Kesepian
Itu yang aku rasakan. Aneh sekali padahal malam ini sangat indah dengan rembulan yang memancarkan sinar cantiknya. Malam minggu bagaikan malam yang sangat menakutkan untukku saat ini.
Padahal dulu, malam minggu menjadi malam wajib yang sangat aku tunggu agar bisa bersama dengan dia. Apa boleh buat? Dia sudah menjadi mantan. Yah hanya mantan. Tidak lebih. Cieee susah Move on.
Huft
Helaan napas aku lepas ketika mengingat kembali moment manis bersama mantan.
Aku lupa untuk memperkenalkan namaku. Tidak lucu bukan jika menceritakan kisah mengenaskanku ini tanpa perkenalan? Perkenalkan aku hanyalah seorang anak remaja yang memiliki kehidupan seperti remaja pada umumnya. Namaku Ha-
"Hai kamu Hanna ya?"
Aku terkejut bukan main, untung tidak jatuh terjengkang. Bagaimana lelaki ini bisa mengetahui namaku? Aku belum sempat memperkenalkan namaku. Bahkan aku merasa tidak memiliki hubungan sama sekali dengan lelaki penggangu suasana ini.
"Ha? Iya? Tunggu dulu bagaimana kamu tau namaku?" Aku meneliti lelaki itu secara rinci. Tunggu dulu mengapa terlihat sangat familiar. Sangat terlihat dengan jelas dia tertawa kecil. Oh jangan lupakan dengan raut wajah tidak enak itu. Jadi sebenarnya orang ini itu sedang bahagia diatas penderitaan atau sedang merasa bersalah? Susah ditebak. Semoga harimu selalu senin.
"Perkenalkan aku Aiden. Maaf, aku yang menyuruh Juna untuk mengusirmu dari Bar waktu itu." Aku bisa mendengar gelak tawa setelah dia mengatakan kalimat dengan wajah tanpa dosa itu.
OMG Hello! sekarang aku ingat siapa lelaki ini. Orang menyebalkan yang membuatku diusir dari bar. Hei apa-apaan ini? usiaku bahkan telah legal. Sangat kejam, aku tidak akan memaafkan dia begitu saja dengan mudah. Aku segera bangun dari kursi taman yang telah menjadi temanku sejak satu jam lalu.
"Bagaimana bisa kamu sekejam itu? Kamu tau seberapa memalukannya kejadian itu hingga aku harus berpegang pada meja bar agar tidak diusir?! Umurku telah legal! Lagipula aku ke bar tidak untuk meminum alkohol. Aku hanya meminum jus di sana!" Mataku sangat panas jika mengingat kejadian memalukan itu. Rasanya ingin marah habis-habisan kepada lelaki di depanku ini. Dia sangat terkejut melihat wajah memerahku yang sedang menahan amarah.
"Maafkan aku. Aku tidak mengetahui fakta jika kamu telah legal. Aku mohon maaf. Aku kira kamu masih anak kecil jadi aku menyuruh Juna untuk mengusirmu."
Tarik napas. Buang ke laut. Tunggu dulu apa dia bilang? Anak kecil? Baiklah harga diriku agak tercoreng di bagian ini. Tapi tidak apa itu artinya aku imut. Tapi tidak akan semudah itu ferguso. Hehee
"Kalau aku tidak ingin memaafkanmu bagaimana? Aku sedang mengumpulkan tiket menuju neraka dan dengan seenaknya kamu membuatku gagal melakukan misi mulia itu." Sekuat tenaga aku mempertahankan ekspresi seriusku. Baiklah sepertinya ini merupakan sebuah keputusan yang buruk. Seharusnya dia memasang raut wajah ketakutan, tetapi ini? Tertawa? Aku ulang kembali. BISA BISANYA DIA TERTAWA?!! Baiklah kejadian tadi membuktikan jika tidak semua orang akan takut dengan akting recehanku ini. Tidak apa mungkin bisa lain kali saja.
"Inilah alasan kenapa kamu sangat terlihat seperti anak kecil. Kamu bahkan terlihat sangat polos jadi aku tidak menyangka kamu telah legal." Hahahahaa suara tawa lepas itu keluar kembali. Ayah, bolehkah Hanna berkata kotor? Hiks anakmu ini sudah tidak kuat.
"Hei dimana sopan santunmu?" aku tatap dia setajam mungkin. Suara tawa itu lagi. Oh ayolah aku sedang bersungguh-sungguh untuk saat ini.
"Kamu harus tanggung jawab!" Teriakanku ternyata bagus juga ya, seluruh mata menatap kami berdua. Saat yang tepat mengeluarkan seringai. Bisa aku lihat dia mendelik hingga kedua mata sipitnya aku rasa akan keluar.
"Apa kamu gila?" Bagus matanya tidak keluar hanya hembusan napas yang keluar. Syukurlah, tapi aku kasihan pada mata sipit itu jika menjadi belo secara paksa.
Aku tarik dia mengarah sebuah mini market di dekat sana. "Berani melakukan harus berani bertanggung jawab. Diamlah sipit atau aku pukul mulutmu itu." Akhirnya diam juga. Kupingku harus istirahat juga.
Aku tidak jadi berkata mini market terdekat. Maksudku, INI TERLALU JAUH UNTUK KAUM REBAHAN SEPERTIKU. Aku salah strategi rupanya.
" Hanna, kamu sebenarnya ingin membawakan kemana sih? Atau jangan-jangan kamu ingin membawaku ke rumah?!!! Astaga Hanna kita ini belum sah bagaimana bisa kamu sekejam ini kepadaku yang polos ini?"
Baiklah sudah cukup aku tidak tahan lagi. Biar aku tekankan. AKU SUDAH TIDAK KUAT DAN TAHAN LAGI!
"Aiden tutup mulutmu itu atau kamu akan mendapatkan akibatnya." Aku pukul mulutnya, terdengar sangat nyaring. Maafkan aku Aiden tapi kamu pantas mendapatkannya.
Have some idea about my story? Comment it and let me know. Ini adalah karya pertama saya sebagai penulis. Saya harap untuk siapapun yang membaca karya saya ini dapat memberi semangat kepada saya agar saya lebih giat dalam menciptakan sebuah karya.