webnovel

Chapter 61 The Worked Hard

Sorenya Neko menatap laptop di meja sofa dan ia duduk di sofa menatap dengan serius.

Ia memakai pakaian pendek nya, celana levis dan kaus putih, kali ini kaus itu ada corak kucing manis di bagian dadanya.

Ketika serius membaca tulisan dalam laptop itu, tiba tiba suatu serpihan kasar mengenai pahanya.

"Egh... Sial," dia langsung memegang pahanya.

"Aku benar benar butuh pakaian panjang...." gumam nya, tapi ia menghela napas panjang dan menghiraukan itu.

Tetapi ada yang menekan bel pintu Villa nya membuat nya menoleh dari laptopnya.

"(Itu bukan Yechan, tidak mungkin dia menekan bel,)" dia berjalan ke pintu dan membukanya, rupanya seorang pria pengantar paket. Pria itu memakai topi menutupi wajahnya.

Neko terdiam bingung, ia lalu melihat ke belakang dan rupanya ada motor speed besar di sana, mustahil tukang pengantar paket mengantar dengan motor semahal itu.

". . ." Neko melirik.

"Ehem.... Dengan Nona Neko?... Nona Akai, maksud ku," kata orang itu.

Dari sana Neko baru sadar dan memanggil. "KIM?!"

Dengan cepat dan tiba tiba saja, lelaki itu memeluk Neko membuat Neko terkejut dan jatuh ke dalam.

Neko jatuh ke bawah dengan di peluk lelaki itu.

"Hei....?!" dia menatap.

Lalu topi dari lelaki itu turun dan terlihat gaya rambut yang selalu dipakai oleh orang terpercaya nya, Kim, dia menatap ke Neko dengan tatapan yang tidak bisa dikatakan sebagai serius dan rindu.

"Kim, ini benar benar kau?!" Neko menatap tak percaya.

"Nona Akai... Kenapa... Kenapa..." Kim menatap kecewa, dia kembali memeluk Neko sehingga kepalanya terkena dada Neko.

"Cih, sial.... Jangan buat aku melayangkan pukulan," Neko mendorong kepala Kim.

"Nona Akai, aku benar benar merindukan mu, kau tidak tahu betapa sulitnya kehidupan yang aku jalani..." tatap Kim dengan posisi yang masih sama.

"Ugh menyingkir lah, kau benar benar membuat ku kesal," Neko menendang wajah Kim.

Tapi Kim tetap merengek ingin memeluk Neko. "Nona Akai, tidak kah kau kangen padaku, anda sudah 10 hari lebih pergi..."

"Itu tidak lebih buruk dari aku meninggalkan Hyun dan Jun selama 2 bulan lebih ketika bersama mu."

". . . Itu beda, perasaan ku lebih peka, aku akan langsung rindu bahkan dua hari sekalipun, Nona Akai..." Kim menatap memelas.

". . . Itu sama saja, di ponsel saja kau selalu memasang nada biasa saja."

"Itu karena aku tak mau anda khawatir... Hehe..."

"Cukup basa basinya, bagaimana dengan perkembangan nya? Bukankah kau harus mengawasi Beum atau istilahnya menjadi asisten nya?"

"Kebetulan sekali Tuan Beum memberiku tugas dan hanya aku yang harus menyelesaikan nya, tapi karena aku sudah menyelesaikan nya dan belum menyerahkan nya, aku jadi bisa kemari, ngomong ngomong.... Aku agak tersesat jadi aku seharian berkendara," kata Kim.

"Gez... Terserah...." Neko hanya bisa menggeleng.

"Tapi Nona Akai, ini hal yang buruk... Seluruh kekuasaan sudah di ambil alih oleh Beum sendiri, dia sudah mengubah nama nya menjadi miliknya dan menyingkirkan nama anda, bagaimana jika dia benar benar mengambil proyek anda itu anda juga akan rugi sangat lah besar," tatap Kim.

". . . Aku sedang tidak mau membahas itu, aku yakin kau punya jawaban nanti ketika aku sampai di distrik lagi," kata Neko.

"Um, mungkin...."

"Kau punya ide yang masuk akal dan berhasil, kenapa mengatakan mungkin?"

"Maksudku, mungkin akan beresiko."

"Tidak peduli, sekarang pulang lah di distrik lagi," kata Neko seketika Kim terkejut.

"A... Anda mengusir ku setelah aku sudah susah payah datang kemari, aku baru saja datang dan membawakan anda beberapa benda yang penting," kata Kim, dia berjalan ke motornya dan mengambil satu koper sedang.

Dia menurunkan nya di dalam villa membuat Neko terdiam masih berdiri menatap itu dengan menyilang tangan nya.

Kim berlutut dan membuka koper itu seketika isinya pemecah masalah Neko dari awal ke desa itu, yakni baju baju kemeja style yang selalu dia pakai, dan juga beberapa kantung darah dan buku buku bacaan yang dari penulis berbeda.

"Ini...." Neko terdiam tak percaya.

"Oh, dan satu hal, aku dapat ini dari Tuan Jun," Kim mengambil sesuatu dari sakunya dan rupanya itu permen merah, permen manis rasa apel.

Ia membuka itu dan mengulurkan nya pada Neko, itu adalah permen tusuk.

Neko tersenyum kecil dan memakan nya dari tangan Kim. "Itu bagus, kau tahu cara membuat ku merubah posisi kekesalan ku" tatap Neko.

Lalu Kim tersenyum lembut dan menundukan badan. "Sesuai perintah anda, Nona Akai."

"Lalu, kenapa kau baru sekarang mengirimkan hal ini?" Neko menatap.

"Sebenarnya, aku pikir anda tidak akan pergi selama lebih dari 7 hari, tapi rupanya lebih," balas Kim.

". . . Apa kau tidak akan pergi ke distrik?"

". . . Aku ingin di sini sebentar lagi, biarkan aku memberitahu kondisi organisasi tanpa anda dan juga soal keluarga Ezekiel."

"Ha... Sudah cukup, hentikan saja itu, aku sudah bekerja keras untuk lari dari itu semua dan kau berniat memberitahu ku hal menyakitkan lagi, aku benar benar sedang strees," Neko memegang kening nya dengan banyak pikiran.

"Aku tahu anda punya banyak tekanan, oleh karena itu... Aku ada di sini, Nona Akai... Anda harus butuh aku karena ini semua juga tidak akan terjadi jika tidak ada aku, aku membantu Anda dan Anda dulu juga membantu ku, percayalah bahwa aku bisa memegang anda... Aku bisa memegang tanggung jawab ku."

"Apa kau mencoba menarik kekosongan hati ku?"

". . . Jika anda mengizinkan... Mungkin..."

"Tidak akan," Neko langsung menyela membuat Kim terpaku.

"Meskipun aku membantu Anda, bagaimana jika anda terbuang hanya karena Beum?!" Kim menatap.

". . . Dengar ini Kim!! Aku sedang mencari satu lelaki di sini, dan dia sama sekali tidak muncul, aku lelah mencarinya dan sekarang Chairwoman meminta ku mencari orang yang berhubungan dengan Cheong, dia pikir itu mudah...?! Aku pusing dengan hal ini!! Aku butuh orang yang dapat mengeluarkan aku dari semua tekanan ini!!" teriak Neko membuat Kim terdiam.

". . . (Banyak nya lelaki yang mengenal mu, kamu malah mencari lelaki yang bahkan tak pamit ketika melarikan diri... Aku harap lelaki itu melupakan nya... Agar Nona Akai juga tahu, bahwa dia sedang di sia siakan,)" Kim mengepal tangan, dia menundukan wajah dan menoleh ke arah lain dengan wajah kecewa, dia lalu mengatakan sesuatu.

". . . Kalau begitu, aku permisi.... Jika aku bukan orang yang bisa mengeluarkan anda dari tekanan yang terjadi, mungkin lain kali... Aku tak akan mengatakan nya orang lain yang melakukan nya, aku permisi... " kata Kim, dia lalu berbalik dan berjalan pergi membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang.

"(Ini semua sialan....)" dia tampak cemas, lalu terdengar suara motor Kim dan berjalan pergi dari sana.

Masalah ini akan lambat berakhir, Kim kembali lagi ke distrik dan Neko masih menjalani harinya di villa nya.

"(Jika aku tak segera menyelesaikan hal ini dalam waktu cepat, mungkin aku juga tak akan bisa mendengarkan rencana dari Kim untuk merebut kembali museum nya, tapi jika memang benar Beum adalah seseorang yang bisa mengambil alih projek ku dengan cepat, dia seharusnya tahu akan hal ini bahwa aku adalah Neko, orang yang telah tercantum nama nya memiliki projek itu... Ck, aku tak mau memikirkan itu, aku ingin mencari orang yang berhubungan dengan Cheong.)"

Ketika dia kembali menatap ke laptopnya. Tiba tiba Dongsik datang dari luar. "Wooff..." dia mendekat membuat Neko menoleh padanya.

"Woof," dia membawa tali pengikat anjing di mulutnya seperti mengatakan sesuatu.

==° Nona, ayo jalan jalan sore, pemandangan sore sangatlah cantik, ayo lakukan sebelum malam... Cepat °== dia begitu bersemangat mengajak Neko yang terdiam.

"Ha, aku lelah.... Apakah kau tak bisa jalan jalan sendiri, kau sudah tahu jalan tempat ini?" Neko melirik tajam, dia tak mau menemani Dongsik jalan jalan.

Tapi siapa sangka, Dongsik melemparkan tatapan memelas membuat Neko kembali menghela napas dan menutup laptopnya. "Ha.... Terserah, baiklah," dia mengambil tali itu dan berjalan.

Seketika Dongsik senang dan langsung mengikutinya, mereka akan melakukan jalan jalan sore dengan Neko memegang tali pengikat leher anjing Dongsik.

Di jalan melewati ladang, Neko berhenti berjalan membuat Dongsik juga ikut berhenti berjalan.

Rupanya Neko melihat Yechan yang ada di ladang sedang membantu orang orang di sana dengan suasana sore.

Bahkan ketika hampir malam pun, dia masih membantu mereka yang berladang.

"(Dia bahkan terlihat bekerja keras membantu semuanya... Dia mungkin bisa dikatakan sebagai lelaki yang baik karena dia selalu membantu dan sikapnya yang ramah,)" pikir Neko.

Lalu kebetulan, Yechan menoleh padanya. "Oh... Akai?!" dia baru sadar dilihat Neko dari jauh, seketika dia berwajah merah dan mengalihkan pandangan.

"(Astaga.... Akai...) Ehem.... Akai," dia melambai memberanikan diri menyapa Neko.

Lalu dia berjalan mendekat ke Neko. "Akai, tidak biasanya kamu jalan jalan di sore hari," tatap Yechan.

"Begitu juga kau, bukankah ini sudah jam berhenti berladang?" Neko menatap.

"Oh, soal itu, kami harus segera menyelesaikan nya sebelum matahari terbenam, tapi jangan khawatir, kamu sudah selesai," balas Yechan dengan wajah ramah nya.

Tapi Yechan terdiam ketika melihat sesuatu di belakang Neko. "Oh itu..." dia melambai.

Neko ikut menoleh dan rupanya itu Choka.

"Ah, sore," Choka juga melambai, sepertinya dia tadi berjalan di jalan yang sama dan bertemu mereka.

"Choka, dari mana?" tanya Yechan.

"Ah, aku baru saja mengantarkan kiriman kafe," balas Choka sambil mendekat.

Choka yang menoleh pada Neko menjadi terdiam karena ia melihat Neko memakai baju pendek.

"(Kemarin.... Dia memakai celana dan kemeja panjang, sekarang sangat cantik dengan pakaian itu, kulitnya juga terlihat putih,)" ia berwajah merah sendiri.

"Ada apa?" Neko menatap dingin membuat Choka terpaku.

"Akai, dia adalah Choka, aku membeli permen darinya," kata Yechan. Neko menatap Choka, ia melihat dari bawah sampai atas membuat Choka gemetar ketakutan. Lalu Neko mengulur tangan.

"Choka huh..." kata Neko, Choka menjadi terdiam bingung. Lalu perlahan menerima uluran tangan nya, mereka berjabat tangan.

"Choka dia adalah Akai ^^" kata Yechan.

"Ki-kita sudah kenal di kampus. (Tangan nya begitu lembut.....)"

". . . Ini tak apa, kenalan dua kali. (Dia tak mau melepas tanganku. . .)" Neko melirik bosan padanya.

Lalu Choka tersadar. "Hah... Maafkan Aku. (Astaga aku benar benar tidak sadar tadi,)" ia melepas tangannya.

"Aku akan pergi," Neko berbalik.

"Ah... Akai kau akan kembali pulang?" Yechan menatap.

"Um anu—bisakah aku meminta nomormu?" kata Choka yang menunjukan ponselnya, Neko menoleh lalu terdiam sebentar.