Said meluncur ke arah keduanya. Ia menghampiri Mr.Wil yang berbaring dengan nyamannya.
"Mr.Wil apa anda baik-baik saja? Kita sudah harus berangkat. Tuan Kim Yun Shi sudah menunggu," ucap Said dan langsung menyadarkan Mr.Wil dari suasana nyaman itu. Mr.Wil pun langsung bangkit dan meluncur ke atas tanpa sepatah katapun.
"Kau tidak apa?" tanya Said pada Rafida yang masih terpesona akan senyuman Mr.Wil yang ia lihat barusan.
"Ah, oh ya. Aku gak papa," jawab Rafida tanpa menoleh ke arah Said.
"Oke."
Said pun pergi meninggalkan Rafida dan menyusul Mr.Wil yang sudah jauh.
Setelah memandang kepergian Mr.Wil hingga menghilang dari pandangan. Rafida baru menyadari sesuatu.
"Aku ke atasnya bagaimana?" teriak Rafida yang teringat akan tongkat yang ia hilangkan.
****
Mr.Wil sudah berganti pakaian. Ia mendatangi sebuah restoran ala rumah jepang yang terbuat dari kayu. Saat memasuki salah satu ruangan, seseorang sudah duduk menunggu kedatangan Mr.Wil.
Mr.Wil pun memasuki ruangan itu dan menunduk hormat pada pria tua bernama Kim Yun Shi itu.
(B.Korea)
"Mohon maaf atas keterlambatan saya," ucap Mr.wil dan langsung duduk dihadapan Kim Yun Shi.
"Oh ya, wah siapa ini? Saya tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi setelah dua tahun berlalu," ucap Tuan Kim Yun Shi tersenyum sinis.
"Ya, saya pun sangat terkejut karena perusahaan yang terpilih adalah punya Tuan Kim."
"Apa kau mau minum makgeoli? Kupikir kau masih menyukainya," tawar Tuan Kim Yun Shi dengan mengangkat botol makgeoli.
"Tentu saja minuman pertama yang anda berikan. Rasanya yang manis membuat saya tidak pernah bisa melupakannya. Arak beras yang sangat menenangkan," ucap Mr.wil dengan menyodorkan mangkuk yang terbuat dari tembaga kuning.
Tuan Kim Yun Shi pun menuangkan makgeolinya sedikit. Mr.Wil terkejut melihatnya.
"Jika bukan karena bantuan tuan Brimo kakekmu, dan juga tuan Reza besan kakekmu, perusahaanmu tidak akan sukses seperti sekarang bukan?" sindir tuan Kim Yun Shi dengan menatap sinis.
"Apa anda mau saya tuangkan juga?" ucap Mr.Wil dengan senyuman kecil.
"Tentu saja," jawab tuan Kim Yun Shi pun menyodorkan mangkuk tembaga kuningnya.
Mr. Wil pun menuangkan botol makgeolinya perlahan hingga tumpah. Tuan Kim Yun Shi melotot kaget.
"Harus anda tau, jika aku bisa menjalankan perusahaanku hingga saat ini karena hasil usahaku sendiri. Bahkan meski orang-orang sepertimu berdatangan aku tidak akan menerimanya. Karena anda sukses berkat menjilati sepatu orang-orang di atasmu bukan?" balas Mr.Wil dan terus menuangkan makgeolinya hingga tumpah ruah bahkan sampai botolnya kosong.
Mr.Wil pun langsung bangkit dan keluar dari ruanan itu tanpa berkata apapun. Said yang berada di luar ruangan pun terkejut karena Mr.Wil tak sampai ada lima menit sudah keluar lagi.
"Batalkan semua kerja sama dengan Tuan Kim Yun Shi. Dia pikir aku siapa hah?" perintah Mr.Wil dengan amarah. Said hanya mengiyakan dan mengekori Mr.Wil.
***
Rafida sudah berada di apartemennya. Ia sedang memilih-milih gaun yang belum sempat dipakai. Rafida pun memilih gaun berwarna biru terang dengan nek v yang sangat rendah. Ia pun memanggul rambutnya ke atas dan menonjol kan tulang selangka yang indah.
Selesai berdandan, Rafida pun turun ke lobby menunggu jemputan. Hingga seorang supir menyambutnya dan membawa Rafida pergi dari apartemen itu.
Setelah jauh, Rafida merasa bingung karena rute yang supir ambil itu berbeda arah.
"Wait, kita salah arah," ucap Rafida kebingungan.
"Mr.Wil menyuruh saya untuk mengantarkan anda ke sebuah tempat terlebih dahulu," ucap supir itu.
Rafida hanya diam tanpa bertanya lagi.
Sesampainya Rafida pada sebuah rumah yang cukup besar. Ia berpas-pasan dengan Mr.Wil yang juga baru saja tiba.
"Mister eh maksud ku Mas Wildan, kenapa kita ke sini. Bagaimana dengan pamerannya?" tanya Rafida dengan berjalan mendekat ke arah Mr.Wil.
"Masuk lah dulu. Akan saya jelaskan sambil jalan," ucap Mr.Wil dan duluan masuk. Tangga yang cukup banyak membuat Rafida tertinggal jauh hingga kehilangan jejak Mr.Wil.
"Tiba-tiba kerabat tetua Brimo ingin menemui kita. Bersikap lah dengan baik dan jangan sampai salah bicara," ucap Mr.Wil saat menyadari Rafida berhasil menyusulnya. Tempat itu begitu luas dan mewah. Bahkan sangat indah meski di malam hari.
Rafida sibuk mengedarkan pandangannya sampai tidak melihat Mr.Wil mendadak berhenti dan akhirnya dia menubruk punggung Mr.Wil.
"Ada apa?" tanya Mr.Wil berbalik menatap Rafida.
Mr.Wil tiba-tiba menyentuh kepala Rafida lalu menyentil dahinya sambil mengingatkannya untuk bersikap dengan baik.
"Apa kau tidak mendengar ucapanku? Bersikaplah dengan baik!"
"Iya, tahu."
Min Young yang sudah tiba duluan dan langsung antusias menyambut kedatangan Mr.Wil.
(B.Korea)
"Anyeong, kebetulan sekali aku dan kak Min Seok datang kemari untuk mengunjungi Nenek Ling. Sudah lama kita tidak bertemu Nenek Ling, dia pasti kangen sekali dengan kita," ucap Min Yeong dengan sumringah.
"Min Seok juga ada di sini? Nenek pasti sangat senang," jawab Mr.Wil ramah.
***
Kini ke empatnya sudah berada di meja makan. Mereka datang dan memberikan hormat pada nenek dengan sangat anggun. Rafida yang kebingungan mengikuti gerakan mereka dengan kikuk.
"Nenek Ling, apa kabar?" ucap Min Seok dengan ramah.
"Tentu saja baik. Duduklah."
Saat semua hanya terdiam dengan saling pandang. Nenek Ling memandangi Mr.Wil dengan sendu. Mereka saling berbicara dengan sangat akrab. Melupakan Rafida yang bingung.
Rafida pun tanpa disuruh terlebih dulu menyajikan semangkok sup untuk Nenek Ling.
"Ya ampun, kau baik sekali," puji nenek Ling.
"Aku juga mau," ucap Mr.Wil malah cemburu manja minta dilayani juga.
Nenek langsung kesal mengomelinya.
"Kau kan bisa ambil sendiri, bersikap baiklah pada istrimu. Dia bukan pembantumu."
Rafida tak enak dan langsung saja mengambilkan semangkok sup untuk Mr.Wil.
"Astaga bisa-bisanya kalian menikah tanpa memberitahu siapapun yang berada di sini, tidak pula padaku. Nenek mengerti kalau cinta kalian sangat dalam, tapi seharusnya kalian lebih bertanggung jawab dong," omel Nenek Ling masih belum puas protes.
"Saat itu Rara ngebet ingin menikah, makanya aku tidak pikir panjang. Iya, kan?" ucap Mr.Wil yang malah nyalahin Rafida.
Sikapnya berubah sangat manja. Sampai Rafida melongo tak percaya. Nenek Ling bingung.
"Rara? Oh, aku mengerti kenapa kau memanggilnya begitu. Itu nama panggilan yang bagus, itu menunjukkan kalau kalian benar-benar sudah menikah. Kalau begitu, kita akan memanggilmu seperti itu. Rara, makanlah. Jangan sungkan," ucap Nenek dan membuat semua orang mulai makan.
Rafida ingin mengambil makanan, tapi malah mendapati Mr.Wil sedang menatapnya. Maka dia memutuskan untuk memberikan sepotong daging pedas pada Mr.Wil, tapi tiba-tiba saja Min Young memukul tangannya.
"Oppa Wildan tidak bisa makan pedas. Apa kau tidak tau?" celetuk Min Young dengan sinis.
Suasana mendadak jadi canggung. Mr.Wil buru-buru memakan makanan pedas itu.
"Rara menyukai makanan pedas, maka aku juga harus memakannya," ucap Mr.Wil dengan tanpa langsung membela Rafida.
Tapi, tiba-tiba saja Mr.Wil terbatuk-batuk dan membuat semua orang khawatir.
Rafida terburu memberikan air putih untuk Mr.Wil yang langsung di minum habis.
"Ma-maaf. Saya hanya tersedak," ucap Mr.Wil disela rasa panas yang membakar lidah nya. Ia menahan pedas yang masih tertinggal dalam lidahnya.
Mengetahui itu Rafida lalu mengambilkannya sesuap wortel untuk meredakan pedasnya, tapi kali ini Min Seok yang mendadak nyeletuk kalau Mr.Wil benci wortel.
"Dia juga benci pada wortel. Sebenarnya aku jadi heran, apa Rafida tidak mengetahuinya sama sekali?" ucap Min Seok. Kontan semua mata berpaling ke Rafida dengan penuh tanda tanya.
Rafida teringat saat kala ia menjadi sekretaris Mr.Wil. Di mana saat Mr.Wil makan, Rafida tak pernah ikut dirinya. Karena hal yang Mr.Wil yakini bahwa orang-orang terdekatnya bisa menjadi musuh terbesar dalam menghancurkan dirinya. Sehingga semua orang termasuk sekretarisnya pun tidak boleh mengetahui tentangnya apapun itu. Termasuk makanan yang ia sukai atau pun tidak.
"Tentu saja aku tahu, tapi kita tidak boleh pilih-pilih makanan. Aaaah!"
Mr.Wil terpaksa memakannya dengan muka kecut. Nenek Ling senang melihat itu, Rafida pintar menangani Mr.Wil.
Min Young tambah cemburu menyaksikan semua itu, tapi dia tetap bersikap pura-pura ramah pada Rafida.
"Apakah Aku boleh memanggilmu sebagai Unni Rara? Aku dengar kalau unni lebih tua dariku?" tanya Min Young ramah.
"Iya, tentu saja boleh. Sungguh suatu kehormatan," ucap Rafida kesal.
"Baguslah jika kalian jadi akrab begitu. Tolong jaga Min Youn ku. Dia masih sangat muda dan banyak hal yang tidak dia tau. Bahkan dia masih sering berubah akan cita-cita nya," ucap Nenek senang melihat keakraban keduanya.
"Dia sangat agresif, bagaimana aku menjaganya," gumam Rafida merasa semakin kesal.
"Kau bilang apa?" tanya nenek tidak mendengar dengan jelas.
"Maksudku aku akan menjaganya dengan baik."
"Oppa kau juga bersikap baiklah padaku hmm?" ucap Min Young dengan manja. Ia memanfaatkan situasi.
"Maaf, aku tidak bisa."
"Kenapa begitu?"
"Hei Mr.Wil seharusnya kau tidak melupakan Min Young yang sudah susah payah menemanimu selama ini. Kenapa kau begitu dingin padanya?" ucap Min Seok merasa kesal.
"Karena aku bukan lah pria lajang. Aku, sudah mempunyai seorang istri yang tidak bisa berbagi perhatiannya dengan wanita lain," ucap Mr.Wil dengan menggenggam tangan Rafida. Keduanya pun saling melempar senyum. Nenek yang melihatnya ikut bahagia.
"Habiskan makan kalian cepat. Nanti keburu dingin," ucap Nenek dan membuat suasana menjadi tidak terlalu tegang.
Mr.Wil langsung balas dendam dengan menyuapi Rafida sepotong bawang putih.
"Aku melihat kau sangat menyukai bawang putih," ucap Mr.Wil dengan tawa jahatnya. Rafida pun terpaksa menelannya sambil nyengir garing.