Rafida terdiam menatap Mr.Wil yang sedang menjelaskan bagaimana dirinya bisa menyusul Rafida hingga berada di sana. Mr.Wil berhenti bicara saat menyadari tatapan Rafida yang mulai berubah sendu.
"Apa kau sudah makan malam?" tanya Mr.Wil sedikit salah tingkah.
"Ah belum. Aku bingung mau makan apa," jawab Rafida yang juga ikutan salah tingkah. Keduanya saling diam dengan kembali menatap pemandangan malam itu.
"Nih mungkin aja kamu juga mau pasang beginian," ucap Mr.Wil dengan memberikan gembok berwarna merah.
"Kenapa kasih ke aku?"
"Ya barang kali aja kamu ke sini karena ingin pasang beginian. Saya lihat semua yang datang ke sini juga pasang beginian," jawab Mr.Wil menahan malunya.
"Ohh mereka kan pasangan kekasih. Ya wajar pasang gembok di sini. Dengan harapan cinta mereka bisa abadi selamanya sampai maut yang memisahkan. Tapi kan kita bukan pasangan yang saling menyukai," jelas Rafida dengan tanpa semangat.
"Apa harus saling menyukai baru bisa pasang beginian?" tanya Mr.Wil dengan menggoyang-goyang gembok di tangannya itu.
"Tentu saja. Memangnya Mr.Wil punya perasaan sama saya?"
"Tidak. Tapi sayang sekali kalau kau tidak mencobanya. Sudah jauh-jauh datang ke sini. Biar saya saja yang pasang," ucap Mr.Wil yang merasa sedikit kesal karena sudah membeli gembok tersebut. Ia pun berjalan ke arah pagar yang cukup sepi dan memasang gembok tersebut. Rafida panik dan mengejar Mr.Wil.
"Yahh kenapa di pasang segala sih," omel Rafida.
"Sudah biarin aja. Saya malas kalau harus bawa-bawa gembok ke mana-mana. Capek. Ayo pulang,"ajak Mr.Wil beranjak menjauh.
"Tunggu dulu. Dipasang doang tapi gak ditulis namanya? Lebih sayang tau!" Rafida meminjam spidol dan menuliskan nam nya.
"Nah kan jadi gak sayang deh," ucap Rafida dan berlalu dari sana mendahului Mr.Wil.
Mr.Wil menatapnya dengan datar. Saat sudah jauh Rafida baru menyadari bahwa Mr.Wil tertinggal jauh. Mau tidak mau Rafida pun kembali dan meneriaki Mr.Wil yang sedang berjalan dengan santai.
***
"Ini di mana? Kenapa kita malah ke toko pakaian sih?" tanya Rafida yang bingung karena Mr.Wil bukan mengajaknya ke restoran tapi justru ke toko pakaian.
"Pakailah baju yang itu dan coba beberapa pakaian. Kita akan menemui orang yang penting," ucap Mr.Wil dan mulai memilih beberapa pakaian untuk dirinya sendiri.
Rafida mencoba gaun berawarna hitam dengan belahan kaki yang cukup panjang.
"Bagaimana dengan ini?" tanya Rafida saat sudah keluar dari ruang ganti. Mr.Wil hanya diam memandangnya. Ia bahkan memotret Rafida tanpa sepengetahuan Rafida.
Sudah tiga kali Rafida ganti baju, tapi Mr.Wil malah diam saja. Rafida lama-lama capek.
"Mr.Wil kau mau pilih yang mana sih?" tanya Rafida kesal.
"Semuanya oke."
"Semuanya oke? Bilang dari tadi dong. Mencobai semuanya kan butuh waktu dan tenaga," keluh Rafida.
"Bukankah kalian para gadis suka mencoba baju-baju baru?"
"Iya, sih. Tapi aku bahkan tidak sempat selfie."
"Sudah kufoto."
Mr.Wil langsung menyodorkan ponselnya dan membiarkan Rafida melihat foto-foto yang diambilnya. Mr.Wil sendiri lalu pergi sebentar.
Saat ia kembali, tiba-tiba saja Mr.Wil mengalungkan sebuah kalung ruby yang cantik dan tampak sangat mewah ke leher Rafida.
"Ini ... kalung? Apa permatanya palsu? Kenapa mengkilap sekali?" tanya Rafida dengan gugup.
"Tidak mungkin, ini asli dan sangat mahal," jawab Mr.Wil.
"Wah yang benar saja. Kalau sampai hilang, aku tidak akan sanggup menggantinya. Tapi, kenapa Mr. Wil memberikan saya kalung?"
"Pakai saja. Dan karena itu mahal, Kau harus hati-hati saat memakainya. Jika hilang, maka kau akan berhutang banyak. Kau harus membayarnya dengan tubuhmu," bisik Mr.Wil tepat di telinga Rafida yang kontan saja membuat Rafida mendadak jadi gugup karena kedekatan mereka.
Mr.Wil menyadari betul kegugupan Rafida dan tersenyum senang.
"Kenapa kau gugup?"
"Ti-tidak kok."
"Lalu kenapa aku bisa mendengar suara detak jantungmu?" ledek Mr.Wil.
"Ini ... karena aku punya jantung!" ucap Rafida terus mengelak.
"Kalau begitu akan aku pasangkan anting-anting untukmu."
"Tidak usah! Aku sendiri saja!" teriak Rafida dan memasang anting-anting yang diberikan Mr.Wil.
Mr.Wil tersenyum kecil senang karena telah berhasil mengerjai Rafida. Entah kenapa setelah melihat sikap Rafida yang begitu menggemaskan saat kesal membuat Mr.Wil terus kecanduan untuk menggodanya.
***
Di sebuah restoran hotel ternama, Rafida dan Mr.Wil memasuki restoran tersebut dengan saling bergandeng tangan. Rafida tampak sangat mempesona dengan rambut yang disanggul. Memamerkan kalung berhiaskan berlian serta anting-anting yang berkilauan.
Dres hitam polos menyapu lantai dengan sepatu heels sewarna membuat penampilan Rafida tampak menawan.
Sementara Mr.Wil sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja biru dan dasi kupu-kupu. Sesekali Mr.Wil mengangkat tangannya yang terpasang jam tangan mewah dengan lapisan mas dan berlian.
Keduanya saling melempar senyum dengan berbincang sesekali. Para pelanggan yang lain pun menatap keduanya dengan ikut terpesona. Keduanya tampak serasi dan menawan.
Mr.Wil menarik kursi untuk Rafida tempati. Rafida tersenyum manis dan duduk di bangku yang Mr.Wil siapkan. Mr.Wil pun menyusul dengan duduk di depannya. Beberapa pelayan pun mulai berdatangan untuk menaruh pesanan yang sudah dipesan Mr.Wil sebelum mereka datang.
Beberapa pengunjung pun mulai membicarakan ketampanan dan kecantikan keduanya yang terus terpancar dengan inda nya.
"Mr.Wil kenapa sih dari tadi mereka terus ngeliatin kita terus?" tanya Rafida mulai merasa tidak nyaman.
"Biarin aja. Mereka sedang memandang kecantikan yang sedang memancar dari kita," ucap Mr.Wil santai dan meneruskan makan malam mereka.
"Maksudnya kecantikan aku ya?" ucap Rafida percaya diri.
"Bukan," jawab Mr.Wil ketus.
"Loh terus apa?"
"Itu kalung di lehermu," ucap Mr.Wil menyentuh kalung Rafida dengan gaya mempesona nya.
"Anting-antingmu." Tangan Mr.Wil pun naik dan menyentuh anting yang dikenakan Rafida.
"Gelang dan cincin yang kau pakai. Serta jam tangan mewah yang bertaburan berlian ini," lanjut Mr.Wil seperti sengaja memamerkan perhiasan yang mereka kenakan.
"Apaan sih, kok malah liatin perhiasan?" tanya Rafida bingung.
"Kau lupa ya. Perusahaan kita kan yang memproduksi perhiasan semua ini. Dan hari ini adalah peluncuran esklusive perdana semua perhiasan ini. Dan saya sengaja mengajak kau ke sini sebagai model perhiasan semua ini. Dan mereka adalah para pengusaha investor serta pembeli yang tertarik dengan perhiasan ini," je;as Mr.Wil dengan tersenyum menawan.
"Ahh makanya Mr.Wil tiba-tiba cari aku dan ajak aku makan ditempat yang mewah seperti ini?" ucap Rafida cemberut menyimpulkan.
"Anggap saja begitu," jawab Mr.Wil menyembunyikan perasaan cemasnya.
"Ish jahat," gerutu Rafida kesal.
"Kenapa saya jahat?" tanya Mr.Wil menatap bingung.
"Jahat aja. Aku pikir Mr.Wil benar-benar khawatir. Ternyata cuma cari model gratis," gumam Rafida dan kembali tersenyum.
Mr.Wi melihat itu. Ia menaruh garpunya dan menatap Rafida sendu. Tangannya terangkat dan mengambil tangan Rafida. Rafida hampir tersedak dengan perlakuan Mr.Wil yang tiba-tiba itu.
"Jangan cemberut. Hari ini tampilkan semua kecantikanmu dan buat semua orang terpana dengan senyuman kau, Rafida," ucap Mr.Wil lembut dan mengecup punggung tangan Rafida. Membuat Rafida berdegup dengan pipi yang mulai merona.