webnovel

CINTA TRAGIS PANGERAN VAMPIRE

Pemenang kontes WPC 37 Wanita!! "Mencintaimu adalah awal keberanianku untuk bisa bertahan, karena aku yakin dengan cintamu aku bisa melalui kesunyian di duniaku yang gelap ini" - ALEXANDER XAVIER Sebuah perasaan yang hadir di hati sang pangeran kegelapan Alexander Xavier sejak beratus tahun yang lalu, sebuah reikarnasi yang tidak bisa di hindari... dari perjalanan waktu yang panjang ingin mendapatkan cinta sejatinya pada seorang gadis yang pernah di selamatkannya dari niat jahat saudara tirinya Pangeran Edgar Cimmber. Mampukah sang Pangeran kegelapan bertahan di era tahun 2020 untuk mendapatkan kembali cinta sejatinya pada Carolline Sanders?? Ataukah dia harus menyerah saat Carolline mempunyai kekasih yang bernama Lucas Allan pangeran dari Klan Vampire?? Ikuti Kisah pangeran Kegelapan By Nickscart hanya di Webnovel

Nickscart_2 · 奇幻言情
分數不夠
181 Chs

HANYA KARENA ALEXANDER (2)

Alexander berteriak keras kesakitan sambil menutup matanya, seketika itu juga tiba-tiba tubuh Alexander ambruk dan menggelepar di lantai.

Mata dan tubuhnya seakan terbakar dengan cincin dan doa yang di rapal Carolline.

"Carolline, apa kamu akan membunuhku lagi sayang, selamatkan aku kali ini..aku mohon aku tidak bisa kembali lagi jika kamu membunuhku kali ini." suara Alexander merintih dengan kulit tubuh yang mengelupas mengeluarkan asap.

"Carolline aku sangat mencintaimu." ucap Alexander dengan suara yang sangat lemah, kedua matanya mengeluarkan airmata darah.

Carolline menatap kedua mata Alexander yang sedang menatapnya dengan keadaan yang sudah yang sudah sekarat.

Tatapan Alexander sarat dengan luka dan cinta. Selintas Carolline mendapatkan sebuah potongan ingatan di mana dia berlari-lari dan tertawa bersama Alexander.

Ada teriakan cinta di sela-sela tawanya.

"Alexander aku mencintaimuuu."

"Aku juga sangat mencintaimu Carolline."

Carolline terkesiap dengan lamunannya.

Dengan cepat Carolline menarik tangannya dan menghentikan rapalan doanya.

Di lihatnya Alexander sudah tergeletak tak bergerak dengan matanya yang terpejam.

"Alexander." panggil Carolline dengan suara bergetar terpaku berdiri menatap Alexander dalam keadaan yang sangat menyedihkan.

Dengan perasaan yang tiba-tiba sedih Carolline mendekati Alexander dan menyentuh wajahnya.

"Alexander siapa dirimu sebenarnya?" tanya Carolline sambil mengusap darah hitam yang keluar dari mata Alexander.

Melihat Alexander yang sudah tidak bergerak dan diam saja, membuat hati Carolline menjadi sedih dan terluka, entah karena apa.

Tak terasa Carolline menangis dalam diam, airmatanya menetes dan jatuh mengenai wajah Alexander dan sebagian ada yang masuk di sela-sela bibir Alexander.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja melakukannya, aku terlalu takut padamu, kenapa kamu menggangguku?" gumam Carolline mengusap lembut wajah Alexander.

Tanya Carolline sadari tangan Alexander bergerak pelan dan mengusap airmata Carolline.

"Apa aku membuatmu takut Carolline?" tanya Alexander dengan suara lirih dan menatap lembut masuk ke dalam mata Carolline.

"Kamu masih hidup? kamu tidak apa-apa kan?" tanya Carolline mengangkat pelan kepala Alexander.

"Aku bisa bertahan hidup hanya dengan airmata dan darah sucimu saja Carolline." jawab Alexander dengan tubuh yang lemah karena sudah beberapa hari tidak menghisap darah Carolline.

"Kamu masih bisa berdiri kan?" tanya Carolline dengan perasaan iba dan merasa bersalah.

"Tubuhku lemas, aku tidak punya tenaga setelah kamu membakar tenagaku." jawab Alexander dengan mata yang setengah terpejam menahan rasa sakit yang sangat.

"Aku harus melakukan apa agar kamu kembali seperti semula? katakan saja?" ucap Carolline menatap penuh wajah Alexander.

"Aku harus meminum darah sedikit darimu." jawab Alexander semakin lemah.

"Ambillah asal tenagamu bisa pulih kembali." ucap Carolline dengan tulus.

"Benarkah Carolline?" tanya Alexander dengan tatapan tidak percaya Carolline telah bisa menerima kehadirannya.

"Ya benar." jawab Carolline menganggukkan kepalanya dengan sebuah senyuman yang tulus buat Alexander.

"Dekatkan lehermu padaku Carolline." bisik Alexander dengan pelan.

Perlahan Alexander menggigit pelan leher Carolline dan menghisap darahnya sedikit demi sedikit.

Mata Carolline terpejam merasakan sensasi kehangatan yang mengalir keseluruh tubuhnya.

Sedikit saja darah suci yang di hisapnya dari Carolline sudah mengembalikan semua tenaga yang di miliki Alexander.

Dengan kekuatannya Alexander memulihkan kulit tubuhnya dan wajahnya seperti semula.

"Carolline bukalah matamu sekarang." ucap Alexander dengan suara beratnya.

Carolline menatap wajah Alexander yang terlihat putih pucat seperti mayat, ada sebuah senyuman menawan di garis bibir milik seorang Alexander.

Mata Carolline tidak berkedip sebuah senyuman itu telah membuainya dengan perasaan yang tiba-tiba begitu rindu akan tatapan dan sentuhan jari lembut Alexander.

"Aku akan ingin bersamamu Carolline." ucap Alexander dengan suara berat dan lirih.

"Itu tidak akan bisa terjadi Alex, dunia kita berbeda dan aku juga tidak tahu siapa dirimu, selain yang aku tahu kamu seorang pangeran yang telah meninggal dengan sebuah pedang menancap di punggungmu, siapa yang membunuhmu Alex?" tanya Carolline menatap Alexander dalam-dalam.

"Aku memang jiwa yang tersesat Caroll, tapi jiwaku abadi akan hidup asal aku bersamamu selalu. Kamu yang telah memintaku untuk mati di hadapanmu sebagai bukti cintaku padamu Carolline." jawab Alexander dengan sangat sedih.

"Aku katamu Alex??? bahkan aku sendiri saja tidak mengenalmu? dan bagaimana aku bisa punya pikiran yang bodoh seperti itu!! menyuruhmu bunuh diri untuk pembuktian cinta, itu sangat kejam Alex." ucap Carolline tidak mengerti seperti ada kepingan-kepingan ingatan yang timbul tenggelam dalam pikirannya.

"Kamu memang bukan Cleopatra, tapi ada jiwamu yang sebagian menjadi miliknya dan aku tidak ingin jiwa kamu menjadi milik Cleopatra yang telah menjadi pengikut kegelapan, aku ingin melindungimu Carolline aku mencintaimu." ucap Alexander dengan sangat serius.

"Tapi aku sudah punya kekasih dan dia sangat mencintaiku, aku sayang padanya." ucap Carolline dengan jujur tidak ingin membohongi Alexander.

"Siapa dia Carolline? kamu tahu Carolline kamu di ciptakan untukku, darah kita telah menjadi satu dan kita tidak bisa hidup dengan saling terpisah." ucap Alexander saat dia pertama kalinya telah menancapkan giginya pada leher Carolline secara tidak langsung telah memberikan tanda hak atas kepemilikannya.

Hanya sebangsanya saja yang tahu tanda itu, tidak termasuk manusia.

"Dia teman kuliahku namanya Lucas Allan laki-laki yang sederhana dan baik hati." ucap Carolline dengan sangat hati-hati tidak ingin membangunkan kemarahan Alexander.

"Dia tidak akan bisa memilikimu Carolline, dia bisa saja mati...tapi bukan aku yang membunuhnya tapi Edgar Cimmber orang yang di cintai Cleopatra, Edgar akan datang dan menghabisi semua yang menghalanginya untuk mendapatkanmu." ucap Alexander dengan bola matanya yang berubah menjadi merah.

"Tidak, Lucas tidak boleh mati..aku tidak akan membiarkan itu terjadi, tolong kamu harus melindungi Lucas jika kamu ingin darahku." ucap Carolline dengan tatapan memohon.

"Kamu milikku Caroll, bukan milik Lucas." ucap Alexander dengan perasaan yang di penuhi rasa cemburu.

"Tapi aku tidak mencintaimu Alexander, aku hanya mencintai Lucas." ucap Carolline yang sangat menyadari tidak akan bisa hidup dengan cinta di dua dunia yang berbeda.

"Carolline kamu telah menyakiti hatiku, di garis tangan kehidupanmu kamu ada karena aku ada Carolline." ucap Alexander menahan rasa sakit di hatinya.

Carolline tersentak, di hatinya tiba-tiba merasakan rasa sakit dan sedih seperti yang Alexander rasakan.

"Alexander, jangan bersedih aku mohon." ucap Carolline yang semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya, hatinya dan pikirannya. Kenapa semua hanya tertuju pada Alexander Xavier laki-laki yang hadir tanpa dia tahu asal-usulnya.

"Kenapa Carolline? kenapa kamu menyuruhku berhenti bersedih? apa kamu merasakan kesedihanku juga?" tanya Alexander dengan tatapan penuh kesedihan, Carolline masih belum bisa menerima cintanya.

"Aku tidak tahu, dan tak percaya dengan semua cerita ini, aku harap aku terbangun dan semua ini hanyalah mimpi." ucap Carolline sambil memejamkan matanya dengan kejadian yang sudah-sudah kalau semua yang di alaminya hanyalah mimpi.