas pernikahan mereka berdua, tentu saja kejadian ini akan menjadi berita yang menggemparkan, dimana mantan Devian, Clara artis terkenal saat ini menghadiri pernikahan pria yang dulu dicintainya.

"Selamat Devian atas pernikahan kalian, kalian tampak serasi.." katanya melirik tangan Devian yang bertengger di pinggang Nada. Mengetahui arah pandang Clara, Devian buru-buru melepasnya dengan canggung. Pria itu juga tak membalas ucapan Clara, hanya memandang Clara dengan pandangan rasa bersalah. Clara tersenyum sungguh akting yang dilakukan wanita itu luar biasa hebatnya. Sehingga orang-orang yang melihatnya pasti beranggapan bahwa mereka memiliki hubungan yang baik kendati hubungan asmara mereka telah kandas, tapi yang sebenarnya terjadi adalah baik Devian maupun Nada, mereka dapat melihat ekspresi sedih di wajahnya. Mungkin kalau tidak ada wartawan dan para tamu, saat ini Clara sudah meraung-raung meratapi kekasih hatinya direnggut wanita lain yang bahkan tidak mereka ketahui sebelumnya.

"Terima kasih sudah memenuhi undanganku Clara" suara ibu mengalihkan seluruh pasang mata yang ada disana. Devian mengernyit pantas saja Clara berani menunjukan wajahnya kesini, ternyata semua ini ulah ibu? Padahal Devian sengaja tak mengatakan apapun tentang acara ini, ia tidak ingin menyakiti Clara, tapi ibunya sudah bertindak cukup jauh. Devian mengepal menahan amarahnya, Claranya tidak pantas diperlakukan seperti itu. Tapi apa yang harus ia lakukan? yang menyakiti wanita yang dicintainya adalah ibunya sendiri, Devian takpunya kuasa untuk melawannya.

#Flashback On

"Kau harus datang ke pesta pernikahan Devian dan Nada!" Ucap Tetia ibu Devian di hadapan Clara yang menundukkan wajahnya, mereka berada di sebuah Cafe. Duduk di sudut ruangan dimana suasana cafe cukup sepi karena mereka datang bukan saat jam makan siang, sehingga mereka bisa berbicara dengan leluasa tanpa ada seorangpun yang bisa mendengar. Clara masih terdiam, ia ingin menjawab tidak tapi tentu saja wanita dihadapannya akan menolak.

"A-aku sudah membiarkannya menikahi wanita lain" Jawab Clara pada akhirnya, ia tidak mau datang ke pesta itu lalu melihat pria yang dicintainya menikahi wanita lain. Tetia mengernyit tak suka, alisnya terangkat menatap jengah pada Clara. Merasa kesal dengan sikap yang diperlihatkan padanya.

"Membiarkan? Devian memang seharusnya tak menikahimu Clara. Aku tidak perlu izinmu untuk menikahkan puteraku, berani sekali kau bisa mengatakan membiarkannya."

"Ka-kalau begitu tidak ada keharusan untukku datang"

"Ada! Tentu saja ada, kau harus datang. Aku ingin kau datang, agar media tahu bahwa kalian benar-benar telah berakhir"

Ya Tetia memang sengaja melakukannya, ia mengenal Devian dengan baik, jika Clara datang dan media meliput, Devian akan kesulitan untuk kembali kepada Clara. Sebab Devian akan melakukan apapun agar citranya tetap dipandang baik, jika pria itu berhasil mengakhiri hubungannya dengan Nada suatu saat nanti maka dia akan tetap kesulitan kembali pada Clara. Jelas saja orang-orang pasti mengira bahwa mereka masih menjalin hubungan dibelakang Nada. Kemudian akhirnya citra Devian hancur seketika.

"Kenapa tante beresikeras memisahkan kami? Ka-Kami saling mencintai tante" Tetia mengepalkan tangannya, terlihat ia berusaha menahan diri untuk tidak menampar perempuan tidak tahu diri dihadapannya.

"Bukankah seharusnya kau tahu kenapa aku seperti ini? Kau tanya pada dirimu sendiri Clara"

"Aku sudah berubah" ucapnya lirih

"Berubah? Berhenti bicara omong kosong. Aku masih berbaik hati untuk tidak membocorkan rahasiamu pada Devian"

Tetia bangkit dari duduknya, ia merasa sudah cukup menyampaikan maksudnya. "Kuharap kau benar-benar datang Clara, atau Devian akan mengetahui semuanya"

#Flashback Off

"Y-ya tante, tentu saja saya pasti datang" ucapnya begitu pelan dengan bibir bergetar, sebenarnya sejak awal ia tidak ingin datang, ia tahu ini akan menyakitinya tapi pertemuannya dengan ibu Devian kemarin membuatnya terpaksa datang kemari. Clara melihat ibu Devian tersenyum dan mendekatinya, ia merangkul Clara. "Bukankah kita seharusnya berfoto bersama?"

✖️✖️✖️

Devian menekan passcode rumah miliknya, dengan Nada dibelakangnya yang terlihat gusar. Acara baru saja selesai, awalnya Tetia meminta Devian dan Nada untuk tinggal dirumah Tetia hanya untuk beberapa hari tapi Devian memaksa untuk tinggal dirumahnya sendiri dengan alasan agar mereka bisa cepat saling mengenal. Merasa alasan Devian cukup masuk akal, maka dengan perasaan berat Tetia akhirnya mengiyakan.

Lalu bunyi tut pada alat itu pertanda kunci telah berhasil dibuka, Devian masuk lebih dulu, tapi Nada yang ragu, ia hanya berdiam diri didepan sana sampai Devian harus mengancam Nada agar masuk kedalam, atau dia tidur dijalan. Selanjutnya Nada yang takut akan ancaman Devian memilih mengalah dan langsung terkagum-kagum dengan isi rumah Devian, rumahnya luas dan indah, suasananya sepi seperti tidak ada siapapun dirumah selain mereka dan langkahnya takbisa ia hentikan untuk mengelilingi ruangan dihadapannya, meninggalkan Devian yang sedang mengunci pintu namun pandangannya tak lepas dari Nada.

"Terkejut rumah yang akan kau tinggali semewah ini Nada?" Nada tersentak kembali pada kesadarannya, memutar tubuhnya yang seketika menegang melihat Devian berdiri tegak dengan ekspresi menyeramkan. Sorot matanya nyalang memancarkan kemarahan dan kebencian.

"Ru-rumahmu memang indah..." jawab Nada cepat namun terlihat gemetaran, ia melihat Devian dengan gerakan lambat membuka dasinya dan melemparnya begitu saja menyisakan kemeja putih dengan kancing yang sudah terbuka dua buah.

"Memang indah.. tapi akan lebih indah jika kita melakukan sesuatu Nada"

"Y-ya?" Devian melangkah mendekat tapi entah karena auranya yang menyeramkan, Nada justru mundur ketakutan.

"Malam pertama, Kau tidak berpikir aku akan melewatkannya bukan?"

"De-devian kau sedang marah" Devian mengangkat alisnya.

"Ya, lalu?"

"Tolong jaga emosimu.. mengenai Clara, sungguh aku tidak tahu akan kedatangannya" Nada mencoba menjelaskan, ia mengerti kenapa Devian marah dengannya.

"Diam!!! Aku tahu ini semua salahmu" Rahang Devian mengeras, langkahnya semakin mendekati Nada yang mulai tersudut dengan tembok.

"Ja-jangan mendekat.."

"Kenapa tidak? Aku suamimu Nada, kau istriku kenapa tidak boleh mendekat?"

"Kau... kau.. menakutiku...." ucapnya dengan lirih. Dan seketika Devian menghentikan langkahnya, ia masih melihat Nada dengan tajam, memindai seluruh tubuh Nada dengan pandangan melecehkan.

"Buka gaunmu!" Gumam Devian dingin membuat Nada membelalak, wajah Nada menjadi pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi .

"A-apa?"

"Kau tak dengar? Buka gaunmu Nada" Meski bersuara pelan bahkan terkesan lembut Nada menggeleng ketakutan, ia tidak mau dilecehkan seperti ini, dipaksa membuka gaunnya dihadapan pria yang tidak menghargainya sama sekali meskipun itu suaminya sendiri.

"Kau ingin membantahku? Aku suamimu, aku berhak atas dirimu"

"Tidak Devian.. bukan seperti in—"

"Aku bilang buka gaunmu!!" Suara Devian semakin naik, bahkan Nada hampir terlonjak karena terkejut. Dengan tangan gemetar Nada menarik resleting gaun dibelakangnya dengan kesulitan. Air mata Nada semakin tergenang di pelupuk matanya bersiap dijatuhkan dengan sekali kedipan. Saat gaun Nada berhasil terbuka, ia masih menahan gaun itu menggunakan tangannya.

"Lepaskan" gumam Devian lagi, ia kembali melangkahkan kakinya mendekati Nada yang menggelengkan kepalanya dengan lemah, tangisnya tak bisa lagi ia tahan.

"Jangan membuatku terus mengulangi kalimatku!" Dan sekali tarikan gaun itu jatuh ke lantai dengan mengenaskan, Nada memejamkan matanya, kepalanya merunduk dengan tangannya berusaha menutupi tubuhnya yang hanya berbalut pakaian dalam. Ia menangis begitu pilu, sungguh Nada merasa harga dirinya telah dihancurkan oleh suaminya sendiri, ia merasa direndahkan dengan amat sangat kejamnya.

Devian mencengkram dagu Nada memaksa Nada mendongak, mata Nada masih terpejam ketika benda kenyal tiba-tiba saja melumat bibir merahnya, ciuman itu begitu intim, panas dan menyakitkan. Nada berusaha memberontak, melepaskan diri dari Devian tapi tekanan di tengkuk kepalanya membuatnya kesulitan dan semakin memperdalam ciumannya. Devian membelitkan lidahnya, menggigit bibir Nada agar terbuka, seiring ringisan yang dikeluarkan Nada, mulut itu akhirnya terbuka menjadikan Devian lebih mudah mencecap seluruh isi milik Nada, dan ah ia tidak tahu kenapa rasanya bisa semanis ini, entah kenapa Devian sangat menikmatinya, ia melumatnya seolah ia tidak bisa merasakannya lagi esok hari, dan ciuman itu hampir membuat Devian hilang kendali, jika saja nafas Nada tidak tersendat-sendat akibat kekurangan oksigen, mungkin juga jika kesadarannya tidak kembali, Devian sudah membawa tubuh mungil Nada untuk ia nikmati.

Nada bernafas terengah-engah dengan bibir terbuka yang juga bengkak akibat ulah Devian, pria itu juga melihat luka akibat gigitannya. Wajahnya sayu, masih dengan tangisan yang tidak bisa ia hentikan. Devian menjauhkan wajahnya tapi tidak dengan tubuhnya.

"Kau merasa terhina bukan Nada? Bagaimana rasanya dilecehkan oleh suamimu sendiri, hmm? Ini belum seberapa dari apa yang akan kulakukan nanti. Jadi sebelum itu terjadi seharusnya kau menyerah!" Desisnya penuh ancaman, setelah berkata demikian Devian menjauhkan dirinya meninggalkan Nada menuju kamarnya. Suara debuman pintu yang keras membuat kaki Nada tak lagi mampu menahan bobot tubuhnya. Ia merosot jatuh menangisi dirinya yang menyedihkan. Nada yang malang hidupnya tidak akan pernah bisa mencapai kebahagiaan.