***
"Hoooooraaaa!"
"Aaaa!!!"
Tidak kusangka si sialan ini akan sangat berat, padahal dia dulu tidak seberat ini. Oh apa karena aku memakai tubuh anak ini?
"Kurang ajar!"
Oh hebat sekali, dia masih bisa bangkit.
"Heh... kau masih bisa bangkit ya?"
"KAU PIKIR DENGAN SIAPA KAU BICARA DASAR RAKSASA SIALAN!"
"Hahaha kau sangat lu..."
"Mati kau!!!!"
Sial! Aku dihempaskan dengan mudah! Ini aneh, aku tidak mungkin bisa dihempaskan dengan mudah seperti itu.
"Hahahaha!"
"Ya ampun kau benar-benar membuatku kagum ular hitam, padahal dulu kau sama sekali tidak bisa menyentuhku."
"Tentu saja! Karena kau belum sepenuhnya satu tujuan dengan wadahmu!"
Belum sepenuhnya?
"Apa maksudmu?"
"Heh.... jadi mantan dewa bisa bodoh juga rupanya! Baiklah akan kuberitahu sebagai wawasan terakhir sebelum kalian semua lenyap. Jika seorang wadah roh tidak memiliki tujuan yang sama maka tidak mungkin kekuatan maksimal dan wujud asli dari roh itu tidak akan pernah muncul, itulah kenapa saat ini aku memegang penuh kendali orang bodoh ini! Dia dengan senang hati memberikan jiwa dan raganya hanya demi membunuh wadahmu, Y-Mir!"
Jadi begitu, pantas saja aku belum bisa mengeluarkan seluruh kekuatanku. Tujuanku dengan anak ini belumlah sama seutuhnya, dia ingin menyelematkan semua orang tapi aku hanya ingin melindungi spica beserta wadahnya.
"Oh! Kurang lebih aku paham, terimakasih ular hitam."
Tidak ada pilihan lain.
"Hahahaha! Sekarang musnahlah dasar dewa bodoh!"
Ular ini, dia masih belum belajar.
"First form, child of tear."
"Apa?!"
Wujud pertamaku adalah child of tear, kira-kira wujud ini sama seperti sama seperti yang anak ini gunakan saat melawan dewa perang Ares dulu. Yah dengan wujud ini sepertinya kami aman, tubuhnya juga tidak terbebani.
Dengan cepat aku melesat kearahnya dan menghantam kepalanya dengan bongkahan es yang sangat besar, beruntung dia bukan pengguna elemen api jadi esku tidak akan meleleh.
"Dengan ini berakhir sudah."
"Apa kau berpikir begitu?"
Eh?
"Menjauh dariku!"
Dia menampar tubuhku dengan ekor bersisiknya itu, aku sempat menahannya dengan 2 kristal esku... kristal esku langsung hancur. Apa yang sebenarnya terjadi selama 10.000 tahun berlalu?!
"Hei ular, beritahu aku... apa yang sebenarnya terjadi sejak aku disegel?"
"Sejak kau disegel... sudah tidak ada lagi yang namanya raksasa es... yang tersisa hanyalah 7 putramu, kini mereka ada di..."
"Nilfheim... aku benar kan?"
"Kau... bagaimana kau bisa tau?"
"Yah... karena aku sudah membunuh mereka semua..."
"Y-Mir... kau...."
"Satu pertanyaan terakhir ular.... siapa yang membantai rasku?"
"Kau sudah tau kan orangnya..."
"Huh... anak itu ya..."
"Jadi bagaimana? Kau mau bergabung?"
Anak itu, kenapa dia sangat membenci kaumku? Aku bahkan belum membunuh satupun dewanya, bagaimana mungkin dia melakukan hal sekeji itu? Apa gelar dewa tertinggi itu hanya pajangan?
"Maaf ular, tapi sepertinya aku tidak akan ikut."
"Bahkan setelah mendengar semua kenyataan pahit itu?"
"Ya."
"Kau sangat naif Y-Mir."
Dia benar, aku sangat naif. Kalau dipikir lagi, aku dan snow tidak ada bedanya sama sekali.
"Itulah kenapa... ITULAH KENAPA SPICA BISA DENGAN MUDAH DIBUNUH! SEMUA ITU SALAHMU!"
Ular ini, dia benar-benar membuatku... sangat muak!!!!
"Penuhi panggilanku, bawalah jiwa mereka yang telah tiada, hentikan waktu yang telah berjalan, hancurkan semua yang ada, datang..."
"Tunggu!"
Siapa gadis kecil ini? Dia tiba-tiba saja datang menghampiriku dan menarik jubah ini, wajahnya terlihat sangat sedih.
"Tuan, aku mohon jangan sakiti ayahku."
"Ayah?"
Oh! Aku ingat sekarang, anak ini adalah...
"Kau lengah Y-Mir!"
Dia menembakkan banyak sekali racun kearahku, dengan sigap aku menutupi sekelilingku dan gadis kecil ini dengan lapisan es yang cukup tebal. Semua racun yang menyentuh esku langsung membeku, tidak ada setetespun racun yang tersisa.
"Apa?!"
"Sekarang kau aman gadis kecil. Hem... kalau tidak salah namamu..."
"Ibuki!"
"Ah ya, Ibuki. Jadi kenapa kau kemari?"
"Anu... tuan Snow, sebelumnya terimakasih karena telah merawat dan menyembuhkan seluruh penyakit Ibuki."
Dia berfikir kalau aku ini Snow, ya tidak masalah.
"Tapi..."
"Tapi?"
"Ibuki mohon, jangan sakiti ayah lagi."
"Tapi gadis... maksudku Ibuki, dia sudah bukan ayahmu lagi."
"Tidak! Ayah tetaplah Ayah Ibuki!"
Gadis ini sangat keras kepala, apa mungkin aku buat dia pingsan dulu saja?
"I... buki..."
Tidak mungkin! Wadahnya masih bisa sadar!
"Kau! Apa yang kau lakukan!"
"I... buki..."
Mereka bengtengkar, saling bertukar tubuh dan berebutan. Melihat wujudnya membuatku sedikit mual, betapa menjijikkannya makhluk ini.
"Ayah!"
"I... buki... bagaimana bisa..."
"Ayah! Apa ayah tau? Ibuki dirawat oleh tuan Snow dan kakak elf disana itu! Mereka merawat dan menyembuhkan semua luka Ibuki, dan sekarang Ibuki sudah sehat!"
"Ibuki!"
Oh mereka juga kemari ya.
"Ibuki, kenapa kau kesini?! Disini bahaya!"
"Ayah! Ayah! Kedua kakak ini juga ikut merawat Ibuki! Mereka sangat baik dan lembut saat menjaga Ibuki! Masakan kak Alice juga sangat enak! Kak Anna juga sanagt baik dan mau menggendong Ibuki sampai Ibuki tertidur tadi! Lalu! Lalu!"
Gadis ini sangat banyak bicara, bagaimana dia bisa tetap cerita setelah menyaksikan ayahnay berubah menjadi mosnter mngerikan?
"Ibuki... Ayah..."
"Kau diam saja dasar manusia hina! Kau ini hanya wadahku! Tidak akan kubiarkan kau bangun lagi!"
Oh, ular memaksa jiwanya tertidur. Yah, aku jadi tidak tega membunuh ular dan wadahnya didepan gadis kecil ini.
"Ayah! Ayo pulang! Ibuki rindu!"
"Diam kau anak kurang ajar!"
Dia datang lagi, tapi sepertinya ini akan sedikit gawat. Tubuhnya mulai membesar lagi, dan kali ini tekanannya cukup besar untuk membuatku mundur.
"Barier."
"Tuan Snow."
"Tidak Alice, dia bukan tuan. Dia adalah orang yang sama yang menyerangmu dan Nona Chio di istana dulu, sebaiknya kau berhati-hati."
"Ya, kau benar."
Mereka menjaga jarak dariku, anak-anak ini cukup waspada juga ya.
"Tenanglah, kali ini aku tidak akan mengganggu kalian. Aku hanya ingin menghabisi ular disana itu, setelah itu aku akan kembali tidur."
"Dimana Tuan Snow?"
"Dia ada disini."
Aku menunjuk kearah dada.
"Dia sedang tertidur disini dan sedang mengumpulkan energi, dia sendiri yang memintaku membantu kalian."
"Tenang saja semuanya."
"Nona Chio!"
Oh, penyembuhannya sudah selesai ya.
"Dia bukan orang jahat. Salam hormatku dewa waktu dan es, tuan Y-Mir."
Wadah Spica berlutut didepanku, dia terlihat sangat menghormatiku.
"Aku tidak menyangka, ternyata penyembahku masih ada bahkan setelah 10.000 tahun berlalu."
"Tidak juga tuan, sudah seratus tahun lebih hamba hidup, tapi hamba tidak menemukan orang lain yang menyembah anda. Kebanyakan dari mereka menyembah dewa lainnya, terutama dewa Odin. Itulah sebabnya kekuatan elemen es saat ini tergolong kekuatan langka, bahkan kekuatan ini termasuk kedalam kekuatan terkutuk."
Sudah kuduga ini akan terjadi.
"Jadi bagaimana, bisakah kau keluar sekarang?"
"Ara, kau memanggilku?"
Akhirnya keluar juga.
"Kita harus mengalahkan si sialan itu, sebelum dia membuat kota ini menjadi lautan racun."
"Aku akan membantumu, tapi dengan satu syarat."
"Ayolah, kita tidak punya ba..."
"Peluk aku!"
Astaga! Dia sangat merepotkan! Bagaimana mungkin sifat manjanya ini masih bisa bertahan selama ribuan tahun. Tidak ada pilihan lain, waktu semakin meyempit.
"Sekarang kau puas?"
Aku memeluknya erat, jujur saja aku sangat merindukan rasa nyaman ini.
"Hehehehe, baiklah cukup."
Dia melepaskan pelukannya, tapi tidak denganku.
"Ayolah, lepaskan pelukanmu. Tadi katanya ingin mengalahkan ular ini."
"Tunggu sebentar lagi."
"Baiklah, kau memang manja ya Y-Mir."
"Kau juga seperti ini kan dulu, Spica."
***
Setelah saling melepas rindu, kami bersiap untuk menghadapi si sialan itu. Dengan 2 kristal es aku membuat pelindung es di sekeliling anak-anak itu dan jendral kota ini, sedangkan spica sedang mengumpulkan energi disekitarnya untuk menyegel ular jelek ini.
"Pergilah Y-Mir."
"Ya."
Dengan kecepatan tinggi aku menghampiri ular hitam yang sekarang sedang menuju pusat kota, saat sudah dekat aku menghantamnya dengan es tajam dari langit. Es tadi berhasil menembus ekornya dan menancap di tanah, dengan begini dia tidak akan bisa bergerak.
"Argh!!!"
Sepertinya dia sudah sepenuhnya kehilangan akal sehatnya, kalau sudah begini aku hanya perlu menacapkan beberapa es lagi supaya dia benar-benar terjebak.
"Ayah!!!"
Eh! Woi woi woi! Bagaimana gadis kecil itu bisa keluar dari esku?!
"Woi! Kenapa kau kemari?! Disini berbahaya, kembalilah kesana!"
"Tidak!!!"
"Ah sakit!"
Gadis ini menggigit jariku saat aku mencoba untuk menahannya, dasar keras kepala!
"Hei! Saat ini aku sangat marah, sebaiknya kau kembali atau aku akan memaksamu!"
"Tidak!!!"
Gadis itu memasang badannya di dekat ular hitam, dia mencoba menghalangiku mendekat.
"Jangan sakiti ayah!"
"Dia itu sudah bukan ayahmu lagi! Dia sudah berubah menjadi mosnter!"
"Tidak!!! Dia ayah Ibuki!"
Gadis ini membuatku geram!
"Ibuki tidak akan membiarkan tuan Snow mendekati ayah, Ibuki akan melindungi ayah!"
Ular itu tiba-tiba saja bangkit dan dia mengangkat tangannya tepat diatas kepala gadis itu, dilihat dari gerakannya itu dia pasti ingin membunuh gadis ini!
"Hei! Awas dibelakangmu!"
"Eh? Ayah?"
Aku terlambat, sekarang yang ada didepanku adalah bercak darah dimana-mana. Bagaimana bisa ini terjadi?
"Apa yang kau lakukan... bagaimana bisa ini terjadi... ular... kau..."
"Ayah!"
"Ma... maafkan ayah Ibuki... ayah terpaksa melakukan ini..."
Ya, tepat di depan mataku saat ini ular menusuk jantungnya sendiri. Apa manusia yang menjadi wadahnya itu sudah bangun?
"Ayah!"
"Dengarkan ayah, Ibuki. Kau jangan membenci ras lain karena kejadian ini, karena mereka tidak bersalah. Yang bersalah disini adalah ayah, dan satu lagi sayang... hiduplah dengan tenang dan damai...."
"Ibuki! Kau tidak apa-apa kan? Kami sangat khawatir!"
"Kak Anna... kak Alice... ayah... ayah..."
Gadis ini mulai menangis.
"Waktu yang sangat tepat.... kedua nona disana... aku mohon jaga putriku... rawatlah dia seperti adik kalian sendiri... aku mohon..."
"Ular itu..."
"Tidak Alice, dia adalah ayahnya Ibuki."
"Ayah!"
"Kau tenang saja Kingu, aku akan merawat putri kecilmu dengan baik."
Jendral ini, dia juga ikut datang kemari... walaupun kondisinya masih belum sepenuhnya pulih.
"Jendral... aku mohon... maafkan aku... karena dendam masa laluku... aku... aku..."
"Tidak masalah kingu, tidak masalah... sekarang kau bisa tidur dengan tenang tanpa perlu memikirkan apa-apa lagi, serahkan harapan masa depanmu ini pada kami."
"Terimakasih jendral..."
Baru pertama kali ini aku melihat monster menyeramkan menangis, entah kenapa ini mengingatkanku pada masa lalu.
"Terimakasih semuanya, Ibuki jaga dirimu baik-baik. Ayah sangat menyayangimu..."
Pada akhirnya dia menghancurkan jantungnya sendiri, dan dengan cepat tubuh raksasanya ini menimpa tanah di bawahnya. Putri kecilnya tidak mau berhenti manangis dan meronta, dia terus-menerus menangisi ayahnya dan memeluk jasad ayahnya yang sudah tidak berbentuk manusia normal lagi. Suasana ini membuat hati kecil Snow ikut menangis, dan itu membuat matanya mengeluarkan air mata. Walaupun aku sendiri sudah lama tidak memiliki perasaa, tapi tetap saja... bagi manusia keadaan saat ini sangatlah menyanyat hati.
***
"Dia sudah pergi ya."
"Ya."
"Apa roh ular hitam juga ikut lenyap."
"Ya."
"Kemarilah Y-Mir."
"Ya."
"Menangislah di pelukanku jika kau malu memperlihatkannya didepan mereka."
"Aku tidak menangis, bodoh."
"Hehehe, kau masih saja kasar ya."
"Ya."
"Pastikan untuk meluapkan semuanya sebelum Snow dan Chio bangun."
***
"Terimakasih Spica."