Hening, sunyi, sepi... tatapan kosongku mengarah ke jendela besar di samping kasur. Menatap gelapnya malam berhias bintang-bintang.
Tak lama langit berubah. Hujan turun dengan derasnya. Air yang tumpah dari tadahan awan disertai gemuruh tak berhenti menyahut. Aku terdiam di balik jendela dan berpikir sejenak. Sembari melepas lelah setelah melewati masa-masa sulit seharian, aku berpikir mengapa keadaan menjadi seperti ini? Seharusnya kehidupanku bukan seperti ini.
"Ai.. ayo makan dulu. Sudah Mama siapkan di meja makan"
Suara mama terdengar samar teredam derasnya suara hujan. Aku mengambil alat bantu berjalan yang kusandarkan ke meja belajarku dan bergegas menuju meja makan. Seandainya kecelakaan itu tidak terjadi, aku pasti masih bisa berlarian dengan kakiku ini.
Beberapa tahun yang lalu, aku tertabrak sebuah mobil sedan hitam yang melaju kencang saat aku menyeberang jalan. Kakiku tidak bisa digerakkan. Sejak saat itu aku menggunakan alat bantu untuk berjalan.
Sesampainya aku di meja makan, aku langsung mengambil sepiring nasi dengan lauk yang banyak yang telah disiapkan mama. Aku duduk disamping mama yang sedang menyelesaikan makan.
"Bagaimana ujian di sekolah tadi? Bisa tidak mengerjakannya?" kata mama.
"Emm…bisa Ma" jawabku ragu.
"Serius? Tapi kamu kan nggak belajar, ujiannya ada 2 lagi"
"Tidak apa, Ma. Ai bisa jawab, kok"
Di sekolah tadi sebenarnya aku mendapatkan ujian bahasa dan fisika secara mendadak. Itulah ujian pertamaku di kelas sembilan. Saat nilai diberitahukan, nilaiku semuanya tujuh puluh. Jika papa tahu, papa masih mewajarinya karena mendadak. Sebaliknya, entah apa yang akan Mama lakukan padaku jika tahu nilaiku.
"Oh iya. Biasanya nilainya kan langsung dibagikan. Sudah ada belum hasilnya, Ai?"
Badanku kaku saat mendengarnya. Badanku juga mulai gemetar. Wajahku pucat. Aku pun terdiam seribu bahasa. Ditengah suasana yang tegang, suara telepon milik mama memanggil kencang membuat mama menghentikan pembicaraan dan bergegas mengangkat telepon yang ada di kamar mama. Aku segera buru-buru menghabiskan makanan dan bergegas menuju kamarku.
Napas lega keluar dari tubuhku. Aku bisa mendengar suara mama yang sedang menelepon dari dalam kamarnya. Saat mama keluar kamar, mama terlihat terburu-buru, bergegas mengambil kunci dan menyalakan mobil.
"Ai, tolong jaga rumah ya.. Mama mau jemput Papa dulu"
"Iya, Ma"
"Jangan lupa kamu belajar dulu sebelum tidur. Mama pulang agak malam"
"Iya, Ma"
Aku pun memulai mengambil buku pelajaranku untuk belajar... mungkin mulai dari IPS dulu. Kebetulan besok ada pelajaran IPS. Pelajaran ini sering sekali membuat mataku terpejam saat Bu Ria menjelaskan materi saking lembutnya suara saat menjelaskan. Suara mobil yang sedang mama panaskan bersuara nyaring sedikit memekakkan telingaku di malam hari yang sunyi. Wajar saja mobil kami jarang diservis. Papa dan mama sepertinya tak ada waktu untuk membawanya ke bengkel. Segera mama mulai keluar dan menjauhi rumah. Suara gas mobil mama semakin lenyap.
Aku masih mencari buku IPS yang bersembunyi dibalik banyaknya tumpukan buku pelajaranku. Kutumpuk buku demi buku hingga aku bisa mengambil buku itu.
Aku mengambil buku pelajaran yang pertama. Buku matematikalah yang pertama kali ku pegang. Aku sangat membenci matematika. Teringat saat aku tak bisa menjawab satupun soal saat pengambilan nilai keterampilan. Kuambil buku kedua. Buku fisika yang dicapit tangan kananku.
Aku mencoba mengambil buku yang lain. Namun, aku menemukan sebuah buku tak bersampul terdiam dalam tumpukan Beberapa buku. Sepertinya ini adalah buku lama yang mungkin disimpan Papa atau Mama. Aku tidak pernah melihat buku itu sebelumnya.
Suara nyaringnya mesin mobil mama terdengar dari kejauhan. Mama telah pulang. Aku segera membuka pintu depan dan menyalami mama dan papa yang baru pulang dan bergegas menuju ke kamarku.
Tidak terpikir apapun di benakku selain membuka buku itu. Kubuka lembar demi lembar. Hanya ada beberapa coretan tebal tak beraturan dan bekas-bekas buku ini ditulis, seakan tulisan-tulisan di buku lenyap karena dihapus seseorang.
Suara langkah kaki papa hendak menuju kamarku. Aku langsung menerbangkan diri ke kasurku dan bergegas tidur. Benar saja, papa memeriksa kamarku, memastikan aku sudah tidur dan keluar kembali sambil mematikan lampu kamarku.
Suasana hening seketika. Gelap gulita dan sedikit menyeramkan. Hanya ada beberapa ventilasi udara yang sedikit menyinari kamarku lewat pantulan lampu taman.
"Tolong aku!!! Pasukan Semut Besi menyerbu kota!" seseorang berteriak keras entah darimana ia berasal. Aku refleks terbangun dan menghidupkan lampu. Tidak ada seorangpun di kamarku.
Hal yang janggal justru dimulai sekarang. Aku terkejut melihat buku tua tadi dalam keadaan terbuka. Kulihat buku tersebut, alangka terkejutnya aku saat melihat buku tua itu. Disana tertulis "AVD" bertinta merah pekat. Nampak seperti baru ditulis seseorang. Buku apa ini sebenarnya?