Hingga akhirnya Felix benar benar datang membuka pintu balkon menatap nya.
"(Benar benar mengganggu,)" Neko menjadi kesal tapi tiba tiba angin malam datang begitu saja membuatnya terkejut gemetar kedinginan. Neko memakai celana panjang hitam dan kaus putih lengan pendek saja dan hal itu membuatnya kedinginan.
"(Sial... Padahal tadi tidak ada angin sama sekali,)" ia mulai merinding kedinginan. Tapi ia menjadi merasakan bahwa Felix tidak melangkah mendekat kemari. Ini seperti Felix sedang berdiri di belakang nya agak jauh dengan menyila tangan menatap tajam pada Neko saat ini.
"(Harus nya aku ke dalam, angin nya semakin kuat saja tapi dia benar benar menghalangi pintu keluar... Cepatlah pergi dari sini pengganggu,)" Neko semakin kedinginan dengan hampir menurunkan tubuhnya tapi tiba tiba sebuah jas hitam jatuh ke atasnya. Ia terdiam dengan jas itu yang ada di punggung nya.
Ia perlahan menoleh bahwa rupanya Felix memakaikan jas itu di punggung nya. Kini sekarang Felix hanya memakai kemeja putih dan dasi hitam yang masih ia pakai. "Kau benar benar tidak melihat kondisi tubuhmu," tatap nya dengan dingin.
"(Jas ini.... Sangat besar.... Menutupi tubuhku membuatku lebih hangat, aroma nya juga bau parfum yang ia pakai... Bercampur rokok meskipun aku tidak suka bau ini,)" Neko terdiam tak bisa berkata kata hanya bisa membuang wajah nya.
Lalu Felix mengangkat satu alisnya dengan wajah datar nya. "Kau tidak suka aroma pria dewasa sepertiku? Paling tidak pria dewasa sepertiku bisa mengerti bahwa tak baik membiarkan gadis seperti mu ada di luar sini."
Seketika hal itu membuat Neko terdiam. "(Kau memang pria dewasa tapi aku tak tahu apakah sikap pria dewasa seperti ini atau tidak....)"
"Ini sangat aneh jika kau harus di sini hanya untuk membekukan dirimu. Sebenar nya apa yang kau lakukan di sini?" tatap Felix masih padanya.
"Aku hanya.... Menikmati malam," balas Neko.
Lalu Felix terdiam dan menoleh ke sekitar, lalu kembali menatap ke Neko. "Harus kau tahu, mereka tidak akan pernah menghargai apa yang kau lakukan, mereka tidak akan pernah puas pada yang apa kau lakukan. Tidak seperti orang lain, kau pasti berpikir bahwa aku yang membuat mu berkehidupan berbeda dengan gadis di luar sana yang sedang menikmati masa depan yang sangat cerah, kau belajar menjadi dirimu sendiri tapi tidak melihat kesalahan mu, kau hanya melihat kesalahan orang lain, keras kepala, dan tergesa gesa membuat mu menuju langsung pada keterpurukan mu, tak ada yang sanggup menolong mu," kata Felix.
Seketika Neko yang mendengar itu menjadi terdiam, ia mengingat ketua sindikat yang dulu, Cheong dan orang orang yang ia kenal. "(Jika di pikir... Itu memang lah benar, mereka hanya menginginkan kerja keras dari seseorang untuk diri mereka sendiri, begitupun juga aku hingga ini semua membawaku pada titik ini, entah aku harus menyesal atau apa, aku benar benar tidak tahu.)"
Lalu Felix menyalakan rokoknya dari korek nya, setelah menyalakan rokoknya, ia memberikan korek nya pada Neko yang terdiam.
Korek api itu termasuk jenis korek api gas pematik zippo, di sana terdapat ukiran yang unik. Ukiran serigala yang sangat memberikan kesan mengerikan.
Neko menerimanya dengan masih bingung.
"Benda itu bisa kau simpan," kata Felix.
"Kenapa?" Neko langsung bertanya.
"Karena jika suatu saat nanti aku butuh dinyalakan oleh mu, kau tak perlu mencari apapun untuk menyalakan rokok yang ada di bibirku. Kau juga harus bertugas seperti itu mulai sekarang. Benda itu juga pemberian seseorang yang sangat berarti, menurutmu... Apa ukiran serigala itu terlalu menggambarkan hal yang besar?" tatap Felix.
Lalu Neko terdiam melihat korek itu di tangan nya sambil melihat ukiran emas berbentuk serigala itu. "Ukiran ini memang kecil tapi sesungguhnya bentuk nya pasti sangat besar."
"Kenapa kau berpikir bahwa bentuk serigala yang di gambarkan itu besar?"
"Saat mendengar maupun melihat gambar hewan ini, pasti seseorang akan berpikir sesuatu yang buas dan mengerikan bahkan lebih kejam," balas Neko lalu Felix tersenyum kecil.
"Sekarang biarkan aku bertanya sesuatu, jika harimau dan serigala bertarung di tempat yang sama. Kemungkinan siapa yang akan menang?" kata Felix.
". . . Harimau memiliki tubuh yang besar, menjadikan nya kuat bertarung, berburu dan juga hal itu membuat nya rakus karena memburu makanan sendiri dan tidak peduli pada hal sekitar. Berani mengambil resiko pada mangsanya sendiri meskipun mangsanya memiliki tanduk yang tajam.
Berbeda dengan serigala, ukuran nya juga tidak bisa terbilang lebih kecil dari harimau. Dia memiliki ukuran yang sama dengan harimau tapi sifat nya berbeda. Dia memiliki sifat yang tidak rakus karena dia harus membagi hasil buruan dengan kawanan nya, dan jika harimau dan serigala bertarung di tempat yang sama. Kemungkinan harimau akan kalah dan serigala akan menang karena serigala hidup berkelompok, mereka akan langsung mengeroyok sang harimau yang hanya memikirkan diri sendiri."
"Jadi kau menganggap serigala akan menang dalam pertarungan dengan banyak nya kelompok nya, tapi bagaimana jika serigala itu sendirian?" tatap Felix.
Lalu Neko terdiam sebentar dan menatap ke bulan yang masih bulat bersinar lalu menjawab pertanyaan Felix. "Hanya satu serigala yang selalu terpisah dari kawanan, dia selalu ada di bagian akhir barisan karena dia adalah seorang pemimpin atau alfa dalam kawanan, tubuh yang tidak bisa di bilang kecil tapi sangat besar. Melindungi kawanan nya dari serangan musuh dengan rela berjalan di belakang mereka. Alfa akan menang karena itu lah dia seorang pemimpin yang tidak memandang apapun."
Mendengar itu Felix menjadi terdiam melihat ke depan. "Pengetahuan mu benar benar luas soal ini."
". . . Aku hanya.... Berpikir logis...."
"Kalau begitu bisa kau berpikir logis soal apa yang terjadi padamu tadi malam bersama ku?" Felix menatap.
Seketika Neko langsung memasang wajah kesal. "Kau sialan, kenapa kau melakukan hal itu padaku....?!"
"Bukankah kau sendiri yang meminta nya dan sekarang, atau mulai dari sekarang, kau sudah sepenuh nya aku tandai dan milik ku," kata Felix sambil memegang dagu Neko membuat Neko menatap ke arah nya.
Neko kesal sampai meremas korek api zippo tadi, seketika dia memalingkan wajah dan langsung masuk ke dalam apartemen.
Felix terdiam melihat itu lalu dia menoleh ke langit. "(Pelan pelan.... Aku akan pelan pelan lagi, agar dia tidak ketakutan....)" pikirnya dengan wajah datar, lalu berjalan masuk.
Tapi ia melihat Neko yang rupanya terbaring di sofa dengan masih menggunakan jas Felix untuk menghangat kan tubuhnya.
Felix berjalan mendekat. "Tidurlah di ranjang, bukan di sofa," tatap nya.
"Aku baik baik saja...." Neko membalas sambil masih kesal dan tidak membuka matanya.
Felix kembali terdiam sebentar, dia lalu berjalan pergi membuat Neko sebentar lagi terpulas dalam tidurnya.
Tapi siapa sangka, rupanya Felix kembali lagi membawa selimut dan menyelimuti tubuh Neko, dia juga berlutut menatap wajah Neko setelah menyelimuti nya.
Wajah Neko sangat lah bisa di bilang imut saat tidur, lalu Felix mengangkat tangan nya dan memegang pipi Neko.
Neko bergerak sebentar dan membuka mata perlahan, posisi nya masih dalam keadaan mengantuk jadi pandangan nya menjadi blur.
Di pandangan nya yang blur, dia mengira itu adalah Matthew. "(Matthew.... Kenapa kau ada di sini...?)" dia kembali menutup mata merasakan belaian tangan yang besar dan dingin itu.
"Matthew...." seketika Neko berguman dan itu di dengar Felix secara tiba tiba. "(Matthew? Kau menyebut nama lelaki?)" Felix menatap serius.
Hari berikutnya, Neko tampak membuka mata perlahan, dia merasakan bahwa dirinya ada di ranjang yang besar dan lembut. "(Apa yang.... Terjadi...?)" dia memegang kepala nya dan bangun duduk melihat sekitar.
"(Bukankah kemarin, aku ada di sofa... Apa jangan jangan dia membawa ku kemari...)" ia tampak masih mengumpulkan nyawa, lalu memutuskan keluar dari ranjang dan melihat jam dinding.
". . . Aku ingin kembali ke apartemen ku sendirian...." gumam nya, ia lalu berjalan ke pintu dan membuka pintu apartemen.
Seketika ada dua penjaga mengerikan di sana, mereka menoleh di saat yang bersamaan padanya.
"Nona Amai, apa yang anda lakukan di sini?" mereka menatap.
Seketika Neko menutup pintu langsung sambil bernapas kesal. "(Sialan... Kenapa dia harus memiliki penjaga begitu... Aku jadi tidak bisa keluar....)" ia kesal, tapi pintu terketuk dari mereka.
"Nona Amai, kami akan membelikan anda makanan untuk sarapan, karena itulah anda ingin membeli apa."
"Ck, aku tidak butuh!! Sialan.... Makan saja makanan itu sendiri....!!" Neko langsung berteriak begitu membuat kedua pengawal itu terdiam.
Neko masih kesal, dia lalu berjalan ke dapur tapi ia juga mengingat Felix. "(Apa dia bekerja? Secepat itu dia pergi... Semoga saja tadi malam aku tidak melakukan apapun dengan nya.... Dan sekarang, aku lapar....)" Neko memegang perut nya dengan kecewa.
Tapi ia melihat lemari pendingin di dapur dan rak di sana. Ia membuka satu persatu dan rupanya di sana banyak bahan makanan.
"? Untuk apa dia memiliki banyak makanan, tidak mungkin dia memasak bukan.... Mungkin hanya pajangan rumah..." gumam nya yang mulai mengambil beberapa bahan lalu memasak menggunakan apron yang ia temukan.
Tak lama kemudian, dia selesai memasak dan menyajikan nya di meja, tampak masakan nya benar benar sungguh sangat terlihat enak.
Ia memakan nya sendiri tapi siapa sangka, pintu apartemen terbuka dan rupanya itu Felix. Ia kebetulan melihat Neko di dapur.
"(Hah?! Kupikir dia akan pulang lama...)" Neko terkejut dalam hati.
Felix yang melihat itu menjadi tersenyum kecil. "Kau menjadi gadis rumah tangga sekarang," tatap nya membuat Neko semakin terkejut.
"A... Apa yang kau bil-
"Sebelum kau mengatakan hal itu, seharusnya kau menyungguhkan ku minuman dan meminta ku memakan bersama mu."
"(Cih, sialan... Aku benar benar sungguh sangat kesal....) Du... Duduk... Lah... Makan bersama... Ku...." Neko mengatakan itu dengan wajah yang agak terpaksa.