"Lee, apa maksudmu meminta pihak polisi tidak menyelidiki kasus ini?", kini Mr. Graham yang menginterogasi CL.
"Maafkan aku, Pa. tapi, aku merasa ada kejanggalan di kasus ini.", tegas CL.
"Maksudmu?"
"Pertama, saat pulang sekolah tadi, aku, Alex, dan LJ pergi ke markas terlebih dahulu buat cek tugas baru. Setelah dari markas seharusnya kita bertiga pulang bareng, tapi, ternyata enggak."
"Kenapa?"
"Tiba-tiba LJ mendapat pesan dari seseorang dan itu membuat dia pergi dengan
alasan ada sedikit urusan yang harus diselesaikan."
Mr. Graham mulai mencerna perkataan CL. Pandangannya terhadap CL mulai serius. Dahinya berkerut dan matanya menajam.
"Kedua, pas mama nyuruh aku buat kasih tau LJ kalo mama mau LJ makan malam di rumah. Secepat mungkin aku kirim pesan ke dia, tapi ga ada satu pun pesan yang aku kirim dibalas sama LJ. Bahkan aku telepon berkali-kali ga ada yang dijawab. Oke, awalnya biasa aja karena aku tau mungkin masalah yang LJ kerjain belum selesai. Pukul 18.40 aku coba telepon LJ lagi dan ya dia angkat panggilan itu. Artinya, pada saat itu juga aku sama LJ saling bicara. Tapi dia sampai di rumah sekitar pukul 21.00. Alright aku tau LJ butuh waktu untuk istirahat terlebih dahulu di apartemen trus abis itu siap siap mandi. But, I know kalau LJ bukanlah tipe orang yang suka menghabiskan waktu yang cukup lama buat ngelakuin hal itu. Dan terakhir, waktu yang yang dibutuhkan buat menempuh perjalanan dari apartemen LJ sampai rumah cuma tiga puluh menit. Jadi, kemana LJ di sisa waktu sekitar satu jam lebih?", jelas CL sambil menimang teorinya.
Walaupun Mr. Graham tidak tahu detail kejadian yang telah terjadi, tapi, apa yan dikatakan CL benar jika memang itu yang terjadi.
"Dan yang terakhir, aku curiga atas penolakan LJ pas kita mau dia bawa ke JR Pharmacy.", sambungnya sedikit ragu.
Mr. Graham sedikit membulatkan matanya sehingga kerutan di dahinya menghilang. Dia menatap CL dengan tatapan ragunya sekaligus meminta penjelasan.
"Maafkan aku, Pa. Tapi, itulah yang terjadi."
"Apa kau mencurigai.."
"Ya, sekali lagi aku minta maaf."
Setelah menjelaskan semuanya kepada sang ayah, CL memilih pergi dari sana dan kembali ke depan ruang operasi. Sungguh dia merasa tidak enak hati kepada ayahnya karena telah mencurigai orang terdekat ayahnya.
Sesampainya di tujuan CL terdiam di jarak yang cukup jauh dari ruangan operasi dan melihat ibunya yang masih terduduk di kursi tunggu. Tak lama kemudian dokter yang menangani LJ keluar dari ruangan operasi. CL tidak memiliki niat untuk melangkahkan kaki dan mendekat.
Berbanding terbalik dengan CL, Mrs. Lee bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter.
"Dokter, bagaimana keadaan putri saya?"
Dokter yang baru saja keluar dari ruangan yang penuh dengan alat medis tersebut langsung mengernyitkan dahi saat Mrs. Lee menyebut LJ dengan sebutan putrinya. Tapi, saat melihat keberadaan CL yang cukup jauh dari mereka dia langsung paham.
"Maafkan saya, tapi LJ sekarang mengalami masa kritisnya karena dia kehilangan banyak darah. Luka yang dia dapatkan lumayan lebar dan membuat banyak darah yang terbuang. Seharusnya pada saat dia terluka, dia harus sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit tapi ternyata tidak. Hal itu membuat keadaan semakin parah. Dan sepertinya penanganan pertama yang dia dapatkan setelah tertusuk tidak benar sehingga infeksi pada lukanya."
Mrs. Lee hanya bisa terdiam atas penjelasan dokter. Dia tidak bisa mengatakan sepetah katapun karena dia tidak tahu menahu akan kejadian yang terjadi pada LJ. Mrs. Lee merasa lemas hingga dia hampir terjatuh, tapi untung saja masih ada dokter tadi.
"Mama!", CL segera berlari menghampiri ibunya.
"Ma! Ma! Mama sadar, Ma!", Mrs. Lee akhirnya pingsan karena terlalu lemas.
"Dok, tolongin mama saya!"
"Tunggu sebentar!", dokter tadi berlari untuk memanggil beberapa perawat.
Dokter kembali dengan beberapa perawat dan sebuah brankar. Perawat perawat itu langsung mengangkat tubuh Mrs. Lee. Setelah tubuh Mrs. Lee terbari di atas brankar, para perawat langsung berlari untuk segera memberikan penanganan pada Mrs. Lee.
CL ikut berlari di belakang mengikuti para perawat yang membawa ibunya. Di depan sebuah ruangan salah satu perawat menahan CL dan menyuruh anak perempuan itu menunggu di luar. CL hanya pasrah dan duduk di kursi tunggu lalu mengusap kasar muka dengan kedua tangannya.
Selagi menunggu ibunya yang sedang ditanganin seorang dokter dan perawat, dokter yang tadi menangani LJ menghampiri CL. Anak perempuan itu bangun dari duduknya dan berhadapan dengan si dokter.
"Kami membutuhkan darah dengan golongan darah AB untuk LJ atau dia tidak akan selamat. Golongan darah tersebut sangat sulit didapatkan dan kami pihak rumah sakit kehabisan stok darah tersebut.", jelas sang dokter. CL terdiam sebentar sebelum menjawab.
"Ya, baik dok. Secepat mungkin saya akan mendapatkannya."
"Kalau begitu saya permisi. Panggil saya jika sudah mendapatkannya."
"Ya, silahkan."
Dokter itu meninggalkan CL kembali di depan ruangan ibunya yang sedang mendapat penanganan.
CL kembali duduk dan menghembuskan napas. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Ibu dan sahabatnya kini sama sama dalam kondisi yang tidak baik.
"CL!"
Teriakan itu mengejutkan CL lalu segera bangkit lagi dari duduknya ketika melihat pelaku teriakan tersebut. Alex.
Alex datang bersama kedua orang tuanya dengan napas yang tersengal sengal. Rasa khawatir terlihat jelas pada wajah ketiga orang yang baru saja datang.
"Gimana keadaan LJ?", Alex memegang kedua bahu CL dan sedikit menggoyangkannya. CL diam dan tertunduk.
"Jawab gua!", CL kemudian mengangkat kepalanya lalu menatap mata Alex.
"Dia kritis dan dia butuh donoran darah.", hanya itu yang keluar dari mulut CL.
Kali ini Alex yang terdiam. Pegangan yang berada di bahu CL mengendur dan lama-lama lepas.
Sesudah Alex menghindar dari hadapan CL, Mrs. Frankie menggantikan posisi anaknya. Wanita itu menangkup kedua sisi wajah CL sambil menahan tangis.
"Lee, apa yang terjadi sebenarnya?", tanya Mrs. Frankie dengan nada lembutnya.
"Aku juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi."
"Lalu, dimana LJ sekarang?"
"Dia masih di ruang operasi dan dia membutuhkan darah tambahan."
"Apa kau tahu golongan darah yang diperlukan?", kali ini Mr. Joel yang membuka suara.
"AB. Golongan darah AB yang diperlukan LJ."
"Apa?! AB?!", Alex meninggikan suaranya.
"Ya."
"Siapa yang punya golongan darah AB?! Jarang yang punya golongan darah itu."
Akhirnya mereka terdiam sesaat.
"Kalau LJ di ruang operasi, kenapa kau disini?", Mr. Joel kembali membuka suara.
"Mama tadi pingsan dan dibawa ke sini."
CL hanya menjawab sebisanya karena dia juga tidak tahu apa yang harus dikatakannya lagi. Dia sudah terlalu lelah dan kepalanya mulai terasa sakit.