"Kau berteriak membuatku kesal! Lagipula aku tidak akan memberimu ijin dan aku tidak akan memulangkanmu!" Sosok gadis berpesona dewasa dengan wajah yang sangat cantik memajukan bibirnya kesal saat menatap cermin di tangannya. Dia mengirimkan kekuatannya pada cermin tersebut yang menjadi dua belah petir.
"Lucu sepertinya menjahilimu," kekehnya seraya menatap lekat pada cermin.
"Kau selalu berbuat hal aneh diluar kepala orang normal." Gadis itu berkata lagi lalu tersenyum ceria.
"Tapi itu yang membuatku mengurungmu di dunia ini," lanjutnya seraya tersenyum lalu memandang pada suatu arah.
***
"Sudahlah, ayo kembali ke desa dimana Ren Yanyu dan lainnya menginap." Ne Zha sudah mengkonsumsi beberapa pil untuk memulihkan kondisinya, luka-luka yang disebabkan oleh Petir Penyucian juga telah menutup rapat hanya menyisakan beberapa garis tipis saja yang akan sembuh dalam waktu dekat. Resep pil dari Harimau Suci sungguh menakjubkan.
Han Xiao menghentikan tawanya dengan susah payah hingga akhirnya dia berdiri dari duduknya, setelah menarik napas lalu menghembuskannya, Han Xiao kembali seperti biasanya. Riang dan ceroboh.
"Baiklah ayo kita kembali," ujar Han Xiao lalu melesat ke arah timur, tepat pada arah desa dimana Ren Yanyu, Bing Xing, Su Lihwa, Nuren Yexing dan Xia Shiva beristirahat.
***
"Haih selalu saja ada yang mengganggu Xing'Jiejie." Ren Yanyu menatap nanar pada sekelompok pria yang menatap penuh nafsu pada sosok cantik dengan kulit seputih giok di hadapan mereka. Dia adalah Bing Xing.
"Apakah kita hanya akan diam?" Xia Shiva disisi Ren Yanyu menggernyit heran saat gadis kecil disisinya ini tidak menunjukan ketakutan sedikitpun, melainkan tatapan nanar pada para perampok disana.
"Untuk apa? Hanya Xing'Jiejie sudah cukup untuk menghabisi mereka," ujar Ren Yanyu.
Xia Shiva tertegun, didepan mereka kini ada sekelompok perampok yang memiliki dua Kultivator Ekspansi Istana. Belum lagi perampok yang berkultivasi di Alam Emas dan Perak yang memiliki jumlah sampai dua puluh.
"Ada apa?" Nuren Yexing barusaja datang, dia segera bergegas ketika mendengar keributan saat di kamarnya dari arah sini.
"Itu." Xia Shiva menunjuk pada arah peranpok.
Nuren Yexing mengalihkan pandangannya pada arah yang ditunjuk oleh Xia Shiva.
"Beraninya kau menunjuk Pemimpin kami!" Seorang perampok berbadan kekar berteriak pada Xia Shiva.
"Beraninya kau berteriak padaku!" Xia Shiva langsung melemparkan pisau kecil yang dimainkannya sejak tadi.
Pisau itu menancap tepat pada pergelangan tangan pria berbadan besar itu.
"Aaarghh!!!" Pria itu memekik kencang saat tangannya hacur berkeping-keping seketika setelah menjadi Es secara mendadak.
"Berteriak pada temanku?" Bing Xing mendesis dingin.
"Beraninya kau menyerang anak buahku!" Pemimpin perampok itu berteriak marah, bagaimana tidak? Anak buahnya diserang sampai tangannya hancur dibawah hidungnya!
Pemimpin perampok itu memiliki kultivasi Ekspansi Istana dan memikiki Istana Bumi, dia cukup kuat untuk seorang perampok tapi itu hanya dipandang sebelah mata oleh Bing Xing.
"1..."
"2..."
"3..."
"4..."
"5..."
Ren Yanyu menghitung gerakan yang dikeluarkan oleh pemimpin perampok saat berhadapan dengan Bing Xing.
"10... mati!" Tepat saat Ren Yanyu mengeluarkan kata 'mati' pemimpin perampok itu segera hancur berkeping-keping setelah membeku.
Bertarung dalam jarak dekat dengan Bing Xing bukanlah hal yang baik, hawa Es yang dikeluarkan oleh Bing Xing selain menghilangkan udara untuk bernapas itu juga membekukan organ dalam secara perlahan.
"Tidak ada yang bertahan setelah 10detik didekat Xing'Jiejie." Ren Yanyu menggelengkan kepala diiringi tatapan mata yang nanar melihat kepingan dari pemimpin perampok tersebut.
Melakukan perjalanan panjang dengan Bing Xing membuat Ren Yanyu memiliki penilaian yang baik tentang kekuatan Bing Xing, dia bahkan sempat tidak percaya saat Ne Zha menemukan Bing Xing dalam kondisi di ujung tanduk melawan sekelompok Hyena Darah dari cerita gadis Es itu sendiri, jika saja Bing Xing tidak menjelaskan bahwa dirinya sedang dalam kondisi yang tidak baik saat itu Ren Yanyu tidak akan mempercayai cerita tersebut.
Sorot mata Bing Xing menjadi sangat dingin dan tajam seperti Falcon, dia menatap pada perampok yang memikiki kultivasi Ekspansi Istana lainnya.
Ditatap oleh Bing Xing seperti itu membuat perampok itu merinding kedinginan, walaupun dia memiliki kultivasi Ekspansi Istana tapi dia hanya memiliki Istana Fana yang lebih lemah dari pemimpin perampok yang dibunuh dengan mudahnya oleh Bing Xing.
Saat perampok itu ketakutan tiba-tiba dia menyadari sosok wanita dewasa di samping Xia Shiva.
"Yexing?! Kau kah itu?! Tolong bantu aku!" teriak perampok tersebut.
"Eh? Ternyata kau landak tua. Aku tidak peduli denganmu, lagipula aku berada di pihak mereka." Nuren Yexing tersenyum kecil, dia mengetahui kelompok perampok tersebut, dia merangkul Xia Shiva dengan sengaja.
"Akhirmu tidak akan baik." Mata Nuren Yexing mengarah pada belakang kelompok tersebut.
Ren Yanyu terlihat senang saat melihat kedua sosok yang dikenalnya tiba.
"Wah... wah... wah... sembilan belas lawan satu? Dan itu wanita yang kalian lawan? Aku benar benar tidak tahu kalian lelaki atau bukan," suara riang muncul di belakang kelompok tersebut.
Buk!!!
Perampok Ekspansi Istana itu segera terbentur ke dinding, tubuhnya melayang dengan leher yang dicengkram erat hingga membuatnya sulit bernapas.
Hawa membunuh yang pekat terfokus padanya membuat perampok itu berkeringat dingin, wajah dan matanya mulai memutih seperti darahnya tidak mengalir lagi.
"Nikmatilah akhir-akhir hidupmu," ujar Nuren Yexing sebelum pergi kembali ke kamarnya.
Dengan adanya Han Xiao dan Ne Zha dia tidak terlalu khawatir, kekuatan Bing Xing saja sudah kuat. Ditambah Su Lihwa dan dua pemuda monster itu, dia bahkan tidak akanmendapatkan peran dalam drama kecil itu.
"Ada kata-kata terakhir?" Han Xiao menatap perampok itu dingin.
"P... per... cuma... huh... ka... kau... tidak a... akan mewujudkannya!" Perampok itu sangat kesulitan untuk mengatakan hal tersebut.
"Eh?" Han Xiao tiba-tiba tertarik dengan apa yang ingin dikatakan oleh perampok tersebut.
Han Xiao melepaskan cengkaraman pada perampok tersebut.
Perampok itu langsung meraup penuh nafsu udara untuknya bernapas.
"Jadi apa?" tanya Han Xiao.
"Biarkan aku hidup, sebagai gantinya aku akan memberimu ini." Perampok itu memberikan sebuah gulungan kulit binatang pada Han Xiao.
Ne Zha menghampiri keduanya lalu mengambil gulungan tersebut, dia membukanya untuk melihat isi gulungan tersebut.
Ekspresi pemuda itu tidak berubah sejak awal, dingin, datar dan menyendiri. Seperti Ne Zha biasanya dihadapan umum.
"Peta?" Ne Zha menggernyit heran.
"Peta ini mengarah pada sebuah peninggalan, aku tidak tahu siapa yang meninggalkan barang itu. Tapi jika dilihat dari penempatannya itu pasti barang berharga," ucap sang perampok.
"Kenapa kau tidak mengambilnya?" balas Han Xiao.
Perampok itu tersenyum kecut menimpali Han Xiao.