Kriiingggg…
Tak terasa jam istirahat pun tiba. Kelas yang awalnya sunyi kini sudah dipenuhi suara keluhan murid yang merasa lelah belajar.
"Baiklah anak-anak sampai sini terlebih dahulu materinya. Apa ada pertanyaan?", tanya Mr. Dexter.
"No sir."
"Baiklah kalau tidak ada pertanyaan. Kita bertemu lagi minggu depan.", akhirnya Mr. Dexter meninggalkan kelas.
LJ yang suasana hatinya tidak baik pun melipat kedua tangannya diatas meja dan menyusupkan kepalanya dilipatan tersebut. Sedangkan CL dan Alex merapikan buku dan alat tulis yang berantakan.
"Mau ke kantin?", tanya CL.
"Hm?", LJ mengangkat kepalanya dan menatap CL.
"Ayo ke kantin, makan siang dulu.", LJ hanya mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya dengan lesu.
"Are you okay?", giliran Alex bertanya kepada LJ.
"Yeah, not that okay."
"Something's wrong?"
"No, just… forget it."
CL dan Alex saling melempar tatapan dan merasa bingung dengan tingkah LJ. Biasanya LJ suka membuka percakapan, tapi sekarang tidak. Ah atau mungkin… hmm it can be.
Perjalanan mereka terhenti saat ada tiga murid perempuan yang menghadang jalan mereka. Lagi?
Oh ayolah tadi mereka sudah berurusan dengan Louis, tidak mungkin sekarang berurusan dengan siswi yang sedang berdiri tepat di hadapan mereka. Yang benar saja.
Siswi yang menghadang jalan itu pun mulai melangkahkan kaki menuju ketiga anak tersebut dengan senyuman yang meremehkan. CL dan Alex yang sudah terbiasa pun hanya mendengus, memutarkan mata malas, dan mengilangkan kedua tangan di depan dada.
"Jadi kau anak baru yang dibicarakan murid lain?", siswi tersebut bertanya ke LJ yang kebetulan berdiri ditengah-tengah CL dan Alex.
"Hmm.", jawab LJ malas. Dia tahu akan berurusan lagi seerti tadi.
"Sombong sekali.", siswi itu berjalan mengelilingi LJ.
"Tidak usah basa basi, ada apa? Aku lapar ingin makan."
"Wow wow wow, relax girl. Mari kita memperkenalkan diri masing-masing. Perkenalkan aku Rebecca Evelyn, siswi tercantik sekaligus siswi terpopuler di sekolah ini.", LJ yang mendengar itu hanya mengulum senyuman. Dia ingin sekali tertawa terbahak-bahak.
Rebecca Evelyn adalah siswi yang tergila-gila dengan Louis. Dia tidak suka jika ada satu pun siswi yang mendekati Louis sampai mengalihkan perhatian Louis darinya. Ya dia cukup populer di sekolah tapi tidak sepopuler CL, karena kecantikan CL tidak bisa dibandingkan dengan yang lain walaupun sikapnya yang seperti laki-laki. Bisa dibilang Rebecca adalah ketua dari seluruh murid perempuan di sekolah.
Sebenarnya Louis dan Rebecca selalu bersama layaknya sepasang kekasih. Tapi, jika kembali ke sikap Louis, maka kalian akan mengerti permasalahannya.
"Ouh really? Setahuku siswi terpopuler di sini adalah siswi yang bernama Causa Lee.", LJ berucap dengan nada kebingungan sekaligus mengejek. Hal itu sukses membuat CL dan Alex menahan tawa, sedangkan Rebecca menahan malu.
"Tidak, akulah siswi terpopuler.", Rebecca kesal sekaligus malu.
"Baiklah baiklah kau siswi terpopuler. Oh ya, by the way perkenalkan namaku Lathaya Jossie, sahabat sekaligus partner kerja siswi terpopuler disini dan aku adalah sepupu dari sahabat partner kerjaku.", ucap LJ dengan bangga. Rebecca terlihat semakin menahan malu.
"Jadi kau…"
"Ya singkatnya aku adalah sahabat dari CL dan sepupu Alex, dan aku yakin kau tahu posisi mereka."
Siswa siswi yang sedari tadi mengelilingi mereka pun mulai berbisik. Rebecca benar-benar malu, terlihat jika wajahnya memerah.
Rebecca pergi dengan menghentakkan kakinya disusul oleh dua siswi yang berdiri di belakangnya tadi. Belum ada satu meter Rebecca berjalan, dia membalikkan badan dan kembali ke depan LJ.
"Oh ya aku belum sempat bilang apapun tadi."
"Yeah sure, just say it."
"Jauhi Louis sekarang juga! Dia milikku sialan!
"Woah nona, jaga bicara mu. Aku tidak sejalang itu mendekati pria yang sudah mempunyai kekasih. Aku tidak bodoh untuk melakukan hal itu, dan yang bodoh adalah kekasih sialan mu itu nona. Jadi ini bukanlah salahku, salahkan saja priamu."
Rebecca terdiam seribu bahasa. Siswa siswi yang masih mengelilingi mereka masih saja berbisik dan melemparkan tatapan tidak suka padanya.
"Kau!", Rebecca menunjuk LJ sedang tersenyum remeh dengan telunjuknya. "Argh kau beruntung kali ini. Dan ingat, urusan kita belum selesai!"
Setelah mengatakan itu, Rebecca benar benar pergi dengan wajah yang memerah. Mungkin dia kesal atau… malu? Entahlah, biarkan saja. LJ hanya tersenyum jahat melihatnya. Sepertinya dia akan menjadi siswi terpopuler setelah CL sekaligus siswa yang ditakuti setelah Alex.
"Baiklah nona nona dan tuan tuan, pertunjukkan telah berakhir. Sekarang kembalilah ke meja kalian dan urus urusan kalian masing-masing.", ujar LJ dengan lantang memenuhi kantin. Para siswa pun akhirnya membubarkan diri.
Ketiganya kembali melanjutkan perjalanannya. CL merangkul LJ dengan bangganya dan Alex meninju pelan bahu LJ. Ketiganya pun berjalan sambil tertawa.
Alex dan CL hanya terdiam tadi, saat LJ berurusan dengan Rebecca. Keduanya menatap LJ dengan tidak percaya. Dan untuk kedua kalinya mereka melihat sisi lain dari LJ secara perdana.
"Kayaknya gua bakal ada tandingannya nih.", ledek CL.
Ketiganya baru saja duduk setelah cukup lama mengantre.
"Kayaknya gua juga deh.", lanjut Alex. Keduanya saling menatap dan menaikkan kedua alinya menggoda LJ.
"Brisik elah."
"Tapi serius deh, lo keren ngadepin dua bocah tengik itu. Gua sama Alex aja sampe ga bisa ngomong apa-apa."
"Ck, biasa aja kali."
"Belajar dari mana lo?"
"Ga tau, emang udah sifat alami gua kali."
"Samanya lo kayak CL.", celetuk Alex.
"Dah berisik lo pada. Gua mau makan, tenaga gua abis ngadepin setan."
"Cih, iya iya makan dah."
Akhirnya mereka bertiga memulai acara makannya sambil berbincang-bincang kecil.
~~
Dua puluh menit mereka menghabiskan makan, dan sekarang mereka berada di lapangan. Ketiganya duduk di pinggir lapangan dan menyaksikan berbagai kegiatan yang berlangsung di sana. Ada yang bermain basket, ada yang bermain sepak bola, ada yang hanya duduk saja, dan masih banyak lagi.
Biasanya hanya CL dan Alex yang melakukannya, tapi sekarang sudah ditambah LJ. Keduanya senang akan kehadiran LJ sebagai murid baru disana.
"Lo berdua ambil ekstrakurikuler apa?", LJ membuka pembicaraan. Nah kebiasaannya sudah kembali.
"Math Club sama berkuda.", jawab Alex.
"Barengan?"
"Iya, lo emang mau ambil apa?"
"Ga tau, gua belom liat apa aja ekstrakurikuler yang ada disini."
"Elah segala liat, gua sama CL aja asal ambil. Bodo amat bisa apa kagaknya."
"Lah bisa gitu."
"Ya bisalah, orang kata gurunya asal megang ekstrakurikuler aja."
"Yaudah kalo gitu, gua juga ambil kayak lo pada deh. Males juga gua sebenernya ekstrakurikuler gitu, tapi kalo kagak megang nanti gua ditanyain mulu lagi."
"Oke, nanti bilang sama ketua club nya.", LJ hanya mengangguk dan kembali mengalihkan pandangannya ke lapangan.
Mereka bertiga menghabiskan waktu istirahat di lapangan. Karena kalau di kelas akan membosankan.
Kriiingggg…
Tidak lama kemudian bel pun berbunyi kembali. Seluruh siswa siswi berlarian menuju kelasnya. CL, Alex, dan LJ hanya berjalan santai menuju kelas.
Selama di perjalanan, banyak siswa siswi yang berbisik. LJ merasa dialah yang menjadi bahan perbincangan murid-murid tersebut.
"Udah jangan dipikirin.", ucap CL yang seakan tahu apa yang dipikirkan LJ.
"Hah?"
"Berita disini gampang kesebar, apalagi yang berhubungan sama siswa siswi populer.", tambah Alex.
"Kok bisa."
"Wanita. Mulut mereka sangat tidak bisa dikontrol. Apapun berita yang tersebar, itu adalah ulah mereka.", ujar Alex dengan santai. Apakah dia lupa jika kedua anak yang berada di sampingnya adalah wanita juga?
"Oh hello sir. We are woman too."
"I know, but you are different."