webnovel

Kesalahpahaman

POV Ketiga

Kamu dan Tohka pergi ke sekolah seperti biasanya. Tidak ada hal spesial yang terjadi hari ini kecuali Tohka yang semakin menempel denganmu. Kamu tidak keberatan dengan tingkah laku Tohka karena hal ini juga membuat kamu senang.

Sesampainya di sekolah kalian duduk di bangku masing-masing dan menunggu guru wali kelas untuk masuk. Tapi kamu merasakan akan ada masalah yang terjadi sebentar lagi. Berusaha untuk tidak memikirkan hal ini lebih jauh, kamu memeriksa apa ada permintaan dari klien atau tidak.

Dan... Sama sekali tidak ada pesan pun yang masuk. Tapi kamu tidak mempermasalahkannya karena masalah keuangan sudah tercukupi untuk beberapa tahun ke depan.

Pintu terbuka menampilkan guru yang selalu awet muda. Okamine Tamae atau para murid akrab memanggilnya dengan sebutan Tama-chan. Perhatian segera tertuju padanya.

Tamae : "Selamat pagi semuanya!"

Murid : "Selamat pagi Tamae Chan!"

Tamae : "Sebelum kita memulai pelajaran hari ini ada kabar gembira untuk kita semua. Kita hari ini akan kedatangan murid-murid baru."

Kamu mengangkat sebelah alismu. Dia masih ingat bahwa Tohka juga baru beberapa minggu masuk ke sekolah dan sekarang sudah ada murid baru lagi.

Tamae : "Nah kalian bertiga silahkan masuk dan perkenalkan diri kalian."

N/K : 'Kalian bertiga? Banyak sekali. Apa kelas ini akan muat dengan kapasitas yang bertambah seperti ini? Ya biarlah.'

Ketiga murid baru tersebut masuk dan berdiri di hadapan semua murid. Kamu sudah tahu bahwa Mukuro akan bersekolah di sini. Tapi dua orang lainnya yang asing di matamu.

Ketiga murid baru menulis nama mereka di papan tulis dan mulai memperkenalkan diri masing-masing. Perkenalan dimulai dari Mukuro.

Mukuro : "Namaku Hoshimiya Mukuro. Merupakan kesempatan yang indah untuk berkenalan dengan kalian."

Para murid laki-laki hampir kegirangan namun semuanya berusaha untuk menahan diri. Selanjutnya adalah siswi yang menutupi sebelah matanya.

Kurumi : "Namaku Tokisaki Kurumi. Senang bertemu dengan kalian."

Sekali lagi para siswa menahan diri untuk tidak berteriak. Namun...

Kurumi : "Aku adalah roh."

Shido dan Origami terkejut mendengar pernyataan bahwa Kurumi adalah roh. Untuk Kamu, Hiroto, Tohka dan Mukuro kalian merasa biasa saja. Murid lainnya tidak peduli dengan kalimat itu dan murid yang ketiga memperkenalkan diri.

Yae : "Namaku Kokoneo Yae. Aku harap kita semua bisa menjadi teman yang baik."

Yae memiliki wajah yang rupawan. Rambutnya hitam panjang terurai. Tatapan matanya sayu dan dia terlihat seperti putri yang tinggal di istana.

Kali ini reaksi mereka sedikit berbeda. Semua murid hampir pingsan karena kecantikan yang dimilikinya. Tapi tidak untuk kamu. Kamu menunjukkan ekspresi benci yang sangat dalam terhadap Yae. Setelah beberapa saat kamu memasang ekspresi seperti biasa.

Yang menyadari perubahan ekspresimu hanya Hiroto dan juga Origami.

Hiroto : 'N/K...'

Origami : 'Apa mereka memiliki masalah di masa lalu? Dia tidak pernah memperlihatkan wajah seperti itu.'

Tamae : "Nah sekarang silahkan duduk di-"

Kurumi : "Mohon maaf sensei. Tapi bisakah aku meminta seseorang untuk menemani aku untuk berkeliling di sekolah ini. Aku masih asing dengan struktur bangunan ini."

Tamae : "Tentu saja boleh."

Kurumi mendekati Shido dan memilih dia. Mukuro dan Yae duduk di bangku yang sudah disediakan. Pelajaran pun dimulai seperti biasanya.

POV Tohka

Iyey! Sekarang waktunya istirahat! Aku sudah membuat bekal khusus untuk aku dan juga N/K. Aku ingin tahu apa dia suka bekal buatanku atau tidak? Hmmm... Yah langsung tanyakan saja padanya.

Aku berjalan menuju ke mejanya dengan perasaan bahagia. Tapi.. murid baru itu mendekati N/K. Apa mereka saling kenal? Kalau tidak salah namanya Yae.

Tohka : "N/K." Aku memanggil namanya

Dia melihat padaku dan tersenyum.

N/K : "Ada apa Tohka?"

Tohka : "Aku sudah membuat bekal untuk kita berdua. Ayo kita makan bersama!"

N/K : "Maaf.. tapi kurasa aku sedang tidak berselera untuk makan."

Apa? Tidak biasanya dia menolak.

N/K : "Bagaimana jika bekalnya diletakkan saja di kolong mejaku? Nanti aku akan memakannya."

Tohka : "Baiklah..."

N/K berdiri dan meninggalkan aku berdiri di depan mejanya. Murid baru bernama Yae tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengikuti N/K dari belakang. Saat dia melewatiku aku mendengar dia berbisik.

Yae : "Kau sama sekali tidak pantas untuk dia."

Aku berbalik ke arahnya. Entah kenapa aku ingin sekali menghajarnya. Tapi mereka berdua mau kemana? Aku harus tahu apa yang akan mereka lakukan. Sebelum aku dapat meninggalkan kelas, Hiroto menghalangi jalanku.

Hiroto : "Emm.. Tohka. Lebih baik kamu tidak perlu mengikuti ke mana mereka pergi. Ya?"

Tohka : "Tapi kenapa?"

Hiroto : "Itu.. bagaimana caraku mengatakannya padamu? Mereka berdua... punya masalah yang... sulit untuk kau mengerti. Yah begitulah. Pokoknya kau tidak perlu mengikuti mereka oke?"

Ada yang aneh. Dia pasti tahu kenapa N/K pergi berdua dengan Yae. Aku bisa saja mencekik lehernya untuk membuat dia mengatakan apa yang aku ingin tahu. Tapi ada Mukuro yang membuatku tidak bisa melakukan sekarang.

Tohka : "Baiklah. Aku tidak akan mengikuti mereka. Aku mau ke toilet untuk sekarang."

Mukuro : "Perlu daku menemani engkau?"

Tohka : "Tidak perlu Mukuro. Hanya sebentar saja."

Mukuro mengangguk dan Hiroto membiarkan aku lewat. Aku membawa bekal yang kubuat bersamaku.

Berjalan menyusuri lorong sekolah aku hanya bisa melihat murid lain. Tapi aku sama sekali tidak melihat N/K. Ke mana perginya dia? Saat mencapai tangga aku melihat murid baru yang bernama Kurumi sedang menaikkan roknya di depan Shido.

Dia berhenti. Mereka berdua melihat padaku.

Kurumi : "Ara Ara~ Apa kau ada perlu dengan kami?"

Shido : "Ya-Yatogami-san!?"

Tohka : "Shido... Kau lebih buruk daripada sampah."

Dia pun berlutut seperti habis depresi. Kebetulan ada loker di sampingku dan Origami keluar dari loker tersebut. Apa dia sedang menguntit mereka berdua? Biarlah... Tapi mungkin dia tahu keberadaan N/K dan Yae.

Tohka : "Hei Origami. Apa kau tahu di mana N/K berada sekarang?"

Origami : "N/K? Tadi aku melihatnya bersama dengan murid baru menuju ke atap sekolah."

Tohka : "Begitu. Terima kasih kau rupanya tidak terlalu jahat!"

Aku segera naik menuju atap sekolah meninggalkan mereka bertiga. Aku harus pelan-pelan dalam menaikinya karena aku takut bekalnya akan rusak.

Angin mulai berhembus dari bagian atas tangga. Jadi pintunya sudah terbuka dan itu artinya N/K dan murid baru itu ada di sana. Aku bergegas menuju ke atap sekolah. Sesampainya di sana aku melihat pintunya terbuka lebar.

Bagian atap masih belum terlihat jelas karena cahayanya cukup terang. Jadi aku melewati pintu itu dan saat berada di sana...

Aku merasa mataku mulai berkeringat.

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi...

Rasanya sakit sekali.

Aku tidak tahu kenapa hatiku rasanya sangat sakit.

Di depan mataku...

N/K dan murid baru itu...

Berciuman dengan mesranya.

Saat itu juga aku menjatuhkan kotak bekal buatanku. Mereka berdua melihat padaku dan hanya tersenyum.

Kenapa? Kenapa kalian tersenyum saat hatiku terasa sakit saat ini?

Apa begitu senangnya kalian melihat aku terluka seperti ini?

Aku pergi meninggalkan mereka berdua dan mataku masih berkeringat. Aku terus berlari tanpa mempedulikan apa pun. Hingga aku menabrak seseorang. Mukuro.

POV Kamu

<Sebelum Tohka melihat Kamu dan Yae di atap sekolah>

Bel istirahat berbunyi. Tohka menawarkan aku bekal buatannya tapi perutku mengatakan sebaliknya. Bukan karena makanannya tidak enak atau bagaimana. Tapi karena aku menahan untuk buang air sejak pagi tadi.

Semalam Tohka begadang untuk menonton beberapa film yang menurutnya menarik. Jadi dia cukup lama ketika mandi. Kebetulan konsep kamar mandi di apartemen itu digabungkan dengan toilet. Tohka juga sudah mulai peka terhadap privasi tubuhnya.

Aku tidak bisa menyalahkannya. Dan sekarang aku pergi ke toilet untuk melepaskan seluruh beban yang ada di bagian bawah tubuhku.

<Beberapa saat kemudian>

Ahh~ Semua beban sudah lepas sekarang. Aku mencuci tanganku dan dua orang siswa masuk ke toilet. Anggap saja nama mereka adalah Haru dan Asta.

Asta : "Hei apa kau lihat ada siswi yang menangis sambil berlari tadi?"

Haru : "Aku tidak lihat. Memangnya dia itu siapa?"

Asta : "Eh? Kau tidak tahu? Dia itu siswi periang berambut ungu dari kelas 2-4 yang sudah punya pacar."

Haru : "Ooh! Yang itu. Aku baru ingat. Tapi kenapa dia menangis?"

Asta : "Entahlah. Yang aku bisa lihat saat melihat wajahnya hanyalah kesedihan yang mendalam. Dia terlihat seperti baru saja dikhianati oleh orang terdekatnya. Dia kelihatannya baru datang dari atap sekolah."

Tohka menangis? Tapi kenapa? Aku mencoba mencoba untuk menyambung beberapa titik. Aku keluar dari kelas dan Yae juga keluar menuju... Sialan. Rupanya dia sudah merencanakan hal ini.

Tanpa membuang waktu aku mengeringkan tanganku dan berlari menuju kelas secepat yang aku bisa. Aku melihat Yae sudah ada di sana tersenyum dengan senangnya. Jadi benar dia sudah merencanakan hal ini.

Yae : "Kau akan berterima kasih padaku kelak."

N/K : "Dalam mimpimu. Apa yang kau lakukan padanya? Katakan!"

Yae : "Aku? Aku hanya menunjukkan beberapa kenyataan yang harus dia lihat. Lagi pula dia tidak pantas berada di posisi yang sama de-"

Plak!

Aku menamparnya dengan api langit. Berani sekali dia melakukan hal ini.

N/K : "Kau ini... Apa kau tidak pernah memikirkan perasaan orang lain?! Apa tidak cukup kau melukai adikku?! Hah! Katakan!"

Dia tidak menjawab.

Kokonoe Yae. Seorang gadis yang sudah membuat adikku kehilangan nyawanya. Dan yang lebih buruk ayahku menjodohkan aku dengan dia. Kenapa? Kenapa dia harus dekat dengan hidupku? Dosa apa yang kuperbuat hingga dia datang kembali ke hidupku?

Tanpa sadar, aku masuk mode HDWM dan siap untuk menghajarnya. Dia harus musnah dari muka bumi ini. Sesaat sebelum aku mencoba untuk memukulnya, ada orang yang memegang tanganku.

N/K : "Jangan cegah aku Hiroto."

Hiroto : "Omerta."

Hanya satu kata itu yang keluar dari mulutnya. Aku melihat lagi ke arah Yae yang masih tersungkur di lantai.

N/K : "Cih! Kau beruntung kali ini. Tapi jika aku melihat kau melakukan hal seperti ini lagi..."

Suaraku perlahan menjadi dingin.

N/K : "Akan kupastikan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menolongmu meskipun itu ayahku."

Aku masuk ke dalam kelas dan melihat semua orang menatapku dengan khawatir. Aku mencari Tohka yang terlihat masih sedih. Dia sedang ditenangkan oleh Mukuro. Aku mendatangi bangkunya.

N/K : "Tohka, kita perlu bicara."

Tohka : "Tinggalkan aku. Kau bisa bersama dengan dia. Aku tidak peduli."

N/K : "Tohka aku-"

Tohka : "Aku bilang aku tidak mau!"

Ini pertama kalinya aku mendengar Tohka membentakku seperti ini. Aku mengerti dia cemburu karena pasti si gadis sialan itu menunjukkan hal yang tidak-tidak padanya. Kurasa aku tidak punya pilihan lain.

Hanya satu hal yang bisa kulakukan untuk meminta maaf padanya.

Aku menarik nafas sedalam-dalamnya dan...

Bam!

POV Ketiga

Bam!

Kamu membungkuk di depan Tohka sampai-sampai kepalamu membentur meja miliknya. Semua orang terkejut dengan perbuatanmu termasuk Yae.

Yae : 'Apa yang sebenarnya dia lakukan? Kenapa dia membungkuk seperti itu di hadapan gadis itu bahkan sampai membenturkan kepalanya sekeras itu. Apa dia sudah gila?'

Hiroto : 'N/K... Kau tidak pernah berubah.'

Tohka yang melihat kamu membenturkan kepalamu ke mejanya juga bingung dengan apa yang kamu lakukan. Tapi satu hal yang Tohka sadari, keningmu saat ini mengalami pendarahan.

Sebelum Tohka dapat melakukan apa-apa, kamu meminta maaf padanya.

N/K : "Aku minta maaf!"

Jawaban yang memang tidak terduga tapi saat ini tindakan yang dilakukannya adalah yang paling tepat.

Tohka : "N/K ka-"

N/K : "Aku minta maaf jika perbuatanku menyakiti hatimu! Aku memang tidak sempurna dan sering berbuat kesalahan. Aku tidak memintamu untuk memaafkanmu tapi aku ingin kau tahu bahwa aku benar-benar menyesal! Sekali aku minta maaf!"

Tohka terdiam. Dia tidak pernah melihat kamu menunjukkan ekspresi seperti ini. Dan juga Tohka merasa cukup lega namun masih tersendat. Hingga dia melihat jejak api kabut.

Tohka : 'Api ini... Jadi yang kulihat tadi itu bukan N/K tapi hanya ilusi. Aku harusnya tidak mengambil kesimpulan terlalu cepat.'

Tohka mengangkat kepalamu dan melihat kamu dengan tatapan serius. Perlahan dia mendekati wajah kamu dan melakukan hal tak terduga. Dia mencium kamu di depan umum dan melirik ke arah Yae.

Semua orang di kelas langsung ribut dengan tindakan yang Tohka lakukan. Beberapa detik kemudian dia melepaskan ciumannya dan terlihat sedikit jejak dari lidahnya. Tohka menjilat bibirnya dan tersenyum pada kamu.

Tohka : "Aku memaafkanmu."

Kata itu keluar dari mulutnya tapi dia menarik telingamu dan berbisik..

Tohka : "Aku ingin melakukannya sambil berpelukan di rumah."

Menyeringai dengan lebar, kamu mengangguk. Tohka membawa kamu ke UKS untuk merawat luka di keningmu. Hiroto dan Mukuro hanya merasa bangga. Yae di sisi lain merasa sangat cemburu karena rencananya gagal.

Yae : "Lihat saja nanti. Aku pasti akan mendapatkan dirimu."

Dia duduk dan menunggu kelas dimulai kembali. Beberapa catatan dia buat untuk rencana yang akan datang.

Hubungan kamu dan Tohka yang hampir putus mulai menyatu kembali. Tapi hubungan kalian masih akan mengahadapi kesulitan yang lebih besar daripada hari ini.