webnovel

Chapter 60 The Worked Hard

Hari selanjutnya Neko bangun dari sofa nya sambil memegang kepalanya. "(Aku tertidur di sofa... Tapi...)" dia melihat selimut yang menyelimuti nya selama tidur, padahal dia ketiduran di sofa hingga ia sadar yang melakukan nya adalah Yechan.

"Ah, Akai, kamu sudah bangun?" dia menyapa dari dapur ketika menyiapkan makanan di meja dapur.

Neko terdiam. "(Bagaimana dia bisa masuk.... Ah benar, dia punya kunci villa ini karena aku memberikan nya selama aku terluka.... Hingga sekarang dia masih melakukan ini...)" Neko terdiam.

Lalu Yechan mendekat dan berlutut di depan sofa membuat Neko menatapnya.

"Akai.... Apa kamu tidak apa apa? Kenapa kamu tampak banyak pikirkan, ini berbeda dari ketika kita bertemu dan menikmati semuanya ketika kita belum mengenal dengan pasti satu sama lain," tatap Yechan.

". . . Kau pikir kita sudah mengenal satu sama lain.... Aku hanya memikirkan soal pekerjaan ku tapi di sisi lain, aku harus masuk kuliah itu untuk mencari sesuatu," kata Neko.

"Aku tahu itu kamu mencari pengetahuan," kata Yechan, dia berpikir bahwa Neko masuk ke kampus Jiang untuk menambah pengetahuan lebih dalam padahal Neko masuk kampus Jiang hanya untuk mencari orang yang berhubungan dengan Cheong.

"Ayo, Akai, kita sarapan bersama... Jangan sampai kamu tidak sarapan, kita bisa ke kampus bersama," kata Yechan memegang tangan Neko dan mengajak nya ke dapur.

--

Ketika di kampus, Neko melanjutkan pencarian nya tapi ia berhenti dan terdiam ketika melihat sebuah papan perekrutan orang dari sebuah tim olahraga voli.

Rupanya kampus itu juga punya klub basket yang sangat baik dan begitu maju, bahkan di antara angkatan pernah masuk ke tingkat internasional, itu terlihat jelas di poster itu. Lalu Neko melihat kata perekrutan anggota baru untuk mengisi tim voly. Perempuan dan lelaki di campur dalam satu saingan tapi tidak satu tim.

"(Jadi, dalam satu tim ada 6 pemain, satu tim jika ingin perempuan, harus perempuan semua begitupun sebaliknya, tapi tidak dapat di campur dengan lelaki. Sedangkan, jika bermain dengan dua tim, maka boleh bermain dengan tim lawan lelaki, cara apa itu, bukankah seharusnya perempuan bertanding dengan perempuan dan sebaliknya,)" pikir Neko.

"(Hmp... Untuk apa hal begituan, itu juga tak akan membantu ku menemukan orang yang berhubungan dengan Cheong,)" ia mengabaikanya begitu saja.

"Kau bisa melihat jika kau mau," kata seseorang yang tiba tiba saja berbicara dari belakang. Neko menoleh, terlihat sosok wanita bersandar di tembok belakang. Penampilan wanita itu sangat tinggi, dia memakai celana hitam panjang dan kaus hitam lengan pendek yang dia masukan di celana nya.

Rambutnya berwarna merah gelap dan terkuncir kuda, dia sama seperti wanita yang dua kali melihat Neko secara diam diam di kampus.

Dan yang tidak di sangka sangka, warna mata miliknya berwarna mata seperti Neko yakni merah.

"(Mata itu... Sama seperti ku?)" Neko terdiam bingung.

"Penampilanmu sangatlah sama denganku bukan?" wanita itu berjalan mendekat dan mengulur tangan. "Acheline, itu namaku, kau Akai bukan... Aku mendengarmu dari Yechan, lelaki yang baik itu...."

Neko terdiam sebentar. "(Nama apa itu, itu nama yang bisa di definisikan sangat banyak,)" Neko melirik tajam, lalu dia menambah perkataan nya. "Apa kau sedang mencoba mengajakku jalan?" Neko menatap dingin tangan nya karena dia belum menerima jabat tangan wanita yang bernama Acheline itu.

"Jika kau mau, aku bisa menunjukan lapangan volinya," wanita yang bernama Acheline itu menatap. Dia seperti ingin mengobrol dengan Neko.

"Ini membuang waktu ku," Neko langsung membalas.

". . . Kulihat kau sedang mencari orang bukan, dari kamu masuk, aku sudah melihat tingkah mu," tatap Acheline.

Seketika Neko terdiam. "Ini bukan urusan mu juga," tatapnya kembali tajam.

"Hahaha.... Ini baik baik saja... Kau ingin tinggi tidak? Kau bahkan lebih pendek sama seperti teman ku, berapa tinggi mu, 155? 157?"

"Yeah..."

"Haha aku memang akurat dalam menebak, kau harus setinggi aku, 180, aku wanita satu satunya yang tinggi nya hampir sama seperti lelaki di sini," tatap Acheline.

Tapi tiba tiba dia mendekat dengan sangat dekat membuat Neko menatapnya dengan bingung. "Aku suka kau," tatap Acheline. Tak di sangka sangka dia langsung mengatakan itu.

Neko mengangkat satu alisnya. "Jadi ini rahasia dari wanita yang tinggi dan terlihat bertingkah sangat bebas, rupanya menyukai sesama nya dan menjadikan nya perhatian wanita," tatap Neko sedikit merendahkan Acheline.

"Aku yakin kau juga begitu bukan, hanya saja kau memiliki banyak peluang untuk di dapatkan lelaki maupun wanita seperti ku, sudahlah, jangan bahas itu lagi, sekali aku suka ya tetap suka, jadi biar aku tunjukan lapangan volinya karena aku memang ada di sana juga," kata Acheline.

Neko terdiam sebentar, kemudian menghela napas panjang dan akhirnya ikut dia. Hingga membuka pintu lapangan dalam ruangan. Di sana sangat luas dan besar, stadion lapangan di dalam ruangan dan juga banyak sekali yang bermain voly, rata rata mereka tinggi dan banyak lelaki.

"Kau bisa melihat seberapa luas tempat ini," kata Acheline. Lalu dia menatap ke Neko yang melihat mereka yang bermain voly.

"Oh ngomong omong apa itu beneran mata aslimu?" Acheline menatap.

"Apa ada masalah jika ini asli?"

"Hm... Aku mulai berpikir kau adalah gadis membosankan tapi dengan wajah imutmu tentunya kau terlihat sexy saat sedang berekspresi begitu," kata Acheline.

Lalu Neko menatap dada Acheline yang besar seukuran wanita dewasa.

"Tidak juga," Neko langsung berbalik badan.

"(Haha, sekarang aku bisa tahu dia sedang berpikir aneh.) Hei, bagaimana jika kau datang besok pagi, akan ada latihan disini... Karena lapangan ini berganti ganti untuk tim perempuan dan tim laki laki bahkan di campur karena kami suka percampuran, semakin banyak generasi yang sama seperti ku juga."

"Aku tak bisa membuat janji soal kemari," Neko menyela.

"Hm.. Begitu ya..." Acheline menjadi berpikir.

Mendadak ada yang masuk dan mereka berdua menoleh. Seketika Neko terdiam kaku karena yang masuk adalah Choka.

"Eh..." Choka menjadi sedikit memerah karena melihat Neko dengan dekat. "(Astaga... Bukankah itu perempuan waktu itu yang datang di kafe ku, rupanya dia ada di kampus ini dan salah satu mahasiswa di sini, aku benar benar tidak menyangka, juga, dia sangat cantik dilihat dari sudut ini,)" pikir Choka.

"Oh Choka, kau datang tepat waktu lihat gadis yang ku bicarakan," Acheline menunjuk Neko.

"Em...Halo... (Jadi ini suatu kebetulan.)"

"Jadi namamu Choka," Neko menatap.

"Eh.. Iya, itu namaku, dan kau Akai Nuna," Choka rupanya juga sudah tahu nama Neko dari awal. Mungkin mendengar dari Acheline.

"Hei, inilah yang aku maksud, kau sama tingginya dengan Choka, kalian benar benar manis sebagai gadis SMA haha," tatap Acheline.

"Acheline... Apakah kamu bisa mengatakan itu," Choka menatap agak kesal.

Tapi, mendadak ponsel Neko berbunyi, ia melihat dari layar kaca bahwa itu ketua sindikat.

"(Cih...) Aku harus pergi," kata Neko sambil berjalan melewatinya pergi.

Choka dan Acheline menjadi terdiam. "Jadi, kau sudah melihatnya?" tatap Acheline pada Choka yang mengangguk.

"Apa pendapat mu?"

"Um.... Sepertinya dia banyak masalah karena ketika dia menatap ponselnya tadi dia mulai memunculkan aura kebencian dan tekanan yang begitu banyak itu," balas Choka membuat Acheline terdiam serius.

--

"Aku belum menemukanya... Yeah..." Neko tampak berbicara di balkon lorong kampus itu yang ada di lantai atas, belum lantai atas, dia menatap bawah sambil berbicara di ponsel nya dengan ketua sindikat.

"Kau harus segera menemukan nya dan segera pulang kemari, urusan pekerjaan mu belum selesai, jika begini caranya Beum akan mudah merebut kekuasaan mu melalui museum itu," kata Ketua sindikat.

"Apa maksudmu, kau memintaku melakukan semuanya apa kau tidak tahu aku sedang dimana sekarang!" Neko berbicara dengan kesal di lorong balkon kampus itu. Di sana juga tidak ada orang tapi tanpa Neko tahu, rupanya di saat itu juga, Choka ada di belakangnya.

"Aku mengerti," Neko menambah di ponsel nya sambil membalik badan dan tak disangka sangka ia terdiam melihat Choka ada di sana, karena dia juga baru sadar Choka tadi ada di belakang nya.

"Em... Nuna?" Choka menatap polos.

". . . Apa yang kau inginkan?" tanya Neko.

"Tubuhmu....(Gelap,)" Choka gemetar sedikit melihat banyak sekali bayangan hitam hampir menutupi tubuh Neko.

"(Ada apa denganya?)" Neko terdiam dan akan mendekat. Tapi tiba tiba seseorang memeluknya dari samping. Seseorang yang tinggi dan memiliki pelukan satu tangan saja sudah hangat. Neko terdiam pucat dan Choka menjadi tersadar.

"Ini, Choka memintamu untuk melakukan ini, kau harus mengerti itu," kata orang yang memeluknya dan rupanya adalah Acheline.

"Aku tidak butuh itu," kata Neko sambil menjaga jaraknya.

"Choka, apa kau melihat yang lebih mengerikan?" tatap Acheline.

"Em, Iya," Choka membalas dengan sedikit takut.

"(Apa yang mereka bahas?)" Neko terbingung sendiri.

"Hei, kamu butuh pelukan lagi?" Acheline membuka lengan nya membuat Neko terdiam kaku. "Tidak... Terima kasih.."

"Um, Nuna.... Apa kamu baik baik saja?" Choka menatap khawatir.

Neko terdiam, dia mengingat ketika Choka beberapa kali hingga ia harus mengatakan sesuatu. "Kenapa kau memanggil ku Nuna, bukankah itu untuk lelaki ke perempuan, kau seharusnya memanggil ku Eonni, itu sudah jelas digunakan untuk perempuan ke perempuan," tatap Neko.

"Hah, maafkan aku, kamu menyadari nya!" Choka menutup mulutnya.

"Kau hanya harus menjelaskan nya," tambah Acheline.

"Um, sebenarnya, aku hanya tak suka memanggil kata itu, menurutku kata itu aneh jadi aku menggunakan nya untuk lelaki ke perempuan," balas Choka.

"(Jawaban nya sangat aneh sekali... Tidak, itu lebih tepatnya alasan,)" Neko terdiam.

Lalu ponsel Neko berbunyi, dia melihat nya bahwa itu pesan dari Yechan.

== Akai, aku menunggu mu di mobil ya==

Choka yang melihat ekspresi Neko menjadi terkejut sedikit karena ketika dia melihat bayangan gelap yang muncul di tubuh Neko, bayangan itu perlahan hilang ketika Neko menatap ke ponselnya itu.

"(Aku baru sadar.... Apa jangan jangan ada orang yang membuat tekanan nya itu hilang, tapi bayangan itu tidak hilang semua, hanya samar samar muncul lagi,)" pikir Choka.

"Kalau begitu, aku pergi dulu," kata Neko, dia lalu melewati mereka.

"Seperti nya gadis itu memang yang aku cari cari deh.... Tidak sia sia aku menyamar sama sepertinya," kata Acheline memegang mata miliknya dan di saat itu juga dia membuang lensa kontak, rupanya mata miliknya berwarna terang, bukan merah.

"Um, Acheline, siapa yang membawa Nuna itu kemari?" Choka menatap.

"Ah, dia Yechan."