webnovel

Baju

Dia mengeluarkan baju dari dalam tas karton itu. Tampak beberapa helai baju wanita, dan dalaman.. Geli rasanya melihat laki-laki mengeluarkan pakaian semacam itu dari dalam tas belanja, hihi..

"Kamu mau pakai yang mana?", tanyanya, menyadarkanku dari lamunan.

Hmm.. Aku tak menjawab, hanya menatapnya. Agak aneh pertanyaan itu, masih membuatku geli.. Hihi..

"vina.."

"Ehmm.. Nanti kupilih. Letakkan saja disana, aku bisa mengurus diriku sendiri!", kataku sambil berusaha bergerak mengambil baju-baju, yang dia sudah keluarkan semuanya dari dalam tas karton.

Aw... Baru saja Aku mau gerakkan kepalaku.. Tapi.. Rasanya masih sama, kepalaku belum bisa diajak kerjasama. Nyeri dan penglihatanku kembali kabur.

"Yang rileks, Vin..", satu tangannya memegang bahuku, dan satu tangannya memegang kepalaku, menyandarkan kepalaku kembali diatas bantal dan mengatur ulang sampai kondisiku terlihat nyaman.

"Kamu tunjuk saja mau pakai yang mana, Aku bantu kamu pakaikan..", Katanya kemudian.

Kutatap baju-baju itu.. Dan pilihanku jatuh kepada baju tidur one set bermotif bunga. Bahannya terlihat lembut, dan sepertinya sangat nyaman untuk dipakai tidur.

"Aku mau yang itu, motif bunga one set.", Tanganku menunjuk kearah baju yang ku mau..

"Yang ini?"

"Iya"

Dia mengambil baju yang kutunjuk, kemudian.. Bra dan.. Underwear.. Hmm.. Pipiku pasti bersemu merah sekarang... Membayangkan seseorang memakaikan baju seperti itu ke tubuhku..

Hufff...

Saat ini, dadaku benar-benar bergemuruh kencang! Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan??? Sadar, Vin.. Dia ini bukan orang baik-baik!!! Dia merenggut kesucianmu dan menjadikanmu seperti ini!! Aku mencoba mengingatkan kembali pikiranku..

"Kamu pindah apartemen?",

"Hah?"

"Apartemenmu.. Bukan di.. "

"Ah, iya.. Aku tinggal di penthouse. Ini apartemen om ku. Sementara Aku pindah kesini karena kondisi apartemenku kurang nyaman, banyak hantunya!", Jawabku sekenanya

"Hah? Apa??"

"Ah, sudahlah.. Kenapa menanyakan?"

"Hmm.. Aneh aja. Karena tadi pagi, Aku masuk apartemenmu disini, kosong. Ga ada sehelaipun baju.."

"Ah, itu.. Aku belum sempat bawa baju.. Kemarin pulang kerja, Aku langsung pindah.."

"Tanpa bawa sehelaipun baju ganti?"

"I.. Iya!! Aku buru-buru..", kuhentikan kata-kataku... Teringat sesuatu yang penting.. Tadi malam, Aku pulang kerja, langsung ketiduran di penthouse, saat itu Aku belum mandi sama sekali, dan paginya saat berangkat kerja, Akupun ga mandi. Kemudian, karena bell pintu tengah malam, Aku terbangun. Dan langsung bergegas pindah. Lalu.. Ish... Betapa joroknya Aku.. Sampai hari ini Aku belum mandi!!! Wajahku berubah panik...

"Kk.. Kenapa, Vin? Kk...kka..kamu mau ganti baju sekarang?", Suara itu mengagetkanku..

"Hah? Ganti baju? A.. Aku... ", haduh bagaimana ini.. Aku harus. Bagaimana... Aku bingung mengatakannya..

"Kenapa, Vin?"

"Hmm.. Bisakah kamu bawa Aku ke toilet lagi?", kali ini Aku mengatakan dengan sangat pelan.. Malu rasanya, Tapi.. Mau bagaimana lagi.. Aku harus mandi!! Bau badanku pasti ga akan enak!

"Kamu mau buang air kecil lagi?"

"Bbb.. Bu..kan.. Aku..", Aku hentikan kata-kataku sejenak.. "Aku mau mandi..", Kali ini habislah Aku.. Huuuu.. Mau nangis rasanya, tapi Aku benar-benar ingin mandi.. Bagaimanapun, sudah dua hari belum mandi, dan tadi malam.. Tubuhku.. Kotor sekali.. Hissss.. Aku benar-benar ga tau harus bagaimana..

Lelaki itu tampak sedang berpikir, kemudian menaruh baju pilihanku tadi di atas tempat tidur, dan...

"Tunggu sebentar disini.", Dia lalu keluar

Tak berapa lama, Dia masuk kembali, membawa kursi kayu yang sepertinya kursi diruang makan. Membawanya ke dalam toilet. Dan kemudian keluar menghampiriku.

"Hmm.. Disini hanya ada shower, Vin. Ga ada bath tub, jelasnya.. Sini Aku bantu.", Lagi.. Dia memegang tanganku, meletakkan dipundaknya, dan mulai mengangkat tubuhku ke toilet. Tapi kali ini, Dia tidak membawa handuk untuk bagian bawahku. Dan membiarkannya terekspose begitu saja.. Ow.. Betapa malunya Aku... Tak ada kata kata yang keluar dari mulutku.. Suaraku seakan nyangkut ditenggorokan,

Pintu kamar mandi terbuka, Dia menaruh Aku diatas kursi, tepat dibawah pancuran shower. Tapi tentu saja, belum nyala airnya.

"Maaf ya, Vin.. Bajunya Aku buka dulu.. Kamu bisa bersandar dan pegangan disini, supaya kepalamu ga terlalu pusing," Dia menjelaskan, dan kemudian mau membuka bajuku

"A.. Aku bisa mandi sendiri", Kata-kataku ragu, dan pelan.. Sangat pelan. Aku betul-betul malu kali ini.

"Kamu jangan khawatir, Aku ga akan macam-macam.", Hanya itu yang Dia katakan, kemudian membuka sweater yang kupakai, dan blas... Tanpa Ada satupun benang disekujur tubuhku.. Kemudian Dia menaruh tanganku di pegangan besi, tempat punggungku bersandar.

Tangannya kini meraih shower, mengatur suhu air, mencobanya pada tangannya sendiri, lalu.. Setelah mungkin suhu dirasa sudah sesuai, Dia mulai menyiramkan shower ditubuhku, kecuali kepalaku.. Rasa airnya hangat, ah.. Segar sekali. Tapi.. Kemudian Dia mengambil sabun dan menaruhnya di tangannya, lalu menyentuh seluruh tubuhku dengan sabun ditangannya,

Hish... Rasanya hampir seluruh bulu kudukku berdiri.. Bagaimana ini.. Tubuhku menegang, Ehmm.. Aku belum pernah merasakan ini... Lembut, tak menyakitkan, tapi rasa desiran aneh ada diseluruh tubuhku. Aku hanya diam mematung.. Tak berani menatap wajahnya. badan, punggung, lengan, kakiku.. Semua penuh sabun, dan kemudian, Dia menyiramnya dengan air hangat dari shower, memastikan tak ada lagi busa menempel pada tubuhku, lalu mematikan shower dan mengambil piyama mandi, memakaikannya ketubuhku.

Dia membuka kotak yang ada diatas kepalaku, membuka sikat gigi baru. Memberikan odol dan..

"Buka mulutmu.."

"Mm.. Aku bisa gosok gigi sendiri!", Keluhku.. Akupun mengambil sikat gigi ditangannya.

Dan Dia melangkah ke arah wastafel, mengambil gelas, mengisinya dengan air wastafel, lalu menyerahkannya padaku untuk berkumur.

"Vin, Kamu mau pakai sabun cuci muka ini?", tanyanya sambil menunjukkan sabun cuci muka pria

Aku berpikir sebentar, kemudian, kurasa tak ada pilihan lain.. Aku harus memakainya. Aku pun mengangguk. Dia mengambilnya, menaruh sebagian ditangannya dan membuat foam busa, lalu menempelkannya diwajahku.

"Aku saja..", Maksudku Aku saja yang menyabuni mukaku, tapi, tanganku malah bersentuhan dengan tangannya dipipiku, dan.. Mata Kami pun saling berpandangan.

Entah rasa apa ini.. Refleks Aku melepaskan tanganku, tapi Dia masih tetap menaruh tangannya di wajahku. Membuat gerakan berputar dan memastikan semua foam sudah memenuhi wajahku. kemudian mengambil kain handuk untuk mengelapmya... Membasahkan kain handuk dengan air, lalu mengelap wajahku lagi. Memastikan tak ada busa tertinggal. Dia juga mengelap tanganku yang sempat memegang tangannya tepat diwajahku dan menyentuh foam.

"Sudah selesai, Vin", Kemudian Dia menggendongku kembali, membawaku kedalam kamar dan menaruhku dalam posisi duduk disisi tempat tidur.

Pertama, yang dilakukannya, adalah mengambil pakaian dalam, ya, Dia mengambil underwear.. Hufff... Berat sekali ini.. Rasanya benar-benar malu,

Dia mengangkat kakiku satu persatu dan memasukkannya kedalam lubang celana, sampai lutut, Dia berdiri, kemudian memeluk dan mengangkatku ke posisi berdiri, tapi tubuhnya sedikit membungkuk. Menarik celana ke atas dan memakaikannya sesuai tempatnya.

Hoaaah.. Aku ga tau harus bilang apa, tapi sepertinya Aku ga bisa bilang apa-apa. Aku terlalu malu, dan.. Entahlah. Aku deg degan.

Sekarang Dia mengambil bra.. Haduuuh.. Ini pun berat! Ingin rasanya Aku pingsan lagi. Supaya tak melihat adegan ini.. Ikatan jubah mandi dibukanya, kemudian Dia mengeluarkan tanganku satu persatu dari jubah tersebut, menyisakan Aku topless, dan kemudian memasukkan bra, mulai dari tangan kanan, lalu tangan kiri dan

"Tunggu, Vin.. Tolong pegangan ke tempat tidur!", Dia sedikit berlari ke arah belakang tempat tidur, lalu naik dari sisi satunya, dan mengancing braku.. Haishhhhh.. Aku kira Dia mau apa.. Ternyata.. Hufff.. Bodoh sekali, bukan begitu memasang bra! Tapi.. Sudahlah.. Masa ya Aku mau ajarin Dia???? Hish....

Kemudian Dia kembali kedepanku, kini Dia memakaikanku celana panjang, sama seperti caranya mengenakan underwear ke tubuhku. Dan terakhir, piyama tidur. Untuk yang ini. Aku meyakinkannya Aku bisa mengancingnya sendiri, Dia hanya perlu menyandarkanku ke sandaran bantal seperti biasanya. Dia setuju, tapi masih memastikan Aku bisa mengancing dengan benar.

Setelah Aku selesai, Dia pamit, kembali keluar kamar dan katanya akan menyiapkan makan malam.

Hah.. Aku sedikit legaaaa.. Kalau tau begini, Aku ga akan minta buat mandi! Sungguh bayangan mandi yang ada diotakku tak seperti itu. Aku berpikir Aku hanya minta tolong untuk dibawa ke kamar mandi, kemudian Aku mandi sendiri. Tapi tadi.. Oh nooo...

Klek

Pintu kamar terbuka. Dia kembali.. Kali ini membawa piring. Ah, padahal Aku berharap Dia membawa bubur seperti tadi siang. Sedikit kecewa, tapi tentu saja Aku tidak protes.

"Makan dulu, Vin!", Dia kembali duduk disisi kasur, lalu mulai menyendok makanan diatas piring.

Suapan pertama, yah, kali ini Aku menbiarkannya menyuapiku.. Karena mau bagaimana lagi, kepalaku, masih belum bisa diajak kompromi.

Suapan pertama.. Oh no...it is soooo tasty.. Steaknya sangat juicy.. Rasanya meleleh dimulutku.. Hmmm... Aku rela tiap hari makan seperti ini. Jujur, ini pertama kali Aku merasakan makanan seenak ini.. Aduuuh... Aku memang sering makan direstoran mahal, tapi rasa seperti ini.. Sejujurnya belum pernah kutemui.

"Mm.. Kamu beli dimana?"

"ini?"

"Ii. Iya, steaknya.", Aku menegaskan. Dia hanya tersenyum..

"Kenapa? Ga enak?"

"Eh, bukan.. Justru karena Aku baru makan masakan seenak ini, Aku nanya. Kamu beli dimana?"

Tampak senyum merekah dibibirnya, kali ini senyum itu menunjukkan deretan gigi yang rapih. Sepertinya Dia senang dengan pernyataanku.

"Makan lagi, kalau enak!", Suapan kedua.. Belum menjawab pertanyaanku

"Kamu beli dimana?", Tanyaku lagi.

"Aku masak sendiri.", Jawabnya

"Hah, bohong!!!"

"Serius! Aku ga pernah bohong, Vin... Ini emang masakanku, hehe.."

Hah, Aku masih ga percaya, tapi.. Aku ga liat kebohongan dimatanya, kata-katanya, sepertinya jujur..

"Kamu.. bisa masak?"

"Dikit.. Dulu almarhumah mama banyak ngajarin Aku sama kak Airin masak", Dia menjelaskan, tapi raut wajahnya kini berubah, terlihat sedih. Mungkin Dia mengingat mamanya?

"Hmmm... Maafkan Aku!", perasaanku jadi ga enak.. Teringat Nenek.. Dulu, Nenek juga banyak mengajarkanku masak. Tak ada kenangan bersama Mommy, karena Mommy terlalu sibuk dengan kehidupan sosialitanya. Aku banyak dititipkan ke Nenek, dan banyak membantu Nenek didapur, makanya, Aku bisa memasak dan menjual makanan khas Indonesia saat Aku berada di England. Hanya masakan Indonesia. Karena Nenek ga bisa masak western seperti ini. Hihi..

"Gapapa, Vin, itu udah lama banget!", Sambil menyuapkan suapan ketiga, Dia menjawabku.

"Kapan?", Tanyaku sekedar ingin tahu

"15 tahun yang lalu..",

"oh, so sorry to hear that..", Jawabku, refleks.. Tapi kali ini.. Aku lihat Dia menaruh sendok dan menatapku lekat-lekat. Ada perubahan diwajahnya.. Tak lagi lembut, tapi...

"Apa Kamu masih belum mengerti? Sudah berapa kali Aku bilang? Kita ada di Indonesia! Apa ga bisa berbicara hanya Bahasa Indonesia? Lagian, Kamukan orang Indonesia! Bangga sekali sih, berbicara bahasa negara lain!", wajahnya memerah dan.. Tatapannya seperti benar-benar marah!

Dia meletakkan piring dimeja sisi kasur, kemudian duduk membelakangiku, tangannya mamangku wajahnya, menutup wajahnya dengan tangannya, mengacak-acak rambutnya, kemudian kembali menutup wajahnya.. Jujur, Aku mulai takut.. Aku ga berharap kejadian tadi malam terjadi lagi.. Sepertinya Dia marah.. Haishhh.. Aku harus bagaimana ini?

Kenapa Dia selalu marah saat Aku menggunakan bahasa inggris.. Ya.. Bahasa Inggris!! Apa sebegitu nasionalis kah Dia sampai tak suka Bahasa Inggris? Atau Dia cucu pahlawan yang membenci kompeni? Haish... Aku bingung mencari jawabannya, tapi ga ada yang Aku bisa lakukan selain diam.. Ya, diam. Aku bingung mau berbuat apa. Selama 28 tahun hidupku, ini kali pertama Aku bingung.. Tak tahu harus berbuat apa!

"Maafkan Aku, Vin.. A ..aku.. Benar-benar minta maaf." Katanya kemudian masih dalam posisi memunggungkan Aku.

Tapi Aku masih terkejut, hanya bisa diam.. Aku ga menjawab satupun kata-katanya.

Tak lama Dia membalikkan wajahnya. Matanya merah, hidungnya memerah, sepertinya Dia mau menangis,

"Maafkan Aku, Vin.. akhir-akhir ini, Aku kadang lepas kontrol kalau.."

"Kenapa? Kamu trauma dengan Bahasa Inggris?", tanyaku memotong kata-katanya

Kali ini Dia menatapku lagi, sama seperti tatapan tadi, tapi tak menyulut Emosinya. Dia pun tak mau menjawab. Hanya tangannya mengambil kembali piring dimeja, lalu mencoba memotong steak kembali,

"Kamu makan dulu, Vin..", hanya itu kata kata yang keluar dari mulutnya, sambil mencoba menyuapinku disuapan keempat. Aku memang lapar, steaknya juga enak, enak pake banget malah! tapi, nafsu makanku sudah hilang!"

"What's wrong with you? Do you always angry when hear somebody talk in english? Is that wrong if we speak english? It is just language!! Come on.. Take a chill, dude!", kali ini Aku nyolot! Entah apa yang ada dipikiranku, tapi kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

Aku udah ga peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, kali ini mungkin Aku udah ga waras!

Dia kembali menatapku, tak ada suara diantara Kita beberapa detik.. Hanya saling pandang dengan tatapan dingin! Aku benar-benar ga tahan melihat emosinya! Aku butuh jawaban, ada apa sebenarnya..

Dia meletakkan sendok dipiring, kembali menaruhnya dipinggir tempat tidur, lalu melangkah keluar kamar tanpa berkata apapun. Meningalkanku sendiri. Tanpa penjelasan.

Hah, pikiranku mulai kemana-mana, Aku kesal!!! Arghhhh... Kesal sekaliiiii.. Kenapa pria itu.. Malahan pergi meninggalkanku begini.. Steak disampingku, sepertinya benar-bensr menggodaku. yah, Aku ingin memakannya, tapi terlalu jauh dari jangkauan tanganku.. Sudahlah, ku-urungkan niatku, karena kepalaku sakit kalau harus bergerak banyak. Aku putuskan menunggunya kembali meminta penjelasan.

Tapi sepertinya sudah cukup lama Aku menunggu. Dia tak kembali.. Akupun tak mungkin mengejarnya.. Hmm.. Andaikan ada handphoneku disini, sudah kutelepon Metha, meminta polisi untuk membawaku keluar dari sini. Mendapat pengobatan layak di rumah sakit kelas super VVIP, lalu menjauh dari psycho macam Dia!!! Arggghhhh!!!

Berapa lama sudah Aku mengumpatnya, hingga Aku kelelahan, dan akhirnya Aku tertidur.. Sepertinya tubuhku memang butuh istirahat. Aku merasa sangat lelah.

 --------