Percikan air hujan tak menggoyahkan dirinya untuk pergi dari sana, ia terlalu menikmati suara air hujan dengan bau petrichor yang sangat disukainya. Baunya menenangkan kendati pikirannya tak jauh bedanya dengan keramaian kota, terlalu pelik dan menyesakkan. Ia memejamkan matanya dan tersenyum miris ketika ingatannya beberapa bulan lalu mengisi seluruh memori otaknya. Malam itu juga hujan deras seperti sekarang dengan suara petir yang mengiringi teriakan gadis itu. Tangan pria itu meremat pagar balkon, betapa ia menyesali perbuatan bejatnya. Suara memohonnya sungguh menyayat hatinya lapis demi lapis yang rasa sakitnya terus bertambah seiring banyaknya yang teriris. Ya Tuhan dimana gadis itu, beri dia kesempatan menebus semua kesalahannya, andai saja waktu itu ia tidak dalam kondisi kalut sampai pada akhirnya ia terjerumus dengan minuman keras yang menghilangkan akal sehatnya. Mungkin semuanya akan baik-baik saja. Dia bisa hidup tenang dan wanita itu tentunya tidak merasakan sakit yang disebabkan dirinya.
"Anda bisa sakit jika berdiam diri disana tuan" pria itu tersenyum miris lalu memutar tubuhnya meraih handuk yang diberikan pria tua dihadapannya.
"Aku tidak akan sakit karena hujan paman, aku menyukainya tapi pasti wanita itu tidak.." ucapnya lirih melewati pria tua itu, ia menuju walk in closet yang terletak disudut ruangan tersembunyi dibalik bar mini. Hanya menempelkan tangannya di sensor kaca maka bar mini itu akan bergerak memutar menuju walk in closet yang luasnya bisa meletakan 3 ranjang king size.
"Apakah sudah ada titik terang paman?"
"Ya, aku sudah menemukan tempat tinggalnya, tapi orang sekitar mengatakan setelah ibunya meninggal gadis itu menghilang entah kemana. Rumah itu telah kosong selama dua bulan" yang lebih muda mengernyitkan keningnya, ia tampak tak suka dengan berita yang baru disampaikan.
"Itu berarti kita sudah telat selama dua bulan" katanya yang merupakan pernyataan bukan pertanyaan "Kau tahu dimana ibunya dimakamkan?" Tanyanya sembari duduk di sofa "Ya Tuan" Pria itu tersenyum puas "Bagus! awasi terus makam itu sebagai seorang anak dia pasti akan mengunjungi makam ibunya bukan?"
"Baik Tuan" Pria tua tampak khawatir melihat tuannya yang menyeringai, ia cemas rasa tanggung jawab yang ia rasakan lambat laun berubah menjadi obsesi. Apakah sudah berubah sedemikian? Dan jika kecemasannya benar terjadi maka itu akan sangat berbahaya.
"Bagaimana kalau dia sudah menikah?"
"Siapa yang mau menikahi wanita hamil?"
"Kalau tidak hamil?" Pria itu menatap tak suka, ada perasaan cemburu yang entah kenapa hadir begitu saja.
"Mau hamil atau tidak, sudah menikah atau belum aku akan merebutnya paman! Dari awal dia sudah jadi milikku" Dan sorot mata itu menjawab semua pertanyaan dalam benak pria tua yang memandang tuannya khawatir, ia tahu jelas tuannya sudah terobsesi pada gadis yabg tak ia kenal dan ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. "Apakah minggu ini paman?"
"Ya?" Pria tua tampak kebingungan namun setelahnya ia mengerti maksud tuannya, ia kemudian menganggukan kepalanya.
"Apa kau akan pergi?"
"Dia pasti tidak suka kalau aku pergi. Rasanya kalau sekarang kurang tepat, dia juga tidak tahu bukan kalau aku ada di negara ini?"
"Tidak tuan"
"Kalau begitu aku akan pergi tapi tidak sekarang"
✖️✖️✖️
Pernikahan itu terjadi dengan cepat. Pengikraran janji suci yang dilakukan dua insan telah selesai pagi tadi dan menyatukan dua manusia berbeda jenis. Maka sekarang waktunya untuk merayakan apa yang sudah terjadi, malam ini acara resepsi diadakan dengan mewah. Devian tak menyangka ibunya mempersiapkan semuanya dengan matang, mewah dan elegan. Ia pikir acara ini akan diadakan sederhana sebab Devian menolaknya secara tegas, ia bahkan tidak mau ikut campur mengurusi segala macam hal pernikahan. Tapi sekarang ia sadar, ibunya sengaja membuat acara ini besar, agar media meliputnya dan membuat pernikahan ini terlihat seperti pernikahan impian Devian dan istrinya. Pintar sekali ibunya, Devian lengah.
"Selamat Devian! Akhirnya kau meninggalkan masa lajangmu! Kau pasti sangat bahagia" Seseorang memberi selamat pada Devian, dan mau tak mau ia memasang senyum palsu, Devian tidak bisa menampakan wajah kesalnya, ia harus berakting sebisa mungkin agar citranya tetap baik. Selama ini Devian selalu bisa menyembunyikan perasaannya, ia tidak bisa ditebak dan tidak ada yang tahu bahwa ia pandai berakting layaknya saat ini.
"Terima kasih, kau datang sendiri?"
"Oh tidak istriku sedang ke toilet dan ini anakku—" pria itu menundukan kepalanya, dan matanya membelalak saat mengetahui gadis kecilnya tidak ada disana.
Nada menuruni tangga dengan gaun berat yang dikenakannya, ia nampak sangat cantik dengan gaun two piece berbahan sutra dengan atasan one shoulder dan rok yang mengembang, warna gaun itu sepekat malam ditaburi berlian diseluruh gaunnya yang jika diliat dari jauh cahaya gemerlapnya persis seperti bintang. Rambutnya panjang terurai sedikit bergelombang, riasannya tak berlebihan namun lipstik merahya membuatnya tampak anggun dengan pesona wanita kuat yang seksi. Semua mata terpana akan kehadirannya begitupun gadis kecil yang mendongak menatapnya penuh kagum, Nada tampak gemas dan turun perlahan menghampiri gadis itu berdiri di depan seorang diri.
"Woah princess, cantik sekali.." gadis kecil itu mengulurkan tangannya dan Nada meraihnya dengan tersenyum. "Terima kasih, kenapa kau sendirian sayang? Dimana orang tuamu" seolah baru sadar gadis kecil itu mengedarkan pandangannya, tadi daddynya disana tapi kenapa sekarang tidak ada? Atau daddynya menghilang lagi?
"Tadi Daddy disamping Nara, tapi sekarang menghilang lagi, mommy sedang ke toilet" lagi? Nada tidak mengerti maksud gadis itu, apa daddynya sering menghilang? Namun syukurlah mommy dari gadis kecil ini datang dengan wajah cemas namun bingung juga, ia memanggil gadis kecil itu.
"Nara?"
"Oh mommy!! Nara bersama princess! Lihat cantik sekali. Nara ingin seperti tante ini" wanita itu menatap Nada dan tersenyum meminta maaf atas kelakuan putrinya, tapi Nada mengatakan tidak apa, ia justru senang, Nara sangat menyenangkan.
"Dimana Daddymu? Mommykan meminta daddymu menjagamu Nara"
"Daddy menghilang lagi mommy. Selalu seperti itu ck..ck" katanya dengan bersikap layaknya orang dewasa tapi justru tampak sangat lucu.
"Ana! Nara menghi—lang"
"Daddy!!" Nara berlari kearah ayahnya dan seperti adegan film mereka berpelukan layaknya tak pernah bertemu beberapa lama. Ana yang melihatnya bersamaan dengan Nada dan Devian dibelakang Keanu suaminya tersenyum canggung dan menjelaskan dengan malu-malu "Mereka sering melakukannya, tolong dimaklumi saja ya" dan Nada ikut terkekeh, ia melihat betapa bahagianya wanita didepannya memiliki suami dan anak yang menggemaskan seperti mereka. Seolah kehidupannya tidak pernah semenyuramkan Nada, Nada jadi sedikit iri melihatnya... Meski begitu Nada senang melihat keharmonisan mereka, ia ikut tertawa tanpa sadar bahwa Devian memperhatikannya dengan pandangan yang sulit dimengerti.
"Oh Ana kau tidak tahu bahwa aku mengkhawatirkan gadis kecilmu ini!"
"Kau selalu seperti itu Kei, tiap kali kutitipkan Nara kejadiannya seperti ini. Padahal aku sudah mewanti-wanti"
"Daddy selalu menghilang" keanu mencubit hidung mungil Nara dengan gemas "kau yang menghilang gadis nakal. Dan Ya Ampun maafkan kami Devian, kalian harus menyaksikan ini, Ana ini Devian rekan kerjaku sekaligus sahabatku ketika kami kuliah, dan ini pasti istrinya bukan?" Kata Keanu sekaligus mengenalkan Ana dan Nara anaknya kepada Devian dan Nada. Dan tanpa di duga Devian merangkul pinggang Nada membuat perempuan itu terlonjak kaget, ia masih tidak terbiasa dengan sikap Devian yang berlaku baik hanya jika didepan orang.
"Terima kasih sudah datang ke pesta pernikahan kami" katanya dengan seyuman lebar berbanding terbalik dengan Nada yang tersenyum kikuk, Ana yang menyadari ekspresi Nada jadi merasa aneh, bukankah seharusnya seorang pengantin tersenyum bahagia, Tapi kenapa Nada justru terlihat sedih?
"Mommy! Princess Nada, princess Nara! Namanya sama" kata Nara penuh semangat.
"Oiyah betul juga, nama kalian mirip ya, nanti Nara cantiknya sama seperti Tante Nada ya sayang"
"Tidak.. Nara pasti jauh lebih cantik" ucap Nada tulus, ia menggenggam jemari kecil Nara lalu seketika ingat nanti putera atau puterinya sebesar Nara juga, apakah ia akan sepintar Nara?
"Tapi maaf Devian, Nada kami harus pulang, ini terlalu larut untuk gadis kecil kami. Jadi nanti kalau kalian sempat berkunjunglah kerumah kami, kita bisa bersantai bersama" kata Keanu yang dijawab tentu oleh Devian, pria itu benar-benar terlihat seperti pria yang penuh kasih dan ramah, tak lama ketiganya pergi setelah pamit, meninggakan mereka berdua dengan Devian yang masih merangkul Nada tanpa sadar.
"Kau terlihat seperti perempuan yang dipaksa menikah Nada, tidak bisakah kau berakting sedikit? Oh aku lupa kau justru sedang berakting bukan agar kau terlihat bahwa kau tersiksa juga dengan pernikahan ini? Bagus sekali, kuakui kau hebat Nada!"
"Devian.."
"Devian selamat atas pernikahanmu!" Devian dan Nada menoleh dengan keduanya yang membelalak menatap kehadirannya.
✖️✖️✖️
Jangan lupa batu kuasanya ☺️☺️ 🥰🥰🥰