webnovel

Chapter 12

Keadaan menjadi diam ketika Anatha berserah dari keegoisan pilihannya, Agatha yang mendengar hal itu menjadi terseyum senang tanpa basa basi ia memberitahu Anatha fakta yang sebelumnya ia sembunyikan.

"Anatha, misi kali ini aku yang memimpin, seharusnya dari awal kau tak usah bersusah payah untuk menyakini kami atas pilihanmu."

Mata Anatha terbelalak seketika mendengar apa yang dikatakan Agatha, ia langsung menatap Agatha dengan rasa tidak percaya. Anatha langsung bertanya tepat mata bertemu mata, "Siapa yang membiarkan mu melakukan hal ini? Apa kau tau dimana aku menyimpan buku misi tersebut?" seketika suasana menjadi mencekam ketika Anatha berusaha berbicara serius.

Agatha menghelakan nafasnya ia bahkan terlihat menahan tawa di depan Anatha, "Maksudmu buku yang kau simpan di gudang pikiran? Seharusnya kau juga tau jawabannya."

"Maksudmu, ayah?" balas Anatha tanpa berpikir panjang.

"Harus kah aku mengulang jawaban yang benar?"

"Sudah kuduga ...., lagian aku akan senang hati memberikan misi kali ini, tapi ingat, hanya untuk misi ini." Ucap Anatha berusaha menegaskan di depan Agatha yang terlihat tidak serius sedari tadi.

Tiba tiba Agatha tak bisa menahan suara tawanya, ia tertawa lepas sambil menepuk bagian pahanya, Agatha tertawa seakan ia sedang memenangkan sebuah lotre, Anatha terdiam ketika ia merasa ancaman yang ia berikan dianggap remeh oleh Agatha, wajah Anatha rata tanpa ekspresi.

Ketika Agatha merasa cukup tertawa bahkan sampai ia mengelap air matanya setelah tertawa, "Aku hanya merasa lucu dengan mu Anatha, dari awal yang yakin sekali bahkan terlihat sangat teguh pendirian, lihat dirimu sekarang disenggol sedikit saja sudah rapuh, kau seharusnya yakin dengan pilihanmu, jika tidak energi mu akan melemah saat itu juga, Anatha."

"Kau tidak perlu mengajariku." Saat itu juga Anatha berpikir tentang kejadian kejadian sebelumnya sampai ia bisa meragukan pilihannya terhadap Garron saat itu terjadi ketika Anatha bermimpi tentang Garron.

Mimpi itu mengatakan akan terjadi hal buruk jika mereka meneruskan sampai bertemu teman Garron, mimpi yang disampaikan lewat sebuah lembaran di dalam peti dengan tulisan kuno yang sangat sulit di baca, alhasil Anatha hanya bisa membaca setengah dari lembaran tersebut, dengan cepat Anatha segera mencoba untuk tidak memikirkan nya.

Tibalah mereka selang beberapa waktu, akhirnya mereka tiba di sebuah tempat berdekatan dengan pasar, terpaksa berhenti di tempat itu jika mereka memaksa memasuki pasar dengan keadaan membawa kereta kuda tanpa penyamaran sedikit pun justru memancing kerumunan, titik lokasi yang dipilih Garron berada di pinggir pasar dan ditutupi bangunan bangunan tua serta minimnya sinar matahari.

Anatha dan Agatha pun turun dengan sepasang jubah hitam yang mereka gunakan, menuruni kereta kuda langsung menyisiri bagian pinggir pasar untuk bertemu Garron, setelah sekian lama berjalan, Anatha menemukan kehadiran Garron yang sedang berdiri di tembok sebuah bangunan, Anatha mencoba memanggil Garron tapi hanya dibalas tatapan oleh Garron.

Saat itu juga Anatha langsung berlari menuju Garron setelah panggilan nya di abaikan begitu saja, ketika di belakang Garron, Anatha langsung menepuk pundak Garron yang membuat ia terkejut, Anatha melepas penutup kepala langsung senyum di depan wajah kaget Garron, di susul dengan Agatha yang ikut membuka penutup kepalanya saat itu juga Garron malah menatap mata terbelalak dan mengabaikan senyuman dari Anatha.

"Putri Agatha? apakah ada perubahan di misi kita kali ini, putri Anatha?"

Agatha dengan penutup kepala yang terbuka langsung di buat kesal dengan pertanyaan tidak masuk akal dari Garron, "Maksudmu apa bertanya seperti itu? sebenarnya bagian dari keluarga ini kau apa aku?"

"Bukan begitu maksudku putri Agatha, aku sudah bilang terhadap temanku kalau aku membawa satu teman sekelasku." balas Garron.

"Lalu apa masalahnya?" Agatha menjawab semua pernyataan Garron dengan memberikan pertanyaan, tangan yang terlipat selalu hadir ketika Agatha kesal.

"Jika aku membawa lebih tanpa konfirmasi takut akan hal buruk terjadi."

"Apa aku termasuk hal buruk? aku yang memimpin misi kali ini, bukan Anatha."

Garron pun langsung melihat kearah Anatha yang berada di depannya, Anatha hanya memberikan beberapa anggukkan dari kepalanya dengan tersenyum tentunya, ekspresi yang dibuat Anatha bagaiman bocah ketika mengakui perbuatannya.

"Baiklah, berarti saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar karena ini perubahan besar besaran dari rencana kali ini."

"Apa maksudmu dengan rencana kali ini? aku berniat melanjutkan misi kali ini hanya berdua dengan Anatha, jasa mu hanya sampai tempat ini, itu pun jika berhasil."

"Baiklah putri Agatha, mari kita lanjutkan perjalanan."

Layaknya manusia paling sabar, Garron langsung menghentikan perdebatan karena Agatha sangat mudah terpancing dan yang paling menyulitkan ketika berdebat dengannya adalah pikiran logis dari putri Agatha, memutuskan berjalan kaki sembari menyisiri pasar yang sangat ramai itu mereka tak pernah melepas jubah hitam yang selalu menutupi kepala, berjalan kaki mengharuskan kepala mereka tunduk, bahkan kedua putri harus mematuhinya.

Berjalan sekian lama akhirnya mereka menemukan sebuah tenda besar berwarna orange yang diyakini tempat dari teman Garron, warna yang sangat mencolok itu mengharuskan kedua putri memijakkan kakinya dan memasuki tenda yang sangat pengap dan panas.

Agatha terlihat anteng ketika memasuki tenda aneh itu, sedangkan Anatha ia berjalan seperti anak taman kanak-kanak yang berusaha menyusuri tempat baru, ketika berada di inti tenda mereka menemukan sebuah meja lalu seorang pelanggan yang terlihat sedang dilayani.

Garron pun menyapa wanita misterius yang berada di depannya, wanita itu terlihat ramah dengan membalas sapaan dari Garron, Anatha dan Agatha masih memakai jubah itu di dalam tenda yang pengap dan panas, agar mereka tidak terlihat mencolok bahkan di depan rakyat sendiri.

Wanita misterius itu masih melayani pelanggan yang terlihat sangat kesusahan dengan mata yang mengharapkan sebuah keajaiban pada tumpukan kartu yang sedang di acak acak oleh wanita tersebut, sekian lama konsultasi ternyata pelanggan tersebut menanyakan tentang nasibnya, terlihat sangat basic tapi mengubah raut wajah dari pelanggan tersebut, ia terpaksa keluar dengan wajah yang semakin menyedihkan.

Anatha yang penasaran ia sengaja terang terangan mengintip ketika berada di samping wanita tersebut, Anatha ingin sekali mencobanya setelah pelanggan pergi wanita itu segera menutup tenda tersebut sementara, sedangkan Anatha masih di depan meja tersebut, berharap wanita itu mengecek kedepannya.

"Apa anda bisa meramal saya?" tanya Anatha yang masih mengenakan jubahnya, ia mendongak dan wanita tersebut bersedia melayani Anatha dan duduk di mejanya.

"Apa ini temanmu Garron?" tanya wanita tersebut sembari mengacak acak kartunya.

Agatha yang melihat tingkah adiknya ia pun memotong pembicaraan wanita tersebut, dengan angkuh membuka penutup jubahnya dan berkata, "Kami adalah putri dan kuharap tidak menjadi teman Garron."

Sontak wanita itu terkejut dan menaruh kartunya begitu saja di atas meja, disusul dengan Anatha yang ikut membuka penutup kepala, wanita itu makin menjadi jadi ketika melihat Anatha di depannya, ia langsung memegang kedua sisi wajah Anatha dengan senang berkata, "Jika kalian benar putri kembar dari Floire aku sangat bersyukur bertemu kalian disini, lalu kamu sangat mirip sekali dengan ibumu!"

Agatha langsung berjalan cepat mendekati wanita tersebut yang sengaja memegang bahkan menahan kedua wajah Anatha saat ia berbicara, pedang dari sisi kiri Agatha pun keluar dan mengancam nyawa wanita itu, tepat di lehernya Agatha menahan pedangnya, "Lepaskan tangan kotormu, wanita sihir!"

Wanita tersebut terpaksa melepas wajah Anatha dengan pelan mundur kebelakang, pedang Agatha masih menempel di leher wanita itu, sedangkan Anatha mundur dengan wajah terkejut, Garron segera mencoba melerai pedang Agatha dengan leher wanita itu, Agatha pun menurunkan pedangnya dan kembali berdiri di sisi Anatha.

Sembari memegang lehernya yang hampir membuat dirinya kehilangan nyawa wanita itu justru tersenyum senang melihat dua putri kembar yang sudah beranjak dewasa.

"Melihat kalian berdua aku sangat tertarik membahas masa lalu ku di depan kalian, dua putri kembar yang sangat lucu dan menggemaskan."

Agatha melihat dengan tatapan jijik dan jengkel terhadap wanita tua yang ia panggil 'wanita sihir' tapi rasa penasaran Agatha menutupi rasa jijiknya ia bertanya dengan polosnya, "Ada apa dengan masa lalu mu?" sembari memasuki pedangnya.

"Hoho ...., terlihat ada yang tertarik."