Sementara itu, pelaku yang menyebabkan kegemparan pada 3 Fraksi masih belum sadarkan diri. Ardius masih dalam keadaan koma, setelah menggunakan skill misterius dimana dia memanggil Gerbang Neraka Ketujuh : Limbo.
Tidak jauh disana Runeas sedang menunggu Ardius siuman, dia bahkan rela begadang untuk itu. Runeas memandang Ardius yang masih koma dengan pandangan kompleks, dia sudah bersama bocah tersebut hampir setengah milenium dan memiliki rasa terhadap Ardius, terutama keimutan dan keseriusannya.
*Kreak*
Suara pintu terbuka, Runeas menoleh dan melihat wanita lain yang merupakan guru dari Keturunannya. Wanita itu membawa sebaskom air yang akan digunakan untuk membasuh tubuh Ardius. Wanita itu adalah Scathach
"Bagaimana kondisinya?." Tanya Scathach prihatin dengan muridnya yang koma.
"Belum diketahui, tapi dia harus istirahat sekarang. Kapasitas energinya nyaris habis, mungkin akan memakan waktu lama untuk dia bangun." Jawab Runeas menggelengkan kepalanya dan menjelaskan kondisi Ardius saat ini.
"Begitu.... tapi kita harus membersihkan tubuhnya, bisakah aku minta tolong untuk dibukakan pakaiannya?." Scathach mengangguk, lalu memandang Runeas.
"Dengan senang hati~." Jawab Runeas berjalan ke tubuh Ardius.
Dia lalu mulai melepas kancing baju Ardius dan melepaskan kemejanya, dimana terlihat tubuh atletis bocah tersebut sudah terbentuk. Runeas dengan sengaja menyentuh otot - otot Ardius, dia tidak bisa tidak kagum bahkan wajahnya memerah. Tapi sayangnya dia diinterupsi Scathach.
" Ayolah, aku disini untuk membersihkan tubuhnya. Bukan menonton wanita dewasa yang terangsang dengan tubuh anak - anak." Ucapnya sambil memutar matanya.
"*giggle* Maaf, tapi jujur saja dia terlihat bagus.... aku mungkin tidak sabar untuk mencoba rasanya, walaupun dia keturunanku~." Runeas terkekeh lalu mulai turun ke celana Ardius dan melepaskannya.
"Aku tidak tahu kenapa kalian iblis menyukai inses." Gumam Scathach mendengar perkataan Runeas, dia tidak jijik atau apa karena di kalangan dewa pun juga ada, contoh paling nyatanya adalah Pantheon Yunani.
"Yah, bukan karena menyukainya.... tapi pada dasarnya kami melakukan inses, terutama keluarga 72 pilar kami." Balas Runeas sambil melipat celana Ardius dan hanya menyisahkan celana dalam kuno.
"Celana dalamnya juga?." Tanya Runeas menoleh ke Scathach.
"Tidak, tidak perlu." Scathach menggelengkan kepalanya, setidaknya tubuh muridnya bisa dibersihkan dan dia tidak mau melanggar privasi muridnya.
"Aw~ aku penasaran dengan ukurannya, ck." Ucap Runeas tidak puas lalu mendecakkan lidahnya, tapi secara samar dia bisa melihat ukuran barang milik keturunannya.
'Di usianya yang 1000 tahun tapi sudah memiliki barang sebesar itu.... Lalu bagaimana jika dia sudah besar?.' Pikir Runeas memerah membayangkan barang milik Ardius, karena ukuran barang milik Ardius bisa dibilang adalah standar orang dewasa.
Disisi lain, Scathach mulai membasuh tubuh Ardius dengan hati - hati. Jika kalian bertanya kemana luka di punggung Ardius, itu sebenarnya sudah disembuhkan Runeas yang juga ahli dalam sihir penyembuhan. Butuh 10 menit untuk membersihkan tubuh Ardius dari semua kotoran yang menempel, setelah itu Scathach mulai memasangkan pakaian ganti yang ada di dalam lemari.
"Sudah.... bisakah kita berbicara secara pribadi?." Scathach menghela nafas, dia lalu melihat Runeas.
"Oke." Runeas memahami apa yang dimaksud, ini mengenai kejadian barusan.
Lalu mereka berdua meninggalkan Ardius yang sedang koma.
....
Scathach duduk di sebuah kursi, di sebelahnya ada Runeas yang juga duduk disana. Mereka duduk menghadap pemandangan Negeri Bayangan, hingga Scathach memecah keheningan.
"Runeas - dono, apakah kamu tahu gerbang itu?." Tanya Scathach matanya masih memandang pemandangan di kejauhan, tentu saja dia tahu apa yang dilakukan muridnya.
Ardius menyalin kemampuannya, tapi Scathach tidak tahu gerbang apa itu, jadi dia bertanya ke Runeas yang berasal dari neraka.
"Itu adalah Gerbang Ketujuh : Limbo.... Gerbang terdalam dan terakhir Neraka, gerbang tersebut bersama empat gerbang lainnya sudah disegel Lucifer - sama saat itu. Tapi aku tidak mengerti, kenapa Ardy - chan bisa membukanya." Jawab Runeas mengerutkan kening dan menjelaskan asal - usul gerbang yang dipanggil Ardius.
'Jika itu disegel....' Scathach mengerutkan kening, dia merasa tidak nyaman dan was - was.
"Apakah kamu tahu yang ada di dalam gerbang itu? suara saat Ardius membukanya, harusnya suara naga." Tanya Scathach melirik Runeas, karena gerbang disegel dan ada suara naga. Maka ada yang tidak beres disana.
"Ya.... Itu adalah suara naga, lebih tepatnya Dewa Naga Kehancuran, Adrammelech. Aku mengetahuinya ketika Lucifer - sama untuk tidak membuka segel gerbang tersebut... Gerbang ketiga hingga keenam di gunakan untuk penahanan berlapis, jika sewaktu - waktu gerbang ketujuh terbuka." Jelas Runeas mengenai siapa yang disegel disana.
"Apakah iblis kalian tahu?." Tanya Scathach menyipit sejenak.
"Tidak semua, hanya Generasi Pertama dan Kedua yang mengetahuinya." Jawab Runeas, wajahnya menghitam karena sepertinya ada variabel yang tidak dia ketahui.
"Kecuali jika pemberontak memiliki otak yang sakit dan memanfaatkan ini...." Tambahnya, tapi itu hanya spekulasi. Siapa yang tahu?.
....
Di sebuah tempat misterius penuh kegelapan.
Sesosok bocah berdiri dengan linglung disana, dia memiliki rambut merah darah dan mata ungu. Dia bingung kenapa bisa ada tempat seperti ini. Dia adalah Ardius Gremory - Orobos.
"Dimana aku? Apakah aku mati lagi?." Tanya Ardius melihat sekeliling yang hanya dipenuhi kegelapan. Lalu sebuah suara wanita mengagetkannya, tapi entah kenapa suara tersebut membuat bulu kuduknya berdiri.
"Tidak, kamu belum mati. Kamu ada di dalam alam bawah sadarmu." Ucap suara wanita tersebut.
"Ah?! siapa?." Ardius terkejut, dia lalu melihat sekeliling dengan waspada.
"Disini~." Ucap wanita tersebut, lalu sesosok besar naga eropa berwarna merah gelap seperti batuan magma muncul di depan Ardius.
"Holy Satan!." Ardius tidak percaya dengan skala ukuran naga yang dia lihat.
Itu mengingatkannya dengan ukuran The Great Red, hanya saja jauh lebih besar dimana naga didepannya memiliki 6 sayap yang mencengangkan. Ardius secara samar bisa mencium bau sulfur disekitar naga tersebut.
"Siapa kamu?." Tanya Ardius waspada setelah sebelumnya terkejut.
"Aku? aku tidak memiliki nama yang tepat, tapi kebanyakan musuhku memanggil diriku Dewa Naga Kehancuran Adrammelech." Jawab Naga besar tersebut, dia menundukkan kepalanya. Ardius mengukur skalanya itu harus sebesar sebuah Kapal Induk Nuklir Amerika Kelas Nimitz.
"Dewa? dengan suara wnita? aku lebih suka menyebutmu Dewi." Ardius bingung dengan penyebutan musuh - musuh Dewi Naga di depannya ini.
"Yah~ karena aku biasanya menyamarkan suaraku." Jawab Adrammelech dengan bercanda.
Ardius mengerutkan kening, dia merasa bahwa Dewi Naga Kehancuran ini agak tidak bisa dipercaya. Lalu dia mengingat saat membuka Gerbang Ketujuh : Limbo, Ardius lalu menatap Naga tersebut.
"Apakah kamu yang ada di dalam Gerbang Ketujuh : Limbo? dan kenapa aku bisa membukanya?." Tanya Ardius curiga, dia merasa bahwa itu ada hubungannya dengan Naga di depannya.
"Ya, itu aku. menjawab pertanyaan keduamu.... aku memerlukan syarat darimu."Adrammelech mengonfirmasi dirinya, lalu meminta persyaratan dari Ardius.
" Apa?." Ardius semakin curiga, tapi jawaban berikutnya membuatnya tercengang.
" Cukup satu syarat, jadilah suamiku." Jawab Adrammelech tanpa basa - basi.
"... *maaf driver otak berhenti, perlu melakukan reboot*." Ardius diam seribu bahasa, tapi ekspresinya cukup diketahui, dia tercengang. Tak lama kemudian setelah melakukan reboot, kesadarannya kembali.
"A-Apa?! Itu ter- terlalu tiba - tiba!." Seru Ardius, ada semburat merah di wajahnya. Ini pertama kalinya dia dilamar, walaupun itu seekor naga.
"Kenapa tiba - tiba? bukankah itu mudah? kami bertarung, membuat sarang lalu kawin?." Adrammelech tidak mengerti dengan ucapan Ardius, menurutnya mencari pasangan itu cukup mudah.
"....." Ardius menepuk dahinya.
'Aku lupa bahwa kadal terbang ini tidak mengerti peradaban...' Pikir Ardius.
Lalu Ardius menjelaskan panjang lebar bagaimana proses pernikahan baik milik iblis dan manusia, dimulai saling mengenal dan memahami, lalu berpacaran setidaknya bagi manusia. Yah, iblis akan melewati ini biasanya, karena sudah terikat kontrak, kemudian dilanjut sumpah setia yang disebut pernikahan dan diakhiri dengan perkawinan dimana proses perkembang biakan terjadi.
"Begitu..... Kalu begitu aku tidak akan menjawab bagaimana kamu membukanya." Ucap Adrammelech setelah merenungkan apa yang dijelaskan Ardius.
" *twitch* *twitch*... baiklah! aku menerimanya, jadi jawab pertanyaan kedua." Ardius agak frustasi, sepertinya dia masuk ke perangkap tapi tidak menyadarinya.
"fufufu, kalau begitu suamiku~ aku akan menjawabnya." Adrammelech terkekeh.
Lalu Adrammelech memulai bercerita dari awal cerita, yang dimana dia disegel dewa misterius yang menjadi musuhnya. Dia disegel dalam kekosongan yang tak berujung hingga mulai muncullah keberadaan dewa - dewi di dunia ini, dia mencoba mengontak siapapun tapi hasilnya adalah segelnya malah dilipat gandakan oleh orang - orang ini.
Kemudian dia mencari cara lain dengan memindahkan esesinya menjadi seorang wanita manusia, dimana akhirnya wanita itu diculik oleh iblis dan terpaksa dijadikan istri oleh iblis tersebut. Esensinya yang berbentuk wanita juga dipaksa berubah menjadu demonikfikasi, dan akhirnya dia memiliki keturunan.
"Hm.... Lalu siapa iblis yang menikahi esesimu ini?." Tanya Ardius penasaran, ini pertama kalinya dia mendengarnya. Tapi mengingat di depannya adalah Dewi Naga, dia tidak bisa berkata apa - apa.
"Entahlah, aku agak lupa..... Tapi nama rumahnya kalau tidak salah Orobos." Jawab Adrammelech tidak terlalu pasti.
"!! Orobos!? itu nama rumah ibu kandungku!." Ardius berseru kaget karena namanya mirip dengan nama milik keluarga ibu kandungnya!.
"Ya, seperti itulah mungkin? ada kemungkinan karena garis darah kita." Jawab Adrammelech menganggukan kepala naganya yang sebesar CVN USS Nimitz, menarik kesimpulan.