webnovel

Chapter 183 Tiger Cat and Alfa Wolf

"Kau pikir aku berdiri di sini karena apa?! Kau pikir aku membawa mu kemari juga karena apa?! Dan kau pikir kenapa aku bertanya hal yang mengganggumu juga karena apa?! Semuanya tidak akan bertanya pertanyaan yang sama seperti yang aku lemparkan padamu karena mereka semua tidak pernah menganggap adanya dirimu, mereka hanya menganggap tubuhmu untuk mereka, hargailah aku yang telah menolong mu seperti ini... Kau menolak bantuan orang lain karena mereka juga ragu untuk bersama mu, mereka tidak berjuang keras mendapatkan mu karena mereka sudah berpikir duluan kau akan menolak mereka, kini aku yang menjadi posisi itu, aku akan di sini hingga kau menganggap ku aku berhak tahu semua urusan mu," kata Felix.

Mendengar itu Neko menjadi terdiam tak percaya dan menundukkan wajahnya mengingat Matthew. "(Bagaimana bisa dia mengatakan hal sebanyak itu, apa sebenarnya dari awal dia sudah melihat dan mengawasi ku.... Mungkin dari awal aku juga tidak terlalu mempedulikan ketika dia selalu membantu ku, dia membantu ku beberapa kali ketika masalah datang tiba tiba dan aku menganggap mustahil dia tahu apa yang terjadi dengan ku, ketika bahaya sekalipun, dia selalu muncul meskipun jarang tepat waktu.) Dari awal aku memang tahu bahwa dia tak pernah mau padaku, dia tak pernah mau menerima ku dan aku juga menunjukan sikap tak mau menerima nya... Aku pantas mendapat semua ini," dia menjadi memasang wajah putus asa. 

Lalu Felix juga terdiam dan perlahan memegang perut Neko dengan tangan nya. 

"Apa yang?!...." Neko menjadi terkejut dan menahan tangan Felix dengan kedua tangan nya. 

Tangan Felix menjadi menekan pelan perut Neko membuat Neko kesakitan. "Ahhh....!!!" 

". . . Aku mendengar mu sedang mendesah di sini... Kau tidak sedang kesakitan bukan? Aku tahu kau lebih suka hal yang menyakitkan karena itu enak untuk mu," bisik Felix yang semakin menekan perut Neko. 

"Hentikan!! Ini sangat sakit..." Neko mencoba menahan sakitnya. 

"Katakan padaku dulu bahwa kau menyesal tidak mematuhi ku." 

"Persetanan," Neko menatap kesal. Tapi Felix semakin menekan nya membuatnya sakit. 

"Akhhh.... Baiklah!! Aku menyesal tak mematuhi mu!!" Neko berteriak lalu Felix menyingkirkan tangan nya sendiri dari perut Neko yang bisa bernapas lega. 

"Gadis baik," Felix memegang dagu Neko dan mencium bibirnya.

Neko terkejut dan langsung menarik kepala nya. "Menjauhlah dari ku," dia menatap kasar.

"Kenapa? Kenapa harus menolak begitu? Bukankah itu yang kesekian kalinya?"

"Aku merasa itu buruk setelah kau melakukan hal yang tak pernah terjadi padaku, kau membuat ku berdarah...." Neko menatap tajam.

"Jika kau ingin bilang sebuah tanggung jawab, hanya lemparkan saja padaku, karena hal ini memang sudah seharusnya," Felix bergantian melemparkan tatapan tajam.

"Ha.... Apa maksud mu? Jadi kau sengaja melakukan itu agar aku harus bilang tanggung jawab dan harus bersama dengan mu terus, kau bajingan!!" Neko menatap kesal.

Felix lalu terdiam, dia menghela napas panjang. "Sebut lah aku semaumu, tetap saja kau akan tahu kenapa aku melakukan hal ini padamu," dia memegang pinggang Neko lalu mendekat mencium leher Neko membuat Neko terkejut kaku langsung berwajah merah.

". . . Untuk sementara istirahat lah, setelah itu kembali ke apartemen ku, jika kau tidak ada di sana, jangan harap aku melakukan sesuatu padamu yang membuat mu patuh padaku," kata Felix lalu dia berbalik dan berjalan pergi membuat Neko kesal.

Siapa sangka, di depan ruangan Neko ada Acheline. "Jaga dia," kata Felix setelah keluar dari ruangan itu. "Dan katakan pada yang lain, temukan orang yang meracuni nya," tambah nya lalu berjalan pergi, dia bahkan mengatakan itu tanpa menoleh sedikit pun membuat Acheline terdiam dan mengangguk mengerti.

Sementara itu Neko terdiam di tempat nya. "(Aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku lakukan di sini, aku bahkan sudah di hancurkan oleh nya dan sekarang aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan... Dia membuat ku berdarah... Kenapa ini semua harus terjadi, tapi yang membuat ku bertanya tanya, bagaimana dia menemukan ku saat itu... Menemukan di jalanan dan aku sedang lemas...)" ia tampak kecewa sekaligus penasaran karena Felix menemukan nya saat itu.

Tapi ada yang membuka pintu, rupanya itu Acheline. "Akai, apa aku mengganggu?"

". . . Masuk saja," Neko membalas dengan dingin lalu Acheline mendekat.

"Hei, apa kau baik baik saja, maafkan aku kemarin tidak bisa membantu apa apa," tatap Acheline.

". . . Ini baik baik saja..." Neko membalas sambil menundukan wajah.

"Kenapa? Kau sedih? Apa Bos membentak mu? Atau kau teringat seseorang?" tanya Acheline.

Seketika Neko terkejut dengan pertanyaan terakhir itu, karena dia langsung teringat pada Matthew. "(Apa yang sebenarnya aku pikirkan.... Aku benar benar tidak mau memikirkan nya lagi, setelah beberapa hari berselang lama aku benar benar tidak bertemu dengan nya, rasanya sungguh sangat kurang, Matthew, mungkin kau sekarang sedang menuruti kakak mu yang sialan itu...)" Neko mengepal tangan dengan kesal.

Acheline yang melihat itu menjadi terdiam. "(Mungkin dia berpikir lain, aku datang kemari juga karena di luar bosan, mungkin aku bisa mengobrol beberapa kalimat bersama nya, tapi seperti nya dia sedang memikirkan sesuatu.)"

Lalu ada yang datang, rupanya dokter tadi. "Nona Amai, biarkan aku memeriksa anda," tatap nya.

"Oh, dia memanggil mu Amai, pasti yang menamai nya Bos," gumam Acheline.

Lalu dokter itu mendekat. "Apa sebelum melakukan seks, Tuan Felix memakai pengaman?" tanya dokter itu langsung membuat Acheline dan Neko terpaku mendengar nya.

"Sialan!! Apa yang baru saja kau katakan!! Aku katakan padamu!! Dia tidak melakukan apapun padaku!!! Jangan sebut kalimat tabu itu di depan ku!!" Neko langsung mengamuk membuat dokter itu terkejut.

"(Waw.... Jadi itu yang membuat nya diam dari tadi, seperti nya dia yang perawan sudah menjadi milik Bos seutuhnya,)" Acheline tersenyum senyum sendiri.

"Tapi.... Tapi, aku hanya ingin bilang dan memastikan kesehatan anda ketika melakukan hubungan."

"Aku tak mau membahas itu, keluar kau sekarang dan pastikan aku ingin pulang malam ini!!" Neko berteriak lagi.

Malamnya, Neko di pulangkan dan supir Felix mengantar nya di apartemen Felix sendiri.

"Apa?! Kenapa aku harus di sini?" Neko terkejut menatap supir yang keluar dari mobil.

"Tuan Felix yang meminta ku menjaga mu," kata supir itu dengan tatapan yang sama datar.

Sebelumnya, dia bertemu dengan atasan nya, Felix. Bahkan tubuh Felix masih di bilang lebih besar dari nya ketika mereka berhadapan.

"Jaga dia, pulangkan sampai di tempat ku, jika kau sampai kehilangan dia, kau tidak akan bisa bernapas," kata Felix, itu pesan yang sangat mengerikan untuk nya.

"Silahkan," kata supir itu, lalu dia mengarahkan Neko masuk ke dalam.

Neko kesal, dia lalu berjalan masuk dengan terpaksa. Di dalam apartemen, dia melihat tak ada Felix, mungkin dia belum selesai mengurus pekerjaan nya.

"(Ck, orang tadi, pasti ada di pintu, dia benar benar tidak membiarkan ku pergi....)" Neko kesal karena dia di jaga dan tidak akan di biarkan kabur.

Karena keadaan malam, ia tertarik melihat langit ketika melihat pintu kaca balkon hingga ia di balkon atap gedung, Neko bersandar dengan tangan nya yang menyangga pagar balkon atap sambil menatap bulan.

"Ha.... Benar benar sungguh sangat membosankan..." dia menghela napas panjang lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya, permen terakhir, lalu memakan nya.

"(Jika melihat hal ini, membuat ku berpikir sekarang aku di posisi apa?)" ia terdiam memindahkan dan menggerakkan tusuk permen itu di samping kanan dan kiri mulutnya. Di sana tak ada siapa siapa selain dirinya sendiri. Keadaan balkon juga sangat gelap dan menjadi gedung yang hampir menjadi pencakar langit di sana tak bisa melihat apapun yang ada di bawah kecuali cahaya yang bisa di ukur seperti semut dari kejauhan nya. 

Tapi ada yang masuk ke apartemen itu yang rupanya Acheline, sebelum masuk, pria di luar tadi menyapa nya. "Kenapa kau terlambat? Kau bilang akan menyusul dengan motor mu?"

"Aku memang melakukan itu.... Hanya saja Bos meminta ku untuk laporan, jadi aku kembali ke kantor sebentar, ngomong ngomong bagaimana dengan gadis itu, kau menjaga nya bukan? Ingat yang di bilang bos, jika sampai kau melalaikan nya, kau tidak akan bisa bernapas," tatap Acheline.

"Aku tahu itu, dia ada di dalam," balasnya lalu Acheline ke dalam dan langsung melihat Neko ada di balkon.

"(Wah wah.... Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu yah...)" ia lalu berjalan mendekat.

"Hei Akai..." panggil nya membuat Neko menoleh, tapi ia hanya memasang wajah biasa dengan kata lain, mengabaikan nya.

"Bos bilang, kau harus di sini untuk sementara waktu, jika sudah ada waktu, kau bisa pergi pulang dan bebas menikmati waktu mu di tempat mu sendiri," kata Acheline yang berdiri di samping nya.

"Kau tidak menginginkan itu, jika dia ingin menyiksa ku berkali kali, lakukan saja tanpa selisih apapun..."

"Hei, jangan bilang begitu, Bos tidak menyiksa mu, dia hanya ingin kau tahu bahwa dia sangat membutuhkan mu," kata Acheline, seketika Neko terkejut mendengar itu. "(Membutuhkan ku?)"

Lalu ponsel Acheline berbunyi membuatnya mengambilnya dari sakunya dan melihat bahwa itu dari Felix. 

"Oh lihat siapa yang baru saja kita bicarakan," tatap nya lalu ia berbalik pergi akan mengangkat panggilan itu. Sementara Neko masih terdiam di tempatnya. Lalu tusuk permen itu jatuh dari mulutnya dan permen di sana sudah habis. 

Tapi Acheline kembali lagi. "Hei Akai, bersiaplah... Bos akan kemari, dia ingin bertemu dengan mu," tatap nya seketika Neko berwajah terkejut. 

"Aku pergi dulu ya," kata Acheline yang langsung berjalan pergi. 

"(Jadi dia menghubungi nya hanya ingin bertanya aku di mana sekarang dia sedang berjalan kemari, cih.... Aku tak bisa lari,)" Neko menjadi terdiam kesal. Ia melihat ke sekitar berniat mencari jalan kabur tapi tidak ada. Lalu ia menghela napas panjang dan menerima semuanya.