Entah untuk yang keberapa kalinya kami mendatangi rumah sakit yang sama. Dan kali ini Aisyah yang berbaring di atas brankar dengan darah yang terus keluar dari dada bagian kirinya. Kesadarannya sedikit kembali, meski hanya dilihat hanya cahaya sekilas lampu yang ada di atas kepala saja.
Tubuhku gemetar ketika melihat pintu UGD tertutup setelah dokter memutuskan untuk menyuruh kami menunggu di luar. Tubuhku lemas, luruh ke lantai dalam keadaan tak bertenaga bahkan hampir kehilangan kesadaran.
"Aisyah ... Mas, Aisyah akan baik-baik saja 'kan? Dia ... aku tidak sanggup kehilangan dia," kataku dengan bibir gemetar.
Habib ikut berjongkok di sebelahku, dia memegangi kedua belah pundakku sambil berusaha menguatkan istrinya yang tengah rapuh ini. Pandangan mataku tak pernah lepas dari pintu UGD yang tertutup. Dalam kepalaku, terbayang banyak hal buruk yang akan menimpa Aisyah.
"Tenang, El. Aisyah pasti akan baik-baik saja," kata Habib mengusap pundakku.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者