"Tempat itu dipenuhi oleh kabut racun, aku hanya bisa bertahan dua menit sebelum berlari keluar agar tidak teracuni, dengan latar belakang kalian. Aku yakin kalian bisa mengambil harta tersebut," ucap perampok itu dengan pahit.
"Baiklah aku ambil ini, namun harus kupastikan bahwa kau tidak akan membuat onar lagi. Apa yang harus kulakukan?!" Han Xiao menatap dingin pada perampok tersebut.
"Ampun tuan muda! Aku merampok untuk menyambung hidup anak dan istriku, mungkin jika aku memiliki pekerjaan maka aku akan berhenti meram—" Belum sempat perampok itu melanjutkan ucapannya kepalanya sudah menggelinding terpisah dengan tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan Ne Zha?!" Xia Shiva menjerit saat melihat Ne Zha mematahkan leher perampok itu hingga terpisah dari tubunya.
"Matanya... matanya terlihat sebuah kebohongan besar, saat dia berbicar tentang peta aku melihat sinar kejujuran. Tapi saat dia mengatakan merampok untuk menyambung hidup anak dan istrinya, itu sebuah kebohongan." Han Xiao menjawab menggantikan Ne Zha.
Pemuda berwajah datar itu mengangguk ringan, yang dikatakan Han Xiao memang tepat dengan apa yang ada di kepalanya. Dirinya dan Han Xiao sudah menghadapi berbagai kondisi, mereka juga sering mengintrogasi musuh mereka sehingga mereka handal dalam hal ini jika dikatakan.
"Apa yang akan kita lakukan pada mereka?" Pertanyaan singkat yang dilempar Su Lihwa bagiakan petir di siang bolong untuk para perampok.
Mereka ketakutan menatap pada dua pemuda dan pata gadis dihadapan mereka, para perampok yang datang dengan sombong dan membuat kekacauan kini terdiam menunduk ketakutan.
"Biar aku yang menangani mereka." Han Xiao berkata ringan saat melihat Bing Xing hendak menyerang.
Gadis itu langsung menyarungkan kembali pedangnya, dia mengambil langkah mundur menghampiri Ren Yanyu.
"Sebaiknya jangan kau lihat." Bing Xing menutup mata Ren Yanyu dengan tangannya yang lembut.
Hening, tidak ada suara sedikitpun sebelum terdengar suara seperti barang jatuh menghantam tanah.
Tubuh-tubuh dari para perampok itu berjatuhan berbaring tanpa kepala, masing-masing kepala mereka terjatuh jauh dari tubuh mereka. Beberapa warga yang melihat kejadian itu segera memuntahkan isi perut mereka bahkan sampai ada yang pingsan melihat hal tersebut.
"Mayat mereka?" Bing Xing bertanya pada Han Xiao yang tengah membersihkan mata pedangnya.
Han Xiao menatap ke arah Ne Zha.
Ne Zha mengerti lalu melakukan mudra tangan untuk menciptakan Ilmu Sihir Api yang sangat panas dan destruktif.
Api pada tangan Ne Zha segera tersalur pada tubuh para perampok, dengan pengendaliannya dia tidak membiarkan api itu menjalar hingga membakar pemukiman.
"Selesai." Han Xiao tersenyum lebar.
***
"Jadi? Kita akan kesana?" Su Lihwa menatap Ne Zha yang sedang menganalisa Peta dari kulit binatang yang didapat dari perampok tadi.
Ne Zha menghela napas ringan, dia mengalihkan pandangannya pada Han Xiao sebelum meminta saktu untuk bersiskusi berdua dengan Han Xiao kepada para gadis.
Setelah para gadis keluar Ne Zha segera menunjuk pada bagian peta yang ditandai 'X' disana juga ada sebuah gambar pedang.
"Ini tidak salah, di tempat ini ada peninggalan dari Harimau Suci yang bernama Pedang Lima Elemen. Itu juga salah satu barang yang diberikan padaku secara tidak langsung," kata Ne Zha dengan tenang.
"Pedang Lima Elemen? Aku tidak menyangka kita akan menemukannya dengan cepat, alamgkah baiknya kita segera kesana dan mengambilnya. Dengan begitu kita bisa lebih mudah melakukan rencana kita di Akademi," timpal Han Xiao.
Ne Zha mengangguk ringan. Pedang Lima Elemen memang sangat penting untuknya, senjata itu menyatu sempurna dengan Manual Kultivasinya seolah satu paket lengkap. Dengan adanya Pedang tersebut kekuatannya akan bertambah, juga identitasnya akan jelas saat nanti dia akan mengambil barangnya dan Han Xiao di Akademi Naga dan Phoenix.
"Tempat ini dipenuhi bahaya, selain racun masih ada Binatang Iblis tingkat 8 disana," ucap Ne Zha.
Han Xiao tertawa kecil mendengar ucapan Ne Zha, "Apakah kau lupa Sha Hou?"
Ne Zha teringat bahwa Han Xiao memiliki Monyet Anggur Emas pada tingkat 8.
"Jika begitu maka akan mudah." Ne Zha tersenyum ringan.
Han Xiao segera bertanya kapan mereka akan kesana, sebelum itu mereka harus membuat rencana terlebih dahulu.
Ne Zha sudah memikirkannya secara matang dalam sekejap, mereka akan kesana saat akhir dari Berburu Siluman atau bahkan setelah selesai. Karena dia tidak ingin membawa para gadis ke tempat berbahaya tersebut. Belum lagi dia sangat ingin melindungi Ren Yanyu.
"Baiklah kita akan berdua saja kesana, tempat itu juga cukup jauh dari Kota Xianxie." Han Xiao mengangguk pelan menyetujui arahan Ne Zha.
"Kita akan menjadi pemburu harta karun, hahaha." Han Xiao tertawa setelah memikirkan perjalanan mereka ke depannya.
***
"Guru aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini." Seorang gadis berparas cantik berkulit putih bagaikan giok putih yang sangat indah, dibalutkan jubah ringan warna putihnya membuat sosok gadis itu terlihat sangat menawan.
"Jian'er kau sungguh sangat cepat sampai disini." Fu Daiyu tersenyum hangat pada gadis berpakaian putih dihadapannya, gadis itu adalah Ruan Jian. Murid dari Fu Daiyu.
Dahi Fu Daiyu mengerut, dia dengan cepat menyentuh jubah yang dipakai oleh Ruan Jian, dia merasakan aura samar yang dikenalnya.
"Kau bertemu dengan Pangeran Han Xiao belum lama ini?" tanya Fu Daiyu.
"Pangeran Han Xiao? Aku bahkan tidak mengetahui wajahnya bagaimana aku mengenalnya?" Ruan Jian menggernyitkan pelipisnya.
"Sudahlah lupakan, ayo kita segera ke Kota Xianxie. Kita harus menemui seseorang disana, mungkin kita akan bertamu sebentar ke Istana Kekaisaran." Fu Daiyu tersenyum kecil.
"Bertamu ke Istana Kekaisaran? Untuk apa? Sangat jarang guru ingin terlibat dalam formalitas seperti itu," tanya Ruan Jian.
Fu Daiyu tidak menjawab, dia hanya tersenyum lagi lalu melanjutkan perjalanan.
***
"Yang Mulia, jika seperti ini terus akan berbahaya untuk para Jenius. Jumlah korban sudah mencapai dua puluh orang." Seorang pria paruh baya yang gemuk menunduk sangat dalam pada sosok agung dihadapannya.
"Yang gugur bukanlah Jenius, mereka hanyalah sekelompok orang yang gagal. Jika ingin disebut Jenius maka mereka harus lolos dari pelatihan ini," ujar Kaisar Yang Qian dengan tegas.
"Bagaimana kalau itu Qianfan?" Permaisuri An berdiri menatap cemas pada Kaisar Yang Qian.
"Maka dia juga salah satu dari orang gagal itu," kata Kaisar Yang Xian.
"Kalau Han Xiao?"
"Sama saja." Walaupun terdengar seperti biasa namun ada nada kecemasan yang terselip disana, tapi setelah mengingat laporan terbaru dari pelatihan Berburu Siluman Kaisar Yang Qian kembali tenang.
"Pelatihan ini akan berlangsung selama satu bulan ini! Keputusan sudah bulat. Naikan hadiah untuk pemenang dan dua puluh besar juga tambah, itu akan mendorong semangat mereka. Umumkan juga bahwa tim yang masuk kedalam dua puluh besar akan mendapatkan Pil yang berkhasiat untuk menaikan kultivasi." Kaisar Yang Qian menutuo perintahnya dengan melenggang pergi dari ruang rapat.