webnovel

His Daddy (21+)

"Jika Aku mengatakan kau milikku maka kau adalah milikku, Baby Boy!" (Ashlan, a sexy and Hot daddy) Lucas Dalton (19 tahun) bertemu dengan Ashlan Wright (35 tahun) di sebuah bdsm hardcore club. Ashlan yang baru pertama bertemu Lucas tapi dia langsung menyatakan kepemilikannya. Ingin tau bagaimana jawaban Lucas? Fufufu first chapter is down below, baby!

Akigasuki · LGBT+
分數不夠
25 Chs

Belum berada dipelukannya

Dengan profesionalisme yang sudah mendarah daging, segera kuselesaikan tugasku dan memberikan pesanan ke chef. Sudut mataku masih memperhatikan dua orang itu, Finn sedang melayani mereka. Setelah memberikan pesanan daddy dan wanita itu kepada chef, Finn datang menghampiriku.

"Holly sh*t, aku berbicara dengan director favoritku!" Bisik Finn agar tak ada yang dengar.

"Siapa?"

"Itu, yang sedang kulayani tadi. Itu director dari film 'The Red Lady' yang kita tonton kemarin"

"Apa?!"

"Gimana? Ganteng banget kan! OMG aku tak menyangka bisa bertemu langsung dengannya"

"Bisakah kau katakan siapa namanya?" Pintaku dengan suara bergetar.

"Luc, kau baik-baik saja?" Tanya Finn yang menyadari suaraku yang bergetar.

"Yeah, I'm good. Katakan saja siapa namanya"

"Ashlan Wright. Dia adalah director terkenal yang sudah menghasilkan banyak karya yang selalu merajai dunia perfilman"

'Bagaimana mungkin aku tidak mengenalnya jika dia memang seterkenal itu?'

"Dan kau tahu siapa yang bersamanya?" Tanya Finn kemudian. Aku tidak mengatakan ingin tahu tapi dia tetap memberi tahuku.

"Dia adalah Lousiana Rey, model papan atas yang selalu tampil di Victoria's Secret fashion show. Sh*t aku tak menyangka akan melihat pasangan itu disini"

"Pasangan?" Wajahku memucat, aku tak merasakan setetes darahpun mengalir di tubuhku.

"Yep, Kau tidak lihat kemarin? Mereka menghadiri Oscar bersama-sama. Aku sengaja merekam acara itu di tv agar bisa melihat Ashlan"

"Oscar? Semalam?"

"Iyaaaa, Ashlan sangat protective dengan Lousiana semalam, tangannya selalu melingkar dipinggang wanita itu"

Aku merasakan jantungku berhenti berdetak, mataku berat.

"B-Bagaimana kau tahu kalau mereka c-couple? Mungkin saja mereka cuma teman dekat?" Tanyaku setelah berhasil mengatur nafas.

"Ha? Apa kau bodoh?! Apakah pemandangan seperti itu bisa dikatakan hanya teman?" Jawab Finn sambil menunjuk kearah mereka dengan sudut matanya.

Aku berusaha memfokuskan pandanganku ke arah daddy – Bukan, Ashlan maksudku. Jelas sekali, wanita yang dipanggil Lousiana itu terlihat sangat menyukai Ashlan. Bahkan sebelumnya juga, Ashlan melingkarkan tangannya dipinggang Lousiana ketika mereka pergi.

Lalu aku apa?

Untuk apa dia melakukan hal-hal seperti itu padaku?

Kenapa dia menciumku jika dia sudah punya kekasih?

Fu*k!! I hate this fu*kin' situation!!!

'Apakah ini alasan kenapa dia tidak pernah membicarakan tentang hubungan kita? Selain itu, sebelumnya ketika di club aku juga melihatnya dengan pria lain. A-Apa aku hanya salah satu mainannya saja?'

'Benar! Tidak mungkin director terkenal seperti Ashlan Wright memiliki hubungan serius dengan pelayan sepertiku. Aku bodoh! Dasar diriku bodoh! bisa-bisanya aku tertipu dengan kalimat manis dan wajah tampannya, sialan!'

Air mataku mengalir.

"M-Maaf, a-aku merasa kurang enak badan. A-Aku akan ijin pulang" Ucapku sambil berjalan melewati Finn yang masih terkejut karena aku yang tiba-tiba menangis.

"Luc, hey, ada apa? Kenapa kau..." Danny datang mencegahku pergi.

"Danny, a-aku mau pulang"

"Kau sakit?" Tanya Danny sambil memeriksa suhu tubuhku dengan telapak tangannya.

"Yeah, I guess so, aku akan meminta ijin pada Jay"

"Biar kutemani"

"Tidak, tidak perlu. Aku bisa sendiri"

"Luc..."

"Please Danny!"

"Alright, take care baby. Aku akan mampir setelah selesai dari sini"

"Umn"

Aku berjalan setengah berlari kearah ruangan manager restauran – Jay. Perasaanku campur aduk. Aku ingin menangis dan berteriak.

'Aku tidak boleh percaya pada siapapun, tidak boleh!'

***

Tokk Tokk. Suara pintu diketuk dari luar.

Aku tidak peduli, siapapun yang datang aku tidak akan membuka pintu. Suara pintu terus menerut diketuk dari luar, sayup-sayup aku mendengar suara Danny memanggilku. Mengetahui itu bukan Ashlan, aku segera berlari ke arah pintu.

"Danny...." Tangisanku pecah, meskipun aku sudah menangis sejak keluar dari restauran tapi air mataku tak kunjung mengering.

"Luc... baby, apa yang terjadi? Hm?"

Aku tidak menjawab, kupeluk Danny dengan erat, takut ia akan pergi meninggalkanku juga. Danny adalah satu-satunya orang yang bisa kupercaya di dunia ini. Jika dia juga memutuskan untuk meninggalkanku maka aku akan benar-benar sendiri.

"Luc, jangan menangis, cup cup"

Entah bagaimana akhirnya Danny dan aku duduk di sofa, dengan aku yang masih sesegukan.

"Aku bawa tiramisu cake kesukaanmu"

Mendengar tiramisu cake aku merasa lebih tenang. Perlahan kuarahkan pandanganku ke Danny yang sedang membuka box yang berisi cake.

"Mau secangkir teh?"

Aku hanya menggeleng

"Baiklah, bagaimana kalau setelah makan cake kita ke tempatku?"

"Umn" Aku mengangguk

"Okay, kalau begitu sekarang makan cake nya dulu"

Danny bercerita tentang hari-harinya ketika kami sedang disibukkan oleh urusan masing-masing selama beberapa minggu ini. Aku sudah merasa jauh lebih tenang. Danny selalu peka dengan lingkungannya dan orang-orang disekitarnya. Seolah mengetahui perasaanku, Danny hanya diam dan tidak bertanya apapun. Danny tahu betul jika aku merasa nyaman, aku akan bercerita nanti.

"Danny... aku–" Ucapku ditengah percakapan kami

"Iya?"

"A-Aku..."

"Kau tak perlu bercerita jika belum siap, aku mengerti. Aku hanya tidak mau sahabat terbaikku ini telihat kacau seperti tadi"

Aku tersenyum mendengar apa yang dikatakan Danny, aku jadi semakin yakin kalau aku bisa sedikit bersandar padanya. Dengan sedikit keberanian, aku mengatakan segalanya pada Danny tentang Ashlan.

"Jadi kau melihatnya bersama wanita itu tadi?" tanya Danny setelah aku menceritakan tentang Ashlan.

"Iya"

Danny menghembuskan nafas berat kemudian memelukku.

"Kau bisa tinggal bersamaku untuk sementara"

"Apakah tidak masalah untukmu?"

"Tidak, bagaimana kau bisa berfikir seperti itu Lucas? Kita kan sahabat!"

"Terima kasih, Danny" Aku memeluknya balik.

Dengan menaiki mobil Danny, kami berkendara menuju apartemennya yang jaraknya sekitar 20 menit dari apartemen ku. Dengan begini aku tidak akan bertemu Ashlan untuk sementara waktu. Meskipun dia mencariku, dia tidak akan menemukanku karena selain dia tidak tahu tempat kerjaku, Ashlan juga tidak mengenal teman-temanku. Bagaimanapun kita memang baru kenal, akulah yang bodoh sudah terlalu percaya padanya.

Sampai di apartemen Danny, tubuhku terasa lelah sekali. Setelah mandi aku segera tidur, hari ini terasa sangat... Menyebalkan!

***

-Author POV-

Ashlan terus mencoba menghubungi Lucas. Sudah jam setengah 11 malam tapi Lucas masih belum menghubunginya. Ashlan sangat khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk lagi pada Lucas.

"Baby kemana kau?!" Ashlan menggebrak setir mobil. Dengan kecepatan maksimal yang diperbolehkan di jalanan New York, Ashlan meluncur ke apartemen Lucas.

Sampai di sana Ashlan tak melihat tanda-tanda Lucas ada dirumah. Tidak ada lampu menyala yang telihat dari jendela. Ashlan sudah mengetok pintunya berkali-kali dan memanggil nama Lucas tapi tidak ada jawaban apapun.

"Sialan!"

Kesal dengan keadaan yang tak pernah ia alami sebelumnya, Ashlan berjalan kembali ke mobil. Ashlan menyesal, seharusnya dia tahu dimana tempat kerja Lucas agar dia bisa langsung menjempunya. Dia tidak tahu kemana harus pergi. Akhirnya, Ashlan memutuskan untuk mencari Lucas di halte yang biasa Lucas datangi. Setiap kali Ashlan melihat orang yang memiliki postur tubuh seperti Lucas, dia selalu berlari kearah mereka.

Sudah jam 1 malam dan Ashlan masih tidak mendapat kabar keberadaan Lucas. Dia lalu menghubungi temannya yang memiliki koneksi dengan kepolisian untuk mencari tahu apakah ada korban kecelakaan yang bernama Lucas Dalton.

"Hello, Xander it's me"

"What do you want?"

"I need to find someone, can you give me any information about this person?"

"Sure, I need to contact my informan first"

"Yeah, but I need the information soon"

"Kapan kau membutuhkannya?"

"Secepatnya, maksimal jam 3 pagi?"

"What?! I know you are crazy as always but, it's impossible!!"

"I know, I'm sorry. Please... Aku akan menyetujui bisnis yang kita bahas minggu lalu"

Xander berfikir sejenak, dengan iming-iming yang menggiurkan seperti itu sangat tidak mungkin ia menolak tawaran Ashlan. Sebagai seorang businessman, Xander selalu memperhitungkan semua kesempatan yang menghampirinya.

"Tunggu sebentar, aku akan memastikan dulu dengan informan ku"

"Cepatlah!"

"Kalau kau bukan teman ku, aku pasti sudah menghancurkanmu sekarang!"

"Baiklah...baiklah..."

Sambil menunggu konfirmasi dari Xander, Ashlan memutuskan untuk mencari Lucas lagi di mini market sekitar. Tak lama kemudian, Xander menghubunginya.

"Bagaimana?" Tanya Ashlan tidak sabar.

"Jam 7 pagi"

"Apa? kenapa lama sekali?!"

"Itu sudah paling cepat, kau tahu kantor polisi buka jam berapa?"

Dengan tarikan nafas berat Ashlan menyetujuinya. Jam 7 pagi nanti Ashlan akan mendapat informasi tentang Lucas. Dengan begitu dia bisa segera tahu bagaimana kabar baby boy nya.

Ashlan tidak bisa tidur meskipun dia sudah mandi, perutnya lapar tapi dia tidak ingin makan apapun. Selera makannya sudah menghilang bersamaan dengan baby boy nya yang masih belum berada dipelukannya.