webnovel

Hoshi no Tama

Hoshi no Tama atau bola bintang merupakan permata yang dimiliki setiap kitsune, siluman rubah ekor sembilan. Permata ini dikatakan memegang kekuatan sihir pemiliknya. Kitsune akan melemah dan akhirnya mati jika terlalu lama terpisah dengan permatanya. Takumi Akazawa adalah seorang manusia yang jatuh cinta kepada Sakurako, yang berasal dari ras Kitsune. Namun, Takumi sangat bingung ketika Sakurako menghilang begitu saja. Takumi meminta bantuan kepada temannya yang memiliki kemampuan istimewa. Takumi datang ke Alam Ghaib yang biasa disebut sebagai Kakuriyo untuk mencari Sakurako. Namun, terjadi kekacauan di sana sehingga mengharuskan Takumi untuk berkorban dan mengalami sekarat. Karena rasa cintanya, Sakurako menyerahkan Hoshi no Tama miliknya kepada Takumi dengan banyak konsekuensi. Ini adalah perjuangan Sakurako untuk tetap berada di dekat permata Hoshi no Tama miliknya.

Yasaran · 奇幻言情
分數不夠
293 Chs

Akhir Pekan

Bel istirahat berdering, suara tersebut menjadi penyegar bagi para siswa yang letih dengan kegiatan belajar. Takumi langsung bergegas menuju ruangan UKS.

Hatinya bergejolak, sedangkan kakinya seolah mengingkari hatinya untuk melihat kondisi Sakurako. Namun, sebelum tiba di ruangan UKS, Takumi dihadang seseorang yang meminta bantuan untuk menghantarkan buku di perpustakaan. Tanpa menolak, Takumi langsung saja membantu orang itu.

"Setelah ini, aku harus melihat gadis gila itu, entah mengapa aku merasa khawatir padanya." Takumimenyusun beberapa buku yang ia bawa dan meletakkannya sesuai dengan urutan dalam rak buku.

"Apakah ia sudah makan? Sepertinya , tadi pagi ia makan sangat sedikit. Tapi, apa perduliku? Haruskah kubelikan dia makanan? Ah, seharusnya aku membagi bekalku tadi untuknya juga." Takumi bermonolog.

Pada akhirnya, Takumi membeli beberapa menu makanan, lalu bergegas menuju ruangan UKS.

Sesampainya di depan pintu ruangan, Takumi mengurungkan niatnya untuk segera masuk. Terdengar suara tertawa renyah yang ia yakini suara itu milik Sakurako.

Takumi mengintip dari celah pintu. Terlihat Sakurako dan Itsuki sedang bercanda ria. Sakurako tampak begitu berseri kala wajahnya tertimpa kilauan cahaya mentari yang masuk melalui jendela.

Takumi mencuri dengar. Terdengar jelas bahwa Itsuki sedang melakukan pendekatan pada Sakurako. Dan melihat kejadian itu, membuat Takumi menahan emosi.

Itsuki masih melakukan pendekatan pada Sakurako dengan berbagai macam pokok bahasan, telinga Takumi sampai panas mendengar semua ocehan itu.

Itsuki dan Sakurako terlibat perbincangan ringan seperti menanyakan tentang hobi, cita-cita, warna kesukaan hingga perbincangan berat seputar politik. Ah, telinga Takumi benar-benar semakin merasa panas. Ia tak dapat menahan diri untuk tak mengacaukan perbincangan aneh kedua orang di dalam sana.

Kriet ...

Suara derit pintu berhasil menarik atensi Sakurako dan Itsuki yang asyik mengobrol dan tertawa. Keduanya membisu begitu melihat Takumi berjalan mendekat. Takumi sendiri mendecih tak suka.

"Apakah kau sudah makan? Kuharap belum karena aku membelikanmu makanan ini." Takumi berucap dingin. Dia menyodorkan plastik hitam, sedangkan Sakurako mengernyit heran.

"Hey! Kau tak lihat? Rako-chan sudah makan makanan yang kubawa," cerca Itsuki, memperlihatkan bekas makanan yang berada di sudut meja.

"Oo, kalau begitu, yasudah!" Takumi malu, ia segera beranjak pergi. Namun, lengan kekarnya ditahan oleh Sakurako.

"Kau mau ke mana, Takumi-kun? Aku mau makanan itu!" Sakurako menunjuk ke arah kantong plastik hitam yang Takumi genggam.

"Hey! Bukankah kau sudah makan, eum?" protes Takumi, yang sudah terlanjur malu karena dia keduluan Itsuki.

Tanpa aba-aba Sakurako meraih saja kantung plastiknya.

"Aku masih lapar, dan sepertinya makanan yang Takumi-kun bawa sangat enak." Sakurako mengucapkannya dengan riang.

"Dasar gadis gila!"

"Hey! Jaga bicaramu, Akazawa!" sambar Itsuki, terlihat tidak terima.

Takumi langsung melempar tatapan tak bersahabatnya. Entah kenapa, Takumi merasa sebal dengan ujaran Itsuki yang sok peduli pada Sakurako. Padahal, selama ini Itsuki dikenal sebagai pemuda dingin yang tak peduli sekitar.

"Terserah padamulah, Minami!" sahut Takumi, tidak ingin meladeni ucapan Itsuki Minami.

Kemudian, Takumi menatap tajam ke arah Sakurako. "Hey gadis gila! Aku menunggumu nanti di gerbang depan jika kau ingin pulang bersamaku. Atau kau memang ingin bersama dengannya terus?" Takumi berujar tak sabar seraya menunjuk Itsuki menggunakan dagunya.

"Aku akan pulang bersama Takumi-kun. Jadi, jangan tinggalkan aku lagi, Takumi-kun!"

Merasa lega mendapat jawaban itu dari Sakurako, Takumi pun berbalik pergi. Setelah kepergian Takumi, tawa di antara Sakurako dan Itsuki langsung pecah.

Mereka menertawakan bagaimana ekspresi Takumi tadi. Terlihat jahat tapi juga ingin di-notice oleh Sakurako.

***

Akhir pekan ini, Sakurako sudah terlihat rapi dengan setelan dress berwarna ungu muda yang dipinjamnya dari Nana Akazawa, saudari dari Takumi yang tinggal di asrama.

Takumi baru saja keluar dari kamar, ia melihat penampilan Sakurako dari ujung kaki hingga kepala.

"Mau ke mana, eum?"

"Ingin bertemu Itsuki. Jaga rumah baik-baik ya, Takumi-kun!" ucap Sakurako seperti pada adiknya saja. Setelah itu, Sakurako melambaikan tangan ke arah Takumi, tanpa mempedulikan Takumi yang mengerutkan dahi sejak tadi.

To be continued ....