webnovel

His Daddy (21+)

"Jika Aku mengatakan kau milikku maka kau adalah milikku, Baby Boy!" (Ashlan, a sexy and Hot daddy) Lucas Dalton (19 tahun) bertemu dengan Ashlan Wright (35 tahun) di sebuah bdsm hardcore club. Ashlan yang baru pertama bertemu Lucas tapi dia langsung menyatakan kepemilikannya. Ingin tau bagaimana jawaban Lucas? Fufufu first chapter is down below, baby!

Akigasuki · LGBT+
Not enough ratings
25 Chs

Mau Lagi

WARNING 18+

--------------------------------------------------------------------------

-POV Lucas-

Bagian belakang tubuhku terasa sakit semua, kupegang bokong ku untuk memastikan seberapa parah sakitnya.

"Aw... s-sakitt..."

Kemarin aku menerima punishment dari daddy. Meskipun sakit tapi rasanya nikmat, kurasa aku tak akan bisa duduk dengan nyaman untuk beberapa hari kedepan. Tapi, aku mau lagi!

"Baby, you wake up?"

"Nghh.. umn" jawabku sambil menahan rasa sakit

"Biar kulihat!"

Daddy menurunkan selimutku yang membuat seluruh bagian tubuhku ter-ekspose. Sepertinya semalam aku tertidur tanpa mengenakan baju. Wajahku memanas ketika aku sadar bahwa Daddy sedang memperhatikan bokongku dengan intens. Kubenamkan wajahku ke kasur.

"It's getting better. Setelah mandi akan ku oleskan salepnya lagi"

"Umn" Jawabku singkat

"Now, let's take a shower" Tanpa peringatan daddy mengangkatku dan menggendongku ke kamar mandi.

"D-daddy, aku bisa mandi sendiri"

"Lemme take care of you, Babby boy"

Daddy telah mengisi bath tub, kini posisi ku berada di depan daddy dengan punggungku menempel di dada nya. Dengan posisi sedekat ini aku bisa merasakan detak jantung Daddy yang sangat teratur seolah ia tak merasa gugup sedikitpun, sangat berbeda denganku yang sudah sangat malu dan degdegan. Ini pertama kalinya aku mandi dengan orang lain apalagi dengan posisi seperti ini!!

'Ughhh malu bangettt!! sekarang pasti wajahku sudah seperti lobster goreng lagi. Sialan!'

Perlahan daddy membasuh sekujur tubuhku, membersihkan setiap inci nya sambil terus mendaratkan kecupan-kecupan singkat.

"Mnhh, Daddy..."

"Iya, kenapa, Baby?"

"J-Jangan..."

"Jangan?"

"Geli– "

Daddy terus mendaratkan ciumannya, kini bibirnya sedang bermain di pundak ku, perlahan daddy menjilati pundak ku dengan lidahnya yang terasa hangat.

"Ngh..." Desahku, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang keras dan lembut mendesak dibagian belakang tubuhku.

"Daddy?"

"Sorry....sorry, Babby. Aku akan mengurusnya nanti" daddy meletakkan kepalanya dipundakku. Aku hanya terdiam, malu.

'Apa daddy terangsang karena aku?' Tanyaku pada diri sendiri

Pen*s daddy terasa sangat keras dan besar. Aku penasaran seberapa dalam benda itu akan menembus holeku nanti.

'Nanti? kenapa harus nanti jika aku bisa merasakannya sekarang?!'

Aku memutar tubuh ku perlahan, kini posisi kami saling berhadapan. Pemandangan yang kudapatkan sungguh menggoda, pen*s ku langsung mengambil alih dan bangun tanpa kusuruh. Daddy terlihat sangat terangsang, warna matanya berubah lebih gelap dari biasa, nafas beratnya memburu.

"Baby, apa yang kau lakukan?" Tanya daddy ketika kurendahkan tubuhku untuk berada lebih dekat dengan miliknya.

'Oh.My.God. Pen*s daddy besar bangett!'

Aku menelan saliva ku berat, pemandangan ini berhasil membuat pen*s ku yang sudah tegang jadi lebih tegang.

'Sh*t. Aku bisa keluar hanya dengan melihatnya saja'

"Baby, You don't need to do this"

Aku tidak mendengarkan peringatan daddy, mataku terfokus pada benda kemerahan besar dan panjang didepan ku ini. Kujulurkan lidahku untuk mencicipinya. Precum yang keluar dipucuknya terasa manis dan lezat. Kujilat ujungnya berkali-kali yang membuat daddy mendesah pelan. Kuarahkan pandanganku keatas untuk melihat ekspresi daddy.

"Daddy?" Daddy hanya tersenyum, matanya sudah dipenuhi nafsu yang luar biasa.

"You sure about this?" Tanya daddy memastikan kalau aku tidak terluka dan trauma.

"Mn...I want it so bad, your pen*s is so damn huge. I love it!" Jawabku dengan saliva yang kurasa sudah menetes disudut bibirku. Daddy hanya tersenyum dan mengusap kepalaku dengan tangannya yang besar.

"Kau terlihat sangat erotis di posisi itu, Baby boy" Kutatap mata daddy, matanya terlihat semakin indah ketika sedang terangsang.

"Mnhh..."

"Daddy it taste sooo good... mnhh..."

Aku ingin mendapatkan pujian lagi dari daddy, kuhisap pen*s nya dengan mulut mungilku, kumainkan lidahku diujung pen*s nya. Dengan banyak trik yang kupelajari di video porno, aku mencoba memberikan kenikmatan yang daddy inginkan. Pen*s daddy keluar masuk mulut ku tapi sayangnya hanya setengah bagian saja yang bisa ku handle. Mulut kecilku tak bisa memasukkan semua milik daddy ke dalam.

'Sh*t it's so damn huge. I can't take it all!'

"Sshh, pelan-pelan, Baby boy. Tidak perlu buru-buru, mulut mungilmu tidak akan bisa melakukan tugasnya dalam sekali coba, kau perlu latihan!"

"But, I want you to feel good"

"It's fine... I'm good, yang kau berikan sekarang sudah lebih dari cukup"

Benar kata daddy, mulut kecil sialanku ini tak bisa memuaskannya untuk saat ini. Selain itu aku sudah lama tidak memberikan blow job.

'Bodoh! seharusnya aku banyak belajar agar bisa memuaskan daddy'

Menyadari kesalahanku, tangisanku pecah, air mata mengalir dipipiku. Setelah melihat ekspresiku, pen*s daddy terasa semakin mengeras. Sepertinya daddy semakin terangsang ketika melihatku menangis. Menyadari hal itu kupercepat emutan dan jilatanku.

"Mmnhh..."

Slurp..slurp...

"Babby, I'm so close"

"Ywess... dwaddyyhhh.."

Daddy menyemburkan sp*rma nya didalam mulutku. Kutelan semua sp*rma yang daddy berikan padaku, kujilati bibirku agar tidak ada yang terbuang sia-sia.

"Daddy rasanya enak bangettt... Lucas mau lagi!"

****

Sudah jam 1 siang, aktivitas yang kulakukan dengan daddy tadi sungguh menyita waktu. Aku harus segera berangkat kerja. Berbeda denganku, daddy sedang santai dan tidak terlihat harus bekerja hari ini.

"Daddy, aku harus pergi kerja. Jangan peluk terus"

"Hm? Tidak perlu pergi kerja, disini saja nanti daddy peluk seharian"

"No, I have my responsibility as a man"

Daddy menatap kearahku, sekarang aku dan daddy sedang berbaring di sofa. Daddy sedang menghimpit badanku agar aku tidak pergi kemanapun.

"Biar kuantar"

"Tidak perlu, aku bisa berangkat sendiri"

"Kenapa kau tidak mau kuantar? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku, baby boy?"

"Daddyyyy... No, I'm not. Aku harus pulang untuk mengambil sesuatu baru berangkat kerja. Akan sangat merepotkan jika daddy mengantarku"

"Aku tidak keberatan mengantarmu"

Akhirnya aku menyerah, ku-iya-kan tawaran daddy untuk mengantarku pulang, bukan bekerja. Aku tidak ingin merepotkan daddy, semalam daddy pulang larut dan harus mengurusku, aku tak ingin membuatnya kelelahan.

Sampai dirumahku daddy masih tidak mau pulang, dia tetap menahanku dengan berbagai cara seperti memeluk dan menciumku.

"Daddy... ayolah"

"Oke, baiklah. Daddy akan pulang. Aku akan menjemputmu nanti, kirimkan alamat tempatmu bekerja dan aku akan segera kesana, mengerti?"

"Iya daddy, aku mengerti. Sekarang pulanglah"

"Apa kau barusan mengusirku, Baby boy?"

"No, I-I don't..."

Daddy tersenyum, "It's fine, I understand"

Daddy mendaratkan ciuman lembut dibibirku. Bukan ciuman intens seperti tadi, tapi ciuman perlahan dan menggoda yang membuat otakku berhenti berfikir.

"Mnh... daddy"

"Pergi sekarang, kalau tidak kau akan terjebak dimobil ini seharian"

***

Makan siang terasa sangat panjang, shift ku tak kunjung berakhir. Aku ingin segera pulang dan bertemu daddy. Meskipun rasanya waktu sudah bergulir sangat lama tapi jam masih menunjukkan pukul 4 sore. Menu makan siang sudah bergeser menjadi afternoon tea and pastry. Restauran sudah lebih lengang tidak seramai ketika makan siang tadi.

"Hey Harry, about yesterday, I'm sorry"

Aku memutuskan untuk meminta maaf pada Harry atas kekacauan yang tejadi kemarin, aku sungguh kekanakan. Meskipun daddy mengijinkanku berperilaku seperti itu, tapi tetap saja aku merasa sedikit malu.

"Oh, yeah, it's fine" Jawab Harry dengan gugup

"Actually, can I ask something?" Tanya Harry kemudian

"Yeah, sure"

"Is that... your boyfriend?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan Harry, sebelumnya, aku tak pernah berfikir tentang hubunganku dengan daddy. Karena terlalu asik ketika sedang berduaan, kami belum sempat membahas hal yang berkaitan dengan hubungan ini.

"Umnn, yeah. H-He is my boyfriend" Jawabku tak yakin

"Alright, I just– well I'm curious. Kau terlihat..." Harry menghentikan kalimatnya

"Aku terlihat seperti apa?" Tanyaku penasaran

"Kau berbeda, menurutku kau terlihat berbeda ketika bersamanya"

"Seperti itukah?"

"Iya, kau terlihat sangat manja, biasanya kau sangat mandiri dan selalu berusaha melakukan segalanya sendiri"

"Ah! apa aku seperti itu?"

"Yeah"

Percakapan yang berlangsung dengan Harry terpaksa dipotong karena para tamu yang datang semakin banyak, kami harus kembali bekerja. Di dalam otakku, kuingatkan pada diriku sendiri untuk bertanya pada daddy tentang hubungan kami nanti.

Aku bukan tipe orang yang suka dipermainkan, aku tidak suka patah hati. Aku tidak akan berbagi kekasihku dengan siapapun, aku hanya menjalankan hubungan yang serius bukan hanya hook-up ataupun one night stand. Karena itulah aku single selama bertahun-tahun.

Ketika sedang melayani seorang pelanggan dan menuliskan pesanan mereka, sudut mataku menangkap sosok yang tidak asing, daddy. Tanganku bergetar, daddy sedang berdua dengan seorang wanita. Dari posisiku berada aku bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu.

'Fu*k! itu cewek yang sama daddy kemarin!!'

Deg

Jantungku terasa sakit lagi.