webnovel

Gejolak Cinta Wanita Simpanan

GEJOLAK CINTA WANITA SIMPANAN Gendis Arumi Bagaskara yang haus akan kasih sayang dari seorang laki-laki. Dengan latar belakang keluarga broken home ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat namun tetap ada kelemahan yang tersimpan di dalam dirinya. Menikah dengan di landasi perjodohan hingga melahirkan seorang putra tetapi dia tidak menemukan cinta dari suaminya sampai akhirnya sang suami meninggal dunia. Sepeninggalan Adtya kini ia hidup membesarkan anak semata wayangnya. Selama hidup menjadi janda tekanan batin semakin terasa, untunglah dia memiliki sahabat yang senantiasa menemani di kala suka dan duka. Seiring berjalan nya waktu dia mulai menemukan cinta yang selama ini di impikan, seorang pria tampan dengan hati yang lembut juga penuh perhatian. Namun sayangnya pria itu sudah memiliki istri sehingga ia harus merelakan hidupnya terperangkap menjadi simpanan dari seorang pengusaha. Kehidupannya menjadi simpanan tidaklah mudah, gejolak batin yang ia rasakan semakin hebat ketika dia ingin memiliki cinta dan tubuh pria itu seutuhnya. Sesak yang amat berat terasa didada setiap kali keinginan itu muncul dalam benaknya, keinginan yang begitu menyiksa karena sudah pasti ada hati yang tersakiti. *** Rayyan Danuja Wijaksana, seorang CEO dari perusahaan ternama yang bergerak dibidang property. Ia memiliki seorang istri, namun setelah sepuluh tahun menikah mereka tetap tidak dikaruniai anak. Takdir mempertemukan Rayyan dengan seorang wanita yang tanpa diduga dapat mengubah hati dan perasaannya. Ia menyukai wanita itu. Rayyan tahu bahwasannya perasaan yang dimilikinya ini adalah perasaan terlarang, namun ia memiih mengabaikannya dan tetap menyukai wanita itu. Sehingga ia memilih untuk membuat wanita tersebut menjadi simpanannya. Akankah Gendis bahagia dengan cintanya? Atau ia malah akan menyesalinya!

Winda_Gemini · 现代言情
分數不夠
28 Chs

Keceriaan Anak-Anak

"Mbak tolong buatkan camilan untuk anak-anak ya, dan juga buatkan minuman segar karena cuacanya agak panas siang ini," ucap Bhanuwati.

"Ma, Nehan dan Arka sedang bermain dimana? Aku lihat dikamar mereka tidak ada," ucap Gendis.

"Seperti biasa dong pastinya, anak-anak suka bermain di tempat yang luas," ucap Bhanuwati sembari tertawa kecil mengingat wajah lucu cucu kesayangannya yang sudah kucel akibat bermain bola.

Gendis yang sudah mengerti akan maksud perkataan Bhanuwati segera berjalan menuju halaman belakang tempat dimana Arka dan Nehan bermain. Betapa terkejutnya dia melihat sang buah hati sudah berpeluh keringat.

"Ya ampun sayang…," ucapnya sembari menahan tawa karna melihat wajah lucu anaknya.

Terlihat ada beberapa noda hitam di wajahnya, rambutnya yang berantakan, bajunya yang bewarna putih kini sudah beruba warna menjadi cokelat kehitaman. Begitupun tangan mungilnya yang penuh dengan serpihan tanah yang menempel.

"Ma…, ma…," terdengar suara Nehan berlari kecil ingin menghampiri ibunya.

Dengan baju penuh noda dan tubuh yang dibasahi berpeluh keringat dia memeluk ibunya.

"Emmm, ternya putra mama sudah besar ya sudah pinter main bolanya," ucap Gendis

Saat Gendis memeluk Nehan dengan hangat, Arka yang tengah memegang bola dengan napas terengah-engah karena kelelahan bermain bola memandangi keduanya dengan senyuman manis.

"Nehan." Terdengar suara Arka memanggil.

"Yok kita main lagi," lanjutnya

"Ok,"

"Ma, aku lanjut main bola bersama Arka lagi ya," ucap Nehan.

"Baiklah sayang, tapi kalian tetap harus hati-hati ya saat bermain,"

Nehan lalu berlari mendekati Arka dan memulai permainannya kembali, kedua bocah kecil ini berlari dengan sangat lincah sehingga membuat orang dewasa yang melihatnya tertawa lepas karena tingkah polah mereka.

Gendis berjalan ke arah saung yang tak jauh dari tempat putranya bermain.

"Ternyata Nyonya Gala ada disini." Ucap Gendis

"Pantas saja aku tidak dapat melihatmu di kamar," lanjutnya.

"Iya aku sedang menikmati pertandingan seru antara tuan Nehan dan tuan Arka," sahutnya yang sedari tadi memang focus melihat tingkah lucu anak-anak kecil itu.

Disaat mereka berdua sedang asyik melihat keseruan anak-anak, terdengar suara dering ponsel Ayesha bordering.

"Halo, sayang," ucap Ayesha yang begitu bersemangat menerima panggilan telpon dari suaminya.

"Besok kami akan berangkat ke Malang, karena aku sangat merindukan kamu," ucap Manggala dengan manja.

"ohhh, aku-pun begitu sayang," sahut Ayesha dengan suara manjanya.

"Kedengarannya ramai sekali disana, apa yang sedang kalian tertawakan" ucap Gala penasaran.

"Iya kami sedang menyaksikan pertandingan bola yang sangat fenomenal sejagat raya," sahutnya sembari tertawa pelan.

"Aku jadi semakin tidak sabar untuk segera sampai kesana,"

"Baiklah sebelum aku menjadi semakin iri mendengar keseruan disana aku tutup dulu telponnya ya sanyang," sahut manggala

"Iya sayang, besok saat berangkat tolong kabari aku, bye," ucap Ayesha.

"Cieee, yang besok mau dijemput pangeran berkuda putih, bahagia banget," ucap Gendis setelah melihat Ayesha mematikan ponselnya.

"Makan bawang putih juga harus mencari pangeran berkuda putih, agar kita bisa double date pasti lebih seru ya kan," sahut Ayesha.

Mendengar ucapannya Gendis-pun menekuk wajahnya seperti singa yang ingin menelan mangsanya.

"uhuk.., uhuk..,"

Terdengar suara batuk yang dikeluarkan Gendis.

"Kamu sakit?" Tanya Ayesha.

"Enggak, mungkin karena kemarin pagi aku keluar saat udara masih dingin, jadi aku sedikit meriang aja,"

"Kamu harus minum obat terus, aku akan ambilkan obatnya sekarang," ucap Ayesha yang ingin mengangkat pantatnya untuk berdiri namun di tahan oleh Gendis.

"Sha aku bukan anak kecil lagi, aku akan minum obat jika aku butuh, sekarang aku hanya meriang saja."

"Baiklah, kamu memang selalu punya jawaban yang selalu membuatku tidak bisa berkata-kata."

Gendis memberikan senyuman manjanya kepada sahabatnya yang sudah terlihat kesal dengan tingkahnya.

"Wahhh, seger banget Mbak Sih tau aja membuat minuman segar di saat-saat cuaca seperti ini," ucap Gendis.

"Anak-anak mari sini minum dan makan camilannya dulu setelah itu baru lanjut main lagi," teriak Gendis.

Anak-anak berlari mendekati saung dengan tangan yang kotor.

"Eiittss, kalian harus cuci tangan yang bersih dulu baru boleh pegang makanan dan minuman ini," ucap Ayesha.

Kedua bocah itupun beranjak menuju keran air yang biasa digunakan untuk mengalirkan air saat akan menyirami tanaman yang ada di belakang.

"Ma apa sudah boleh makan camilan?" Tanya Nehan sembari menunjukkan tangannya yang sudah dibersihkan dengan bantuan Mbak Sih.

"Boleh," sahut Gendis.

"Arka juga sudah boleh naik kesaung dan menyantap camilannya,"

Kedua anak laki-laki itu segera menaiki anak tangga saung dan langsung meminum minuman segar yang telah disiapkan, terlihat mereka sangat haus karena permainan mereka menguras banyak tenaga.

"Sha aku akan ke kamar ya, aku ingin istirahat" ucap Gendis yang sudah terlihat lemas.

"Baiklah, anak-anak biar aku yang lihat kamu istirahat dulu agar lebih baikan nanti,"

Setelah mendengar ucapan Ayesha dia-pun beranjak menuju kamar dan segera berbaring di atas ranjang karena kali ini dia sudah tidak bisa menahan rasa panas yang keluar dari dalam tubuhnya.

"Mbak Sih, dari tadi aku tidak melihat Ibu, apa dia pergi keluar?" Ayesha menanyakan Bhanuwati yang tidak terlihat saat Nehan dan Arka bermain tadi.

"Nyonya dikamarnya Non, katanya ingin membersihkan barang-barang lama yang akan di buang,"

"Loh, dia membersihkan kamarnya sendiri?" Tanya Ayesha yang kaget karena dia tahu Bhanuwati sudah tidak sekuat dulu lagi.

"Iya Non, Nyonya tidak ingin di bantu katanya tadi,"

"Baiklah, aku akan melihatnya, terimaksih Mbak Sih"

Ayesha beranjak menuju kamar utama yang ada di rumah itu.

"Tok…, Tok…, Ma…"

"Iya, siapa?" sahutnya

"Ini aku Esha, boleh aku masuk?"

"Masuklah Nak,"

Ayesha memegang enggel pintu kamar utama dan membukanya, terlihat Bhanuwati sedang duduk di atas shofa mewah yang terletak di ruangan itu.

"Mama sedang membersihkan apa? Kenapa Mbak Sih tidak diizinkan untuk membantu?" Tanya nya.

"Mama hanya membersihkan barang-barang lama yang mungkin tidak akan diperlukan lagi." Sahutnya.

"Apa aku boleh membantu mama?"

"mama sudah selesai kok, anak-anak dimana sudah tidur atau mereka belum selesai bermain?" Tanya Bhanuwati.

"Mereka sudah pada tidur Ma, mungkin karena kelelahan,"

"Mama melihat Nehan sangat bahagia dengan kehadiran Arka, mama takut saat nanti pulang ke Surabaya mereka akan sangat merindukan satu sama lain." Ucap Bhanuwati

"Iya sich ma, aku juga lihat mereka seperti saling melengkapi sama seperti aku dan Gendis," ucap Ayesha

"emm bagaimana kalau kita ajak saja Arka dan ibunya ke Surabaya, jadi Mbak sih juga bisa jadi teman buat Mbok Mi," ucapnya lagi.

"Benar juga ya, tetapi…,"

"tapi apa ma?"

"Mbak Sunarsih tidak mungkin bisa ikut ke Surabaya, karena dia juga memiliki seorang suami yang harus di rawatnya," ucap Bhanuwati.

"tetapi kita juga gak mungkin lama-lama disini, karena hanya akan membuat luka Gendis kembali terbuka." Ucap Bhanuwati kembali.