webnovel

BUKAN SALAH JODOH 2

Kisah cinta Aoran dan Lily, lanjutan dari BUKAN SALAH JODOH silahkan baca cerita pertama sudah tamat

Ayun_8947 · 现代言情
分數不夠
28 Chs

Harus minta maaf

"Aoran, mami mencarimu sejak tadi.. ternyata kau disini.." ujar Vira dengan wjaahnya yang cemas, wanita itu membawa pakaian ganti di tangannya, tapi mendapati kemeja Aoran sudah bersih dia cukup terkejut.

"Dimana pakaian kotormu, kau mengenakan pakaian siapa?" Tanya Vira. Aoran menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Ini kemeja ku mom, seseorang membantuku tadi." Ujar Aoran sungkan.

"Siapa?" Tanya Vira ingin tahu, dia mencari lihat siapa di belakang sana, dari arah Aoran tadi muncul.

"Seorang pelayan, sudahlah mom, itu bukan hal penting, ayo kembali ke pesta bukannya ada sesi dansa juga ya?" Tanya Aoran dengan wajahnya yang datar padahal di dalam hatinya berdebar debar, dia benar benar berharap bisa menjadi pasangan dansa Miran malam ini, sayang sekali dia harus mengalami beberapa hal yang tak masuk akal dan meninggalkan pesta dengan cukup lama.

"Mami harus menemui seseorang dulu ya, kau duluan saja, Daddy sudah menunggumu.." ujar Vira, dia malah masuk ke lorong yang baru saja Aoran tinggalkan. Sebenarnya mommy mau apa sih. Aoran malah mengikuti langkah Vira perlahan di belakang punggungnya tanpa di sadari oleh mommy nya itu.

"Nah itu dia.. Lily!" Panggil Vira dengan suara hangat, dia segera berlari kecil menghampiri Lily yang sudah bersiap meninggalkan ruang staff pegawai, dia membawa tas Sling bag pada pundaknya, gadis itu juga mengenakan jaket tipis untuk sekedar menghalang udara dingin.

Ada hubungan apa mommy dan Lily? Tanya Aoran heran. Dia jadi ingin tahu.

"Sudah waktunya pulang ya? Aku lupa memberikanmu, ini!" Vira mengulurkan selembar kertas pada Lily. Membuat gadis itu bingung, apalagi dengan tatapan tajam Aoran di belakang pundak Vira. Dia merasa mata pemuda itu terus mengawasi dirinya, sebegitu tak suka kah Aoran padanya sampai sampai dia pun curiga saat ibunya mendekati Lily?

"Kau bisa kirimkan itu lewat pos atau datang langsung temui aku ya.. kau boleh pulang sayang, hati hati di jalan. Oh ya.. kau pulang dengan apa?" Tanya Vira ingin tahu urusan Lily dengan lebih banyak, dia begitu tertarik dengan gadis sederhana ini rupanya.

"Mm.. dengan kendaraan ku nyonya, aku ada sepeda motor.." ujar Lily.

"Kau naik motor!" Sambar Aoran tiba tiba, sontak suara beratnya itu mengejutkan Vira, ibunya itu membalikkan badan dan terkejut dengan keberadaan putranya yang sudah ada di belakang punggung dengan tiba tiba ini.

"Kau masih di sini.." sambar Vira mengelus pangkal lengan putranya dengan sorot mata hangat.

"Ah, iya mom.." balas Aoran canggung. Tapi tunggu deh. "Kau bilang akan pulang dengan taksi, kau tak bilang pakai sepeda motor, memangnya kau sudah punya surat izin mengemudi kendaraan roda dua, bukankah itu terlalu berbahaya ya, apalagi malam hari dan gelap, bagaimana kalau ada hal--" tunggu apa yang sedang aku katakan! Aoran tiba tiba menjeda ucapannya, dia menyadari sorot mata Lily dan Vira yang terasa aneh pada dirinya. Dia terlalu banyak bicara sepertinya.

Aoran bukan pria yang banyak bicara, tapi malam ini kenapa dia tampak sedikit berbeda, dia banyak bicara dan sedikit membuka hati, Lily merasa aneh, ah.. jangankan Lily, Vira sebagai wanita yang paling mengenal pribadi Aoran juga merasa aneh.

Ibunya itu melipat tangan di dada dan menatap wajah putranya yang tampak semakin gugup dan kikuk, apa yang salah di sini? Vira bertanya tanya dengan senyuman yang ia sembunyikan.

"Jadi.. kalian saling mengenal?" Tanya Vira kemudian, dia menatap wajah kikuk Aoran dan wajah tenang Lily, dua muda mudi ini memiliki ekspresi wajah yang berbeda jauh.

Aoran tak menjawab, pemuda itu malah memalingkan wajah dan menyembunyikan ekspresi nya yang tampak aneh itu, membuat Vira ingin tertawa lucu dengan perbedaan sikap putranya pada akhir akhir ini.

"Ehm.. sebenarnya siapa yang tidak mengenal putra nyonya, dia adalah siswa yang cerdas dan berbakat, dia juga mendapat banyak predikat baik di sekolah.."

"Oh, jadi kalian satu sekolahan?" Tanya Vira heran. "Loh bukannya kau sekolah di sekolah M?" Tanya Vira pada Lily dan merasa bingung, dia mendengar dari staff restoran dimana Lily bekerja, yang merekomendasikan gadis ini agar dapat beasiswa, orang itu bilang kalau Lily putri berbakat dari sekolah M, dia bahkan berhak ikut olimpiade bertaraf internasional makanya Vira sangat tertarik dengan Lily.

"Nyonya sebenarnya aku sudah pindah sekolah, aku baru saja bergabung di sekolah putra anda sebagai junior satu tingkat, seseorang mau menanggung biaya pendidikan ku.." ujar Lily sungkan, dia mencoba menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman akan kebaikan dan kemurahan hati Vira padanya.

"Apa itu artinya aku terlambat?" Tanya Vira tak percaya. "Jadi kau sudah mendapatkan sekolah terbaik?" Tanya Vira lagi, dia menatap wajah Lily yang mengangguk kecil dengan senyuman tipis itu.

"Baiklah, aku senang mendengar kau mendapatkan sekolah terbaik." Padahal dalam hati Vira dia sedikit kecewa meski begitu dia merasa ya.. yang penting Lily mendapat wadah yang baik untuk bakat dan kemampuannya, mungkin itu sudah cukup untuk Vira.

"Baiklah kalau begitu Lily, aku merasa senang, kau bisa hubungi aku jika mengalami kesulitan apapun. Oh ya.. bagaimana dengan sekolah barumu? Apa itu menyenangkan? Kau berhak berada di sana! Aku percaya dengan kemampuanmu!" Ujar Vira kemudian sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri obrolan, Lily harus pulang karena malam semakin larut, dan Vira juga Aoran tak bisa terus terusan meninggalkan suaminya yang gelisah menunggu di depan sana, entah sudah berapa kali vino melirik jam tangannya, dia datang bersama keluarga, tapi rasanya dia datang sendirian malam ini. Belum lagi obrolan yang menjalar kemana mana oleh beberapa kolega bisnis di sini membuat pria itu cepat mengantuk, dia merasa sedang di Nina bobokan.

"Mom, kenapa.kau begitu menyukai gadis itu, dia tampak biasa saja, kenapa mommy terlalu berlebihan terhadapnya?" Tanya Aoran di perjalanan, dia begitu penasaran dengan apa yang Vira ucapkan pada Lily tadi itu.

"Kenapa bicara seperti itu sayang, ah mommy tahu, pasti kau merasa posisimu terancam ya, ada putri tuan lu, dan ada Lily, duh.. kalau kau tak giat belajar lama lama nilaimu bisa tertutup oleh gadis gadis muda itu." Ujar Vira membuat lelucon yang sama sekali tak lucu.

"Mommy bercanda ya? Itu ga lucu sama sekali mom, bagaimana mungkin gadis seperti dia itu bisa mengalahkan ku, apa yang mommy harapkan dari seseorang seperti dia, dia itu hanyalah seorang pelayan bahkan penampilannya juga tampak lusuh.."

Mendengar ucapan Aoran membuat Vira menghentikan langkah, sementara di depan sana Vino sudah beberapa kali memberi aba aba agar lekas ke sini, tapi tampaknya ibu anak ini tak begitu peduli dengan kibasan tangan kepala keluarga mereka di depan sana.

"Aoran!" Vira memasang wajah serius bahkan dia menyimpan kedua lengannya di dada.

"Mommy tidak suka kau mengatakan semua itu, kau mungkin memiliki semuanya tapi satu hal yang harus kau tahu, aku.. sebelum bertemu dengan ayahmu, aku.. nasibku, kehidupanku, semua tentang diriku, bahkan lebih buruk daripada gadis tadi. Jadi sebelum kau mengatakan hal buruk dan menghinanya, ingat dulu siapa ibumu ini.."

Aoran hanya bisa terdiam dan menelan ludah dengan ucapan ibunya tadi. Vira benar, dia memang seperti itu di kehidupan sebelumnya.

Aoran menautkan alis.

"Apa yang tadi aku katakan sih? Seharusnya bukan itu kan yang ingin aku katakan?" Desis nya kesal pada diri sendiri. Dia merasa bersalah dan harus minta maaf pada ibunya, tapi mungkin bukan di sini.

Aoran mengedarkan pandangan dan tak mendapatkan Miran, meski begitu dia jadi teringat akan ucapan merendahkannya pada Lily.

"Ah.. sepertinya aku juga harus minta maaf dengannya.." lirih pemuda itu dengan wajah yang memelas malas.