"Sstt..sstt...Yaraaa...Yaraaa bangun woy, ada bu Jaenab." Ujar seseorang yang sedang berusaha membangunkan sahabat yang tengah tertidur lelap di sebelahnya, namun yang di bangunkan tetap tidur dan tidak mempedulikan omongan temannya itu.
"Yaraaa....ih bangun wooy!"
Kembali ia membangunkan sahabatnya sambil mengguncang lengan sahabatnya dengan lebih kencang agar gadis bernama Yara itu terbangun dari tidurnya, tetapi gadis itu tetap terlelap dengan nyamannya dan kembali menghiraukan teman di sebelahnya.
"Ayara Zameena Ibrahim!!"
Panggil Bu Jaenab selaku guru matapelajaran Geografi yang baru masuk untuk mengajar. Namun kegiatan belajar mengajarnya harus terganggu akibat salah satu murid di kelas itu tertidur dengan lelapnya.
"Duuh Sesil bawel banget si lo, kan gue udah bilang lima menit lagi."
Keluh Ayara kesal karena tidurnya terganggu, Ayara hanya mengubah posisi tidurnya dan kembali terlelap ke alam mimpinya. Melihat Ayara yang kembali tidur, membuat Bu Jaenab geram dan..
BBBRRAAAAKKKKK
"BANGUN KAMU AYARA!!!" Tanpa di duga Bu Jaenab menggebrak meja di depannya hingga Ayara terbangun seketika dan duduk dengan posisi sigap.
"Eh...ibuu hehehe, saya kira ibu nggak masuk hari ini." Jawab Ayara dengan polosnya sambil memasang cengiran kuda andalannya sehingga menampilkan lesung pipi yang hanya berada di pipi kanannya, Bu Jaenab hanya menggelengkan kepala nya kesal dan memulai pelajaran Geografi.
"Kenapa lo nggak bangunin gue sih tadi?" Tanya Ayara kepada Sesil, ia merasa kesal karena sahabatnya tidak membangunkannya, padahal justru sebaliknya. Sesil sudah berusaha membangunkan gadis itu sejak tadi, tapi tetap saja Ayara terlelap akan tidur siangnya.
"Gue udah bangunin lo dari tadi, tapi lo nya aja yang nggak bangun-bangun."
"Siapa yang suruh kalian berdua bicara di sana?!" Bentak Bu Jaenab yang kesal akibat Ayara dan Sesil yang malah mengobrol di jam pelajarannya.
"Maaf buu." Jawab mereka berdua serempak. Aul, yang merupakan sahabat dari mereka berdua dan duduk di depan Sesil juga Yara hanya menggelengkan kepalanya pelan, pusing akan tingkah kedua sahabatnya.
KKKKRRRRIIIIIINNNNNNGGGGGG
"Sesiill...lo bawa bekel apa hari ini?" Tanya Yara antusias.
"Nasi goreng. Lo bawa bekel hari ini?"
"Bawa dong hehe, coba tebak gue bawa bekel apa?"
"Nasi goreng?"
"Salaaaahhhh.... hari ini gue bawa bekel ken-tu-cky yeeaaayyyy hahahaha." Seru Yara antusias yang membawa bekal beda dari biasanya.
"Nasi goreng lo kali ini yang masak siapa Sil?"
"Nyokap gue, lo mau nyobain nggak?" Tawar Sesil kepada Yara.
"Mauuuuu!!" kata gadis itu dengan cukup keras, semangat sekali dia itu kalau soal makanan.
"hmmm… enak..." puji Yara akan kelezatan dari nasi goring buatan mamah Sesil, gadis itu kemudian beralih menatap Aul yang duduk menghadap ke arahnya. "Lo sendiri bawa bekel apa Ul?" tanya gadis itu sambil menatap kotak bekal sahabatnya.
"Gue bawa rolade sama nugget pedes manis." Jawab gadis itu sambil menunjukkan isi kotak bekalnya pada kedua sahabatnya. "Mau icip, boleh?" kembali Ayara ingin mencicipi bekal kedua sahabatnya, beruntunglah kedua sahabatnya itu sabar menghadapi sikapnya.
"Sesiil...Auulll, nanti temenin gue ke koperasi yaa mau beli ice cream sama choki-choki hehehe." Seru Yara di tengah-tengah kegiatan makannya.
"Ituuu mulu yang lo beli, nggak bosen apa. Gendut lo makan yang manis-manis mulu."
"Ih Sesil jangan bilang gitu, nanti kalo gue beneran gendut gimana."
"Ya salah lo sendiri, lagian tiap hari makannya eskrim sama choki-choki muluuuu. Gendut aja baru tau rasa hahaha." Ledek Sesil kepada Yara.
Yara yang merasa tak terima dengan ejekan Sesil pun melipat kedua tanggan di depan dada sambil memajukan bibirnya tanda ia sedang merajuk. Sesil yang memang gemas setiap kali Yara merajuk mencubit kedua pipi sahabatnya hingga gadis itu kesakitan dan kemudian mereka berdua tertawa bersama akibat kebiasaan mereka berdua tersebut, Aul ikut tertawa melihat tingkah dua orang dihadapannya, ia merasa bersyukur bisa berteman dengan mereka berdua.
***
"Ibuuuu, aku mau beli ice cream ini sama choki-choki nya empat." Seru Yara antusias kepada ibu penjaga koperasi sambil mengangkat 1 buah ice cream rasa strawberry kesukaannya dan empat buah choki-choki ke hadapan ibu penjaga koperasi tersebut.
"Semuanya jadi 6 ribu. Kamu nggak bosen apa tiap hari jajannya ice cream sama choki-choki terus." Tanya ibu koperasi yang memang sudah hafal jajanan Yara tiap kali gadis itu mengunjungi koperasi.
Yang di tanya hanya tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya dan menyerahkan selembar uang 10 ribu untuk membayar jajanannya tadi, sedangkan Sesil dan Aul hanya geleng-geleng takjub akan tingkah ajaibnya sahabat mereka yang satu itu.
"Ibu kayanya harus sedia choki-choki yang banyak nih buat stock kamu sebulan penuh." Jawab ibu penjaga koperasi sembari menyerahkan uang kembalian Yara tadi.
Setelah menemani Yara membeli cemilan wajibnya, mereka kembali ke kelasnya melewati tangga dekat pekarangan masjid. Tanpa sengaja, Yara bertemu dengan Vano di dekat masjid sedang tertawa bersama Gita. Mereka berdua terlihat sangat akrab, dan keakraban mereka berdua itu membuat hati Yara panas. Yara merasakan kesal, sedih, kecewa, dan sakit di waktu bersamaan. Pasalnya, sudah beberapa hari belakangan Vano jarang menghubunginya dan terkesan menghindari Yara. Bagaimana ia tidak sakit hati melihat kebersamaan dua orang itu, di saat dirinya gelisah akan sikap Vano yang tiba-tiba berubah, dan sekarang ia harus melihat laki-laki yang diam-diam sudah mencuri hatinya tengah tertawa bahagia bersama dengan teman dekatnya di depan matanya sendiri. Tanpa sadar, sebulir air mata jatuh membasahi pipi Yara. Segera ia berlari menaiki tangga dan menuju toilet lantai 2.
Sesil dan Aul yang ikut menyaksikan kejadian tersebut buru-buru menyusul Yara yang berlari menuju toilet, mereka tau bahwa kini sahabat mereka tengah mengalami patah hati akibat seseorang.
"Dasar Bajingan!!!" Maki Yara di depan kaca dengan air mata yang mengaliri pipi nya.
"Kenapa lo ngelakuin ini ke gue?! Kenapa lo pergi ninggalin gue di saat gue butuh penjelasan lo atas perlakuan spesial lo ke gue waktu di rumah lo?! Kenapa lo tega-teganya ngedeketin temen deket gue dan berdekatan sama dia di depan gue?! Dasar cowo nyebelin?! Gue benci sama lo!!! Gue benci lo Vano!!"
Maki Yara tak henti-hentinya sambil menangis. Melihat hal itu, Sesil dan Aul menenangkan Yara sambil menepuk kedua pundak sahabatnya berusaha memberikan kekuatan kepadanya agar Yara mampu mengatasi rasa sakit hatinya tersebut.
"Udah dong Yar, jangan nangis lagi. Masa lo cengeng banget sih cuma karna hal ini doang sampe nangis segala."
"Tau ih, bukan lo banget tau. Lo itu kan orangnya kuat, bukan lemah kaya gini. Ayolah, tunjukkin ke Vano kalo lo itu kuat meskipun dia udah nyakitin lo."
Bujuk Sesil dan Aul kepada Yara agar gadis itu berhenti menangis dan kembali menjadi Yara seperti biasanya.
Mendengar ucapan kedua sahabatnya, membuat Yara tersadar bahwa ia baru saja menjadi gadis lemah yang sangat di bencinya. Ia benci dianggap lemah, ia benci dikasihani orang-orang, dan ia benci dipandang sebelah mata. Untuk itu, ia selalu berusaha terlihat kuat agar semua orang tidak memandang lemah dirinya. Dan baru saja, ia memperlihatkan sisi lemahnya di hadapan kedua sahabatnya, dan ia tidak suka akan hal itu.
"Gue nggak boleh cengeng, gue nggak boleh keliatan lemah. Nggak...gue nggak boleh kaya gini pokoknya." Seru Yara sambil menghapus air matanya dengan punggung tangannya kasar, menandakan ia benci harus terlihat lemah seperti ini.
Yara mencuci mukanya dengan harapan jejak tangis nya tadi tidak terlihat lagi. Ia menampilkan senyum andalannya dan memasang wajah bahagia seperti biasanya, agar orang-orang tidak tau bahwa ia baru saja menangis. Namun usahanya gagal, mata merah dan hidungnya yang memerah tetap terlihat akibat ia menangis tadi.
Tak habis akal, Yara membubuhkan bedak ke wajahnya serta memakai kontak lensa dengan warna hitam, dua benda yang tak pernah absen di saku rok sekolahnya. "Gimana, masih keliatan abis nangis nggak gue?" Tanya Yara kepada Sesil dan Aul yang sejak tadi hanya diam memperhatikan aksi Yara dalam menutupi kebohongannya itu.
"Not bad laaah." Jawab Sesil dan Aul serempak.
"Good. Kuy balik ke kelas." Yara menarik lengan kedua sahabatnya dan kembali berjalan riang menuju kelas mereka, dan berhasil. Akting Yara tersebut tidak dapat di lihat oleh orang-orang yang bertemu dengannya, mereka menganggap Yara tetaplah Yara yang biasanya, yang selalu ceria, usil, dan jauh dari kata diam.