webnovel

BAB 12

Bu siti dan Dimas mengantar kami sampai di depan pintu pagar rumahnya. Kami berlalu dari rumah besar milik Bu Siti. Saat hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba aku melihat pemandangan yang membuat mataku terbelalak. Seolah aku tak percaya. Apakah yang aku lihat ini dia atau hanya seseorang yang mirip dengannya?

Aku melihat ada sepasang anak manusia yang sedang bermesraan di teras rumah seberang. Aku mengurungkan niatku untuk masuk ke dalam mobil. Lalu, menutup pintu mobil kembali.

Ku kedip-kedipkan mata demi memastikan sosok perempuan yang berada di teras rumah, yang jaraknya memang tak jauh dari jalan raya. Meski awalnya aku tak yakin dengan apa yang aku lihat sekarang, namun, tak ada salahnya jika aku mencoba memastikan.

Kali ini aku buka lebar-lebar mataku, ku fokuskan pandanganku pada perempuan itu. Dan terkejutnya aku saat benar-benar melihat wajah perempuan itu. Astaga, itu Keyla. Aku tak mungkin salah lihat. Perempuan itu benar-benar, Keyla. Lalu, siapa laki-laki yang bersamanya?

"Haris! Haris! Coba kamu ke sini!" panggilku kepada Haris dengan mataku masih tertuju kepada sepasang anak manusia itu.

"Ada apa, Reyna?" jawab Haris. Ia mendekat dan menatapku penasaran.

"Itu, Keyla, Bukan?" jawabku dengan mata yang masih tertuju pada Keyla dan dengan telunjuk mengarah kepada mereka.

Haris terdiam sejenak. Lalu, ia memfokuskan pandangannya ke arah Keyla. "Iya betul," jawabnya dengan pandangan yang masih lurus ke depan.

"Siapa laki-laki yang bersamanya, Ris?" tanyaku.

"Tunggu sebentar! Sepertinya aku kenal dengan laki-laki itu," jawab Haris. Dengan cepat aku mengalihkan pandanganku kepada Haris.

"Kamu yakin?"

"Iya, laki-laki itu adalah David. Dia adalah teman SMA ku. Dia terkenal laki-laki playboy dan brengsek." tutur Haris.

********

POV KEYLA

"Keyla!"

Aku langsung melerai pelukan David. Saat ku dengar seseorang memanggilku dari belakang. Segera aku membalikkan badan, mencari tahu siapa gerangan.

Perempuan itu berjalan mendekat ke arahku dan David, ia menatapku tajam. Nampak jelas dari sorot matanya masih menyiratkan kebencian terhadapku. Sebisa mungkin aku bersikap tenang dihadapan dirinya, meski sebenarnya aku sangat terkejut dengan keberadaannya di sini.

"Reyna, kenapa kamu ada di sini?" tanyaku.

Sudut bibirnya naik ke atas, membentuk senyuman sinis. Tatap matanya yang tajam menghujam seolah siap menerkamku. "Harusnya aku yang bertanya! Kenapa kamu ada di sini? Dan siapa laki-laki ini?" tanya Reyna dengan mata yang tak berkedip memandangku.

Untuk sekian detik aku tertegun dengan pertanyaannya yang terdengar begitu lancang, yang membuat aku semakin kesal.

Aku menghela nafas panjang, aku tak ingin amarahku yang menjalar ini, dengan cepat membakarku. Bagaimana pun juga, aku harus bersikap lembut di hadapan, David.

Aku mengurai seringai tipis di wajah, aku yakin kami berdua sama-sama terkejut, bisa bertemu di tempat ini.

Aku berjalan mendekat ke arahnya, lalu berbisik kepadanya. "Jangan ikut campur dengan urusanku!"

"Kenapa? Kamu takut kalau aku mengadu pada, Mas Reyhan?" jawabnya membuat aku semakin kesal.

Aku memandang, Reyna. Terlihat ia masih tak bergeming. Lalu, ia tersenyum sinis. Ku lirik ia menoleh jam arlojinya, yang ia pakai di tangan kanannya.

"Sekali lagi aku peringatkan kepada kamu, Reyna! Jangan ikut campur dengan urusanku! Atau sesuatu yang buruk terjadi padamu!" ancamku yang merasa kesal dibuatnya.

Dia terkekeh mendengar ancamanku. "Kenapa, Keyla? Apa kamu benar-benar takut? Sesuatu yang kamu sembunyikan selama ini terbongkar?"

"Apa maksudmu, Reyna? Kamu menuduhku menyembunyikan sesuatu? Apa yang aku sembunyikan?" tantangku.

"Terus hubunganmu dengan laki-laki ini, apa suamimu tahu?" dia mencecarku dengan pertanyaan membuat aku semakin gerah.

"Ingat, Keyla! Sepandai-pandainya kamu menyimpan bau busuk, lama-lama akan tercium juga. Dan apa yang sudah kamu lakukan terhadapku, cepat atau lambat, kamu akan menuai hasilnya," sindirnya sambil menyunggingkan senyum. Membuat tanganku di bawah sana mengepal.

"Jangan mencampuri urusan pribadiku, Reyna. Atau aku akan...!"

" Akan apa, Keyla? Kamu mengancamku? Ku peringatkan padamu, jangan berani mengancamku! Atau aku bisa berbuat lebih kasar padamu." Nada suaranya meninggi.

Ingin aku menampar wajahnya dengan tanganku. Namun, saat aku ingin melayangkan tamparan ke wajahnya, tangannya begitu cepat menghalanginya, lalu membuang tanganku kasar. Membuat dadaku kian bergemuruh.

"Kamu tak takut aku memberi tahu, Mas Reyhan, bukan?" ejeknya.

Mendengar ucapan Reyna, membuat aku semakin kesal. Amarahku dibuatnya terbakar.

"Reyna, kamu....!"

"Kenapa, Keyla? Kamu mau aku bilang sama, Mas Reyhan? Biar dia tau perempuan seperti apa yang sudah dinikahinya," Ia mengejekku kembali.

"Reyna, awas kamu....!" ancamku. Lalu aku pergi dari hadapannya tanpa menghiraukan dua laki-laki yang menyaksikan pertengkaran kami.

******

POV REYNA

Setelah Keyla pergi dari hadapan kami, Haris berjalan mendekat ke arah laki-laki yang bersama Keyla tadi. Wajah laki-laki yang bernama David tersebut nampak kemerah-merahan. Mungkin malu.

"David, ternyata dari dulu sampai sekarang kamu tak pernah berubah, ya?" sindir Haris dengan kedua tangannya berada di saku celananya.

David hanya tertunduk diam di hadapan kami. Ternyata dia juga tak mempunyai kekuatan untuk menatap mata kami.

"Biarlah, Ris. Dalam agama kan juga sudah di jelaskan, kalau perempuan baik-baik akan mendapatkan laki-laki yang baik. Begitu juga, sebaliknya," sindirku.

"Sudah! Jangan sok menasehati! Cepat pergi dari sini!" tiba-tiba David menghardik dan mengusir kami.

Haris terkekeh, namun, tatapan matanya masih terlihat sangat kesal. Kemudian, aku tarik lengan Haris untuk meninggalkan tempat ini.

*******

POV KEYLA

Pertemuanku dengan Reyna tadi benar-benar mengusik pikiranku. Sampai membawa mobil pun tak konsentrasi. Bisa-bisanya aku bertemu dengannya, di saat aku sedang bersama David.

Setelah menempuh perjalanan hampir 1 jam karena macetnya kota Jakarta, akhirnya aku tiba di istana suamiku. Jujur, aku deg-degan takut kalau Reyhan marah. Karena aku pulang terlambat.

Sesampainya di pintu rumah, tiba-tiba suara Reyhan mengejutkanku. "Dari mana kamu, Keyla? Kenapa pulang terlambat? Baru seminggu menikah, tapi sudah keluyuran. Kamu itu tak seperti, Reyna. Dia kemana-mana selalu pulang tepat waktu," mataku membulat mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya.

"Kok kamu jadi banding-bandingkan aku sama Reyna sih, Mas?" tanyaku dengan nada penuh emosi. "Aku malas ribut," kataku sedikit kesal. Aku bergegas menuju kamar, aku buka dan aku tutup pintu kamar dengan kasar.

Braak!

Aku lembar tas kecilku di atas tempat tidur. Lalu aku rebahkan badanku dan aku pijat pelipisku yang agak sedikit pusing.

Trak!

Pintu kamar dibuka. Reyhan melangkah mendekat dan berdiri ditepian ranjang, sambil menatapku dengan muka masamnya. Memperhatikanku dengan sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman sinis.

"Bener-bener ya kamu, keyla!" kesal Reyhan.

"Terserah kamu saja lah, Mas!" sungutku. Tak ku hiraukan ucapannya dan memilih untuk membelakanginya.

Pikiranku benar-benar sedang kalut. Mengingat kejadian di kontrakannya David. Bagaimana Reyna ada di sana? Apa yang akan terjadi jika dia mengadu sama, Reyhan. Sementara aku belum mendapatkan hartanya, Reyhan. Aku harus mengurus semuanya, biar perempuan itu tak membuka mulut di hadapan, Reyhan.