Hiii...
Happy Reading!
****
Saat Samudera datang, dengan otomatis para fans Rindu bergeser, membiarkan pria itu lewat dengan mudahnya untuk menemui Rindu. "Ini minumnya, trus makan Cookies ini ... sekarang waktunya makan permen kan?" tanya Samudera diangguki Rindu, setelah berterima kasih langsung saja Rindu menyantap makanan dari Samudera.
Melihat Kamboja terduduk di tanah, Samudera telah menyimpulkan kalau pria itu telah kalah. Dengan perasaan licik Samudera jalan mendekat, "Heee, kasian kalah taruhan ... Jadi babu! Hahahahahaha!"
Doeng!
Wajah Kamboja memerah malu, mau marah pun tidak bisa, dia lah orang yang mengajukan pertandingan terlebih dahulu tanpa melihat potensi Rindu. Karena tiba-tiba tawa Samudera lenyap, Kamboja menaikkan pandangannya dan melihat Samudera yang di cubit Bunga kencang.
Pria itu berteriak tanpa suara ketika tangan kecil Bunga mencubit perutnya dengan gerakan memutar, "Mau lagi? Jadi cowo kok suka banget jahilin orang!" ketus Bunga setelah puas mencubit Samudera.
Dengan wajah memelas Samudera menghampiri Rindu, pria itu menaikkan seragamnya untuk memperlihatkan bekas cubitan Bunga yang langsung membiru. Tandanya barusan Bunga mencubit Samudera sekuat tenaga.
"Sahabat lu kok ganas sih Rin, pinggang gue sakit anj*r.." ringis Samudera karena perutnya masih cenat cenut.
Di lain sisi, pipi Rindu memerah karena merasa malu sekaligus kaget melihat Samudera menaikkan seragamnya. Mata Rindu langsung tertuju pada perut sixpack Samudera!
Sambil terus mengomel, Samudera tidak sadar Rindunya masih membeku, wajah Rindu dan perut Samudera hanya berjarak beberapa inchi. Membuat Rindu bisa mencium aroma khas pria tersebut.
Hug!
Degh!
Tubuh Samudera membeku ketika sadar tengah di peluk oleh Rindu, kepalanya menunduk guna melihat wajah Rindu sekarang. Aah, gadisnya sedang menyembunyikan wajah memerahnya pada perut Samudera. "Samu, lu habis ketemu siapa? Samar-samar gue bisa nyium parfume cewe." tegur Rindu tanpa melepaskan pelukannya.
"Bukan siapa-siapa, cuma orang kegeeran aja." terang Samudera singkat, mood nya hancur jika mengingat Amelie yang memancarkan hawa membunuh pada Rindu, kalau saja tidak Samudera tegur, mungkin dia akan mencelakai Rindu.
Tahu siapa orangnya Rindu pun ber-Oh-ria, rasanya sangat hangat saat Rindu memeluk perut Samudera hingga malas rasanya melepas pelukan tersebut. "Rin, aaa.."
Samudera membukakan bungkus lolipop yang biasa di makan oleh Rindu, menyodorkannya ke mulut kekasihnya tanpa bertanya banyak hal. Menurut pengalamannya, Rindu sangat tidak menyukai jika di tanya soal lolipop yang dirinya makan.
"Makasih, Samu.." ucap Rindu lirih.
Satu tangannya melepaskan pelukan dan mengambil saputangan tanpa diketahui orang lain, menempelkannya pada hidung dan menunduk lebih rendah.
'Keterlaluan, kenapa keluar sekarang sih?!' pekik Rindu dalam hati kesal.
Baru telat beberapa menit, 'itu' sudah kambuh saja. Bagaimana jika ada yang tahu?! "Samu, Rindu ngantuk.." lirih Rindu menyimpan saputangannya ketika merasa mimisan sudah berhenti.
Detak jantung Rindu tidak teratur, tetapi Samudera yakin ini bukan karena gugup atau pun malu. Jelas ada yang disembunyikan gadisnya, kalau mengenai rasa penasaran, tentu Samudera penasaran, tetapi dia memberi space kepada Rindu dan membiarkan gadis itu menjelaskannya secara langsung nanti.
"Tidur aja, nanti aku bawa keruangan kamu." Suruh Samudera membuat Rindu langsung jatuh tertidur.
Lolipop dimulutnya telah habis pun jatuh ke tanah, merasa sudah tidur dengan nyenyak barulah Samudera mengangkat Rindu ala bridal style. "Bawain barang Rindu, Bung." pinta Samudera diangguki Bunga.
Samudera mau pun Bunga tidak sadar saputangan dari kantong almameter Rindu jatuh, sehingga Kamboja lah yang mengambilkan untuk Rindu. Betapa terkejutnya dia saat melihat saputangan itu sudah dipenuhi darah yang mulai mengering, tunggu, apa gadis itu menyembunyikan dirinya sedang mimisan tadi?
Kenapa Rindu menyembunyikannya?
'Rahasia apa yang sedang lu sembunyiin, Rin?' batin Kamboja bertanya-tanya.
Dari wajah dan kondisinya, mustahil Rindu kelelahan. Terlihat punya penyakit pun tidak, jadi Kamboja agak ragu sendiri menilainya. Baiklah, jika gadis itu telah sadar dia akan menanyakannya secara pribadi.
Setelah menyembunyikan saputangan itu kedalam saku almameternya, Kamboja langsung berlari menyusul Bunga dan Samudera.
"Tunggu woi!" teriak Kamboja saat akan ditinggalkan menaiki lift.
Berhasil masuk lift tepat waktu, Kamboja ambruk ke lantai lift dengan napas memburu. Aah, energinya terkuras dengan berlari dari lapangan ke lift yang jaraknya tidak lah dekat. "Lama lu, ngapain aja sih?" sinis Samudera tidak suka dengan kehadiran Kamboja.
Untuk sekarang mari abaikan Samudera dulu, Kamboja harus bertahan dengan pria itu sampai bisa berbicara dengan Rindu secara pribadi.
"Tau, gangguannya ada aja." ucap Kamboja malas.
Usai merebahkan Rindu di kasur empuk pada ruangan khusus di Sma Hexagon, barulah ketiganya duduk di ruang tamu untuk beristirahat sampai Rindu bangun.
"Kalian mau minum apa?" tanya Bunga kikuk, suasana mereka canggung karena Samudera dan Kamboja saling mengeluarkan hawa kebencian yang kuat.
"Kopi hitam. Dih, kok ngikutin?! Lho?! Lu peniru?!"
Kalimat yang sama keluar dari dua pria di hadapan Bunga, aah, entah bagaimana, Bunga merasa kebencian ini akan berubah jadi rasa persahabatan. "Yosh, dua cangkir kopi hitam."
Setelah mendapat jawaban dari dua temannya, Bunga pergi ke dapur untuk membuatkan minuman. Sebuah keberuntungan karena ruangan khusus milik Rindu dilengkapi ruangan yang luas, mengingat ayahnya adalah ketua yayasan, ini bukanlah hal yang mustahil.
"Nih kopinya," dalam sepuluh menit, Bunga kembali dengan tiga cangkir di nampan. Dua kopi hitam dan satu matcha latte, keduanya langsung menyesap kopi tersebut dan seketika tersedak.
"Uhuk! Uhuk! Buset, Bung! kok pait?!" pekik mereka kesal.
Dengan tanpa dosanya Bunga tersenyum, tetapi matanya memandang kedua pria di hadapannya malas. Seolah berkata 'Untuk apa aku memberikan gula pada orang sepahit kalian?' Ah, ini menyebalkan.
****
Mata biru Rindu perlahan terbuka, setelah meregangkan tubuhnya Rindu disambut suara lembut dari orang yang dicintai Rindu. "Bagaimana tidurnya, nyenyak?"
Di sampingnya, Samudera duduk memegang sebuah buku dan menatapnya hangat. Rindu mengangguk untuk menjawab Samudera dan segera duduk, "Jangan dikucek." tegur Samudera ketika Rindu mengucek kedua matanya.
"Eughh, Samu ... ini jam berapa?" tanya Rindu mencari jam dinding tetapi tidak menemukannya.
Tanpa menjawab Samudera memperlihatkan jam di ponselnya, sudah pukul 3 sore, itu artinya Rindu sudah tertidur selama 7 jam lebih?!
Seolah tahu apa yang ada dikepala Rindu, tangan Samudera bergerak untuk mengelus puncak kepala Rindu. "Sudah jangan dipikirkan, nanti tambah tua.." canda Samudera membuat Rindu cemberut.
Merasa nyawanya sudah terkumpul, gadis itu langsung melenggang masuk ke dalam kamar mandi. Dia tertidur dengan kondisi yang belum mandi dan berkeringat, pasti tubuhnya sekarang sangat bau.
Dilain sisi, Samudera menggeleng pelan, masih dengan buku di tangannya, pria itu pokus memahami isi dari buku yang dia baca.
'1001 cara mengatasi kekasih yang barbar'
Entah siapa penulisnya, yang pasti Samudera sangat berterima kasih, berkat buku ini dia bisa menghadapi ke absurd an Rindu saat kambuh dalam beberapa saat. "Jadi, kekasih yang barbar harus di ajak jalan sekali-kali. Sama seperti peliharaan, jika terlalu lama mengurungnya, hewan peliharaanmu akan stress.."
"Ternyata begitu.." gumam Samudera mengangguk.
Karena melihat Samudera pokus dengan buku di tangannya, Rindu yang sudah memerhatikan sedari tadi sontak bertanya. "Buku apa sih itu? Bikin penasaran!" keluh Rindu, gadis itu berdecak ketika Samudera menutup buku ketika Rindu mendekat.
"Daripada mikirin isi buku yang gue baca, mending ntar malam kita jalan." Ajak Samudera dingin.
"Eh?"
****
Makasih udah baca, luv yuuu!