webnovel

Kuras Dompetnya

"Aduh! Hai apaan ini? Aku sudah diam. Tetapi kenapa memukulku?" Lelaki ini rupanya tidak sadar. Aku merotasikan mata. Kalau kata Nike orang seperti ini haruslah dibanting saja. Tapi aku tidak sekuat itu. Biar aku beritahukan alasannya ialah karena aku remaja jompo. Puas? Harus puas sih.

Marah itu tidak baik, lebih baik aku kuras saja uang makhluk satu ini "Hei liat itu!" mata sipitnya mulai meneliti sekitar tempat kami berdiri. Mataku terpacu pada sebuah mini market. Kira-kira aku harus beli apa ya? Otak kecilku mulai membuat sebuah rencana licik dan tanpa sadar aku tertawa sangat keras seperti pemeran antagonis dalam serial televisi kesukaan Ibuku.

"Dasar wanita aneh. Apa kamu gila? " raut wajah kebingungan itu harus berubah menjadi raut wajah melas bagaimanapun caranya, pikirku.

"Diamlah atau giliran aku pukul perutmu. Ayo kita ke sana!" Dengan senyuman lebar aku menunjuk sebuah mini market di depan. Dia pasti mengerti apa maksudku. Mustahil tidak mengerti. Anak kecil juga akan mengerti maksud suciku ini. Hehehee

"Mesin pemeras picik. Jadi seperti ini pola pikirmu?" Tidak apa dia marah. Asalkan malam ini aku bisa party.

Party party yeah

Orang seperti ini memang paling menyenangkan untuk dibanting. Hmmm.

"Ayo kita masuk ke sana." Aku mulai melangkah masuk ke dalam mini market tidak lupa menarik calon dompet berjalan yang sedari tadi berceloteh. Mungkin jika makhluk ini ikut lomba kicauan burung terkencang akan menang. Tak apa suatu hari aku akan mendaftarkannya ke sana. Siapa tau bisa menang.

"Apa kamu ingin memerasku?" Pintar sekali. Dedekkan jadi like kalo kayak gini. Ehek.

"Kamu harus memberikan banyak jajanan terutama susu stroberi. Baru setelah itu aku akan memaafkanmu." Ayo Hanna kamu pasti bisa. Mata berbinar dan tatapan polos selalu meluluhkan banyak orang. Susu stroberi come here baby~

"Hmm..." Cepatlah makhluk hidup mataku sakit ini loh "Baiklah." Finally, I got it.

Kreet

Secepat mungkin aku memasuki mini market. Ini adalah lampu hijau. Itu artinya aku harus ambil sebanyak mungkin. MUEHEHE. Aku tidak bisa berhenti untuk tersenyum. Ini terlalu membuatku bahagia.

"Hanna jangan ambil terlalu banyak. Kasihanilah dompetku, aku mohon Hanna." Sungguh baik hati makhluk berwujud Aiden ini. Tahu saja jika aku lupa mengambil susu stroberi, kerjain ajalah.

"Aiden, kamu harus mengambil susu stroberi yang banyak. Jangan pelit jadi orang."

"Sialan. Dasar wanita tidak tau diuntung."

"Ya ya ya terserah kamu mau bilang apa, aku tidak peduli." Wah coklat kayaknya enak nih.

"Cepatlah ini sudah malam Hanna. Apa orang tuamu tidak akan mencari? Itu yang kamu ambil sudah banyak." Tidak salah yang dia katakan.

Aku segera berjalan ke arah kasir. Mari kita lihat kawan seberapa banyak uang makhluk satu ini. Woah dompet yang tipis. Aku jadi merasa bersalah.

Aiden mulai mengeluarkan sesuatu dari dalam dompet "Ini mbak." Dia menyerahkan sebuah kartu.

Sial aku tidak jadi kasihan padanya. Lebih baik aku kasihan pada diriku sendiri.

"Tau gini tadi aku mengambil lebih banyak jajanan."

"Jangan cemberut seperti itu. Kamu terlihat seperti anak kecil, ingin aku gigit pipimu itu?" Mata beloku mendelik seketika. Tidak bisa pipiku ini sangat berharga. Aku pegang kedua pipiku sebagai bentuk pertahanan pertama.

"Ini mas belanjaannya. Apa mas mau membeli donat juga? Kebetulan saat ini sedang ada promo beli dua gratis satu mas."

"Tidak usah mbak." Astaga senyuman makhluk ini sangat manis rupanya. Sungguh tampan. Heh apa yang aku pikirkan?

Plak

"Hanna kenapa kamu menampar pipimu sendiri?"

"Apa? Ah hahahahaa tidak apa-apa kok. Tadi ada nyamuk lewat. Wushhh. Itu tadi dengar suara nyamuk terbang tidak?" Memalukan sekali. Huweeee ayah Hanna mau pulang sekarang juga.

"Baiklah."

Aku bergegas mengambil belanjaan dari tangan Aiden. Tidak mau tau harus segera pulang. Tapi tunggu dulu, sejak kapan aku punya malu?

"Terima kasih banyak Aiden atas jajanannya. Tentang masalah tadi aku sudah memaafkanmu. Sekali lagi terima kasih banyak. Aku harus segera pulang. Bye bye."

Loh kok seperti ada yang narik ya?

"Eh tunggu dulu, jangan asal pergi kamu. Udah malam biar aku antar kamu pulang."

"Tidak usah, aku anak pemberani."

"Ya sudah sini beri aku nomermu."

Alis kananku seketika naik. Aku memutar badan yang membuatku berhadapan dengan makhluk satu ini. Aku tidak salah dengar bukan?

"Untuk?"

"Menagihmu. Ini semua beli menggunakan uangku." Sialan tidak ikhlas sekali jadi orang.

"Mana bisa gitu!" Astaga tatapannya Sungguh menakutkan. "Baiklah nomerku 08XXXXXXXXXX. Sudah impas ya."

"Mana telponmu?"

Avjsvsndhieb. Apakah dia tidak percaya? Terserah.

Ring Ring Ay ay ay  I'm your little butterfly~

Pffttt

Aku malu.

Mau pulang aja. Hiks...

"Su-sudah bukan? Aku mau pulang. Terima kasih atas traktiran malam ini." Akhirnya dilepaskan juga bajuku ini. Baju yang hebat, aku bangga padamu.

"Iya sama-sama. Pulanglah, anak kecil tidak baik berada di luar rumah jam segini." Sial. Diam lebih baik.

"Iya. Aku pulang dulu." Belum sempat mendengar balasan dari dia aku sudah berlari terlebih dahulu. Ya gimana ya, namanya juga malu.

SEMOGA KITA TIDAK BERTEMU LAGI!