webnovel

The Awakening of a Witch

Tujuh tahun telah berlalu sejak peristiwa ulang tahun kontroversial William. Pada usia ini, dia mulai belajar sihir dari seorang guru sihir pribadi yang bernama Master Elric. Meskipun pada awalnya dianggap bodoh oleh beberapa orang karena kelakuannya yang aneh, William mulai menunjukkan potensi yang luar biasa dalam belajar sihir.

Dibimbing oleh Master Elric, William belajar dengan tekun dan lambat laun mulai memahami dasar-dasar sihir. Dia belajar tentang pengendalian elemen, pembuatan ramuan, dan berbagai teknik sihir lainnya. Meskipun kadang-kadang masih melakukan kesalahan, William terus mencoba dan tidak pernah menyerah.

Suatu hari, ketika sedang berlatih sihir, William mengingat kembali peristiwa di masa lalunya yang membuatnya diperlakukan seperti orang bodoh. 

**William**: (dalam hati) Aku tidak akan pernah lupa bagaimana mereka memandangku dulu. Mereka mengira aku bodoh dan tidak berguna. Tapi sekarang, aku akan membuktikan bahwa aku bisa menjadi penyihir yang hebat!

Master Elric, yang melihat ekspresi serius di wajah William, menghampiri dengan penuh perhatian. 

**Master Elric**: Ada yang mengganggu pikiranmu, William?

**William**: (mengangguk) Ya, Guru. Saya sedang mengingat kembali masa lalu saya, ketika orang-orang meragukan kemampuan saya.

**Master Elric**: Ingatlah, William, masa lalu adalah bagian dari perjalananmu. Itu yang membentukmu menjadi orang yang kamu adalah sekarang. Jangan biarkan keraguan orang lain meragukan dirimu sendiri. Yang penting adalah bagaimana kamu melihat dirimu sendiri dan apa yang kamu lakukan untuk meraih impianmu.

Suatu hari, dalam sesi latihan sihirnya, William mencoba untuk terbang dengan sapu terbangnya. Namun, karena salah dalam mengucapkan mantra, sapu terbangnya tiba-tiba kehilangan kendali dan William pun terjatuh, langsung masuk ke dalam sebuah bak sampah.

**Master Elric**: (tertawa) Oh, William, kamu benar-benar membuat kekacauan hari ini. 

**William**: (merah padam) Maaf, Guru. Saya tidak bermaksud untuk...

**Master Elric**: (memotong) Tidak apa-apa, William. Setiap penyihir muda pasti punya momen-momen kekacauan seperti ini. Yang penting, kita belajar dari kesalahan kita. Sama seperti mantra yang harus diucapkan dengan benar, kehidupan pun harus dijalani dengan penuh perhatian dan kehati-hatian.

Ketika Graham dan Troy melihat William terjatuh dari sapu terbangnya, mereka tidak bisa menahan tawa mereka.

**Graham**: (sambil tertawa) Wah, adik kita benar-benar bodoh, ya? Siapa yang terjatuh dari sapu terbang?

**Troy**: (ikut tertawa) Benar-benar lucu! Siapa yang akan percaya bahwa dia adalah seorang pangeran?

Mereka berdua melihat ke arah Master Elric dengan pandangan meremehkan.

**Troy**: (dengan nada menantang) Dan siapa sebenarnya Anda, Tuan? Apa hak Anda untuk mengajarkan sihir kepada kami? Kami adalah anak-anak raja, kami tidak perlu belajar dari orang sepertimu.

Master Elric, meskipun tersinggung oleh kata-kata kasar Troy, tetap tenang dan bijaksana dalam menanggapi.

**Master Elric**: (dengan tenang) Saya menerima kritik dengan lapang dada, namun, saya harap Anda bisa memberikan hormat kepada posisi dan pengetahuan saya. Saya adalah seorang penyihir yang telah lama berpengalaman dalam seni sihir ini, dan saya tahu apa yang terbaik untuk perkembangan William sebagai seorang penyihir.

Dengan tidak sopanya kedua kakak Wiliam tersebut menantang master elric 

" Jika memang kamu hebat bertarunglah dengan kami " ucap troy

Tantangan dari Graham dan Troy membuat Master Elric terdiam sejenak, mempertimbangkan situasi yang dihadapinya. Dia tahu bahwa sebagai guru, dia harus memberikan contoh yang baik bagi William dan tidak boleh menyerah pada tekanan.

**Master Elric**: (dengan serius) Baiklah, jika itu yang kalian inginkan. Kita akan melakukan duel sihir. Namun, ingatlah, tujuan kita adalah untuk belajar dan tumbuh bersama, bukan untuk saling menyakiti.

Graham dan Troy tampak antusias, mereka berdua siap untuk menunjukkan kekuatan mereka. Master Elric pun mempersiapkan diri, mengambil posisi yang siap untuk memulai duel.

**Master Elric**: (mengucapkan mantra dengan tenang) "Ventus Ignis!"

Sebuah pusaran angin panas bertiup dari arah Master Elric menuju Graham dan Troy, namun keduanya dengan cepat mengelak dan membalas serangan dengan sihir mereka sendiri.

**Graham**: (mengucapkan mantra) "Terra Barriers!"

Sebuah dinding tanah muncul di depannya, melindungi dirinya dari serangan Master Elric.

**Troy**: (mengucapkan mantra) "Aqua Shield!"

Sebuah perisai air melingkupi tubuhnya, membuatnya terlindungi dari serangan musuh.

Duel sihir pun berlangsung sengit, dengan serangan dan pertahanan yang saling berbalas. Namun, pada akhirnya, kekuatan dan pengalaman Master Elric terbukti lebih kuat dari kedua pangeran tersebut.

**Master Elric**: (mengakhiri duel dengan tenang) "Sufficit!"

Dengan mantra terakhirnya, semua sihir yang ada lenyap dan suasana kembali tenang. Graham dan Troy terengah-engah, mengakui keunggulan Master Elric dalam duel tersebut.

**Graham**: (dengan hormat) Kami menerima kekalahan ini dengan lapang dada, Master Elric. Kami belajar bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada sihir, tetapi juga pada kebijaksanaan dan pengalaman.

**Troy**: (setuju) Kami akan menghormati Anda sebagai guru kami dan belajar dengan sungguh-sungguh dari Anda.

Dengan demikian, duel sihir ini tidak hanya menjadi bukti kekuatan Master Elric, tetapi juga pelajaran berharga bagi Graham dan Troy tentang pentingnya menghormati dan belajar dari orang lain.

Setelah duel sihir yang intens, Graham dan Troy mulai melihat William dengan pandangan yang berbeda. Mereka menyadari bahwa meskipun pada awalnya dianggap bodoh, adik mereka memiliki potensi yang luar biasa dalam sihir.

Ketiganya mulai berlatih bersama, saling bertukar pengetahuan dan keterampilan. Graham dan Troy memberikan tips dan trik dari pengalaman mereka, sedangkan William membuktikan kemampuannya yang semakin meningkat dengan cepat.

**Graham**: (terkesan) Kau benar-benar luar biasa, William. Aku tidak pernah menduga bahwa kau akan menjadi seorang penyihir yang hebat.

**Troy**: (setuju) Ya, kami salah telah meremehkanmu sebelumnya. Kami bangga memiliki adik sepertimu.

Perlahan-lahan, hubungan di antara ketiganya pun mulai membaik. Mereka tidak lagi melihat William sebagai adik yang bodoh, tetapi sebagai seorang penyihir muda yang berbakat dan berpotensi besar.

Meskipun telah menunjukkan kemajuan yang pesat dalam latihan sihirnya, suatu hari William tiba-tiba kembali ke sifat lamanya yang pemalas dan tidak mau berlatih. Dia merasa bahwa kakak-kakaknya sudah cukup untuk melindunginya dan tidak lagi merasa perlu untuk terus berusaha.

**Graham**: (dengan nada khawatir) William, apa yang terjadi denganmu? Mengapa tiba-tiba kau berhenti berlatih?

**William**: (malas) Aku merasa sudah cukup, Kak. Kakak-kakak sudah ada di sini untuk melindungiku. Mengapa aku harus repot-repot belajar sihir?

**Troy**: (menggertakkan gigi) Jangan bodoh, William. Kau tahu betapa pentingnya latihan dan pengembangan kemampuan kita sebagai penyihir. Jika kau terus seperti ini, kau akan ketinggalan jauh.

Namun, kata-kata Graham dan Troy tidak mempengaruhi William. Dia tetap bersikeras dengan pendiriannya dan semakin menunjukkan sifat yang semakin menantang.

**William**: (dengan keras kepala) Aku sudah bosan dengan semua ini. Aku ingin hidupku kembali seperti semula, tanpa harus repot-repot belajar sihir.

Keteguhan hati William membuat Graham dan Troy khawatir. Mereka tidak ingin adik mereka kembali ke jalan yang salah setelah melakukan begitu banyak kemajuan. Namun, mereka juga sadar bahwa keputusan akhir tetap ada pada William sendiri.

Sementara William terus tenggelam dalam kemalasannya, kerajaan sebelah, Shioroine, mulai memperhatikan Kerajaan Veldrome. Mereka mengirim mata-mata untuk mengintai kelemahan dan kekurangan dalam pertahanan kerajaan tersebut.

Di tengah-tengah ketidaktahuan William, pasukan Shioroine bersiap untuk menggempur Kerajaan Veldrome. Mereka telah merencanakan serangan besar-besaran untuk merebut kekuasaan dan sumber daya yang dimiliki oleh kerajaan tetangga mereka.

Namun, William tetap tidak peduli dengan ancaman yang mengintai. Dia terus bergantung pada kakak-kakaknya untuk melindunginya, tanpa menyadari bahwa nasib kerajaannya sedang dipertaruhkan.

**Graham**: (dengan khawatir) William, kita harus siap-siap menghadapi ancaman dari Shioroine. Mereka tidak main-main dalam niat mereka untuk menyerang kita.

**William**: (malas) Aku yakin kakak-kakak bisa mengurusnya. Aku hanya ingin hidupku kembali seperti semula.

Dengan sikap acuh tak acuh William, kerajaan Veldrome semakin rentan terhadap serangan dari Shioroine. Apakah William akan menyadari kesalahannya tepat waktu atau apakah kerajaannya akan jatuh ke tangan musuh, itu akan menjadi misteri yang akan terungkap di bab berikutnya.