Rangga Plot ----
Kututup pintu kamar itu.. kali ini emosiku benar-benar tak stabil! Kalau tak ingat dosa yang kemarin kulakukan padanya, aku pasti sudah memaki Vina! Kekesalanku hampir melewati batas kesabaranku.. Cih!!! Aku tersenyum kecut.
Rasa benci dalam diriku kembali keluar! Benci, kesal dan marah! Kenapa berbangga dengan bahasa Inggris? Sedangkan kita orang indonesia! Apa semua yang berbau inggris itu hebat? Sampai harus segala hal yang sudah dikaitkan dengan inggris pasti memiliki nilai lebih? Baik bahasa, makanan, film, mobil, yang ada nama inggrisnya juga lebih keren dari yang lokal? Apa karena mereka berambut pirang lebih keren dari yang berambut hitam!
Dug!!!!
Kali ini beneran, aku sudah ga sabar! Kutinju tembok apartemenku untuk menyalurkan emosiku. darah segar mengalir dari buku tanganku. Pikiranku sudah kemana-mana.. Kembali ke tiga bulan lalu, pengkhianatan.. Lagi-lagi.. Darahku seakan mendidih!!
Hanya karena bergandengan dengan bule, apa itu hebat? menjalin hubungan dengan rekan Se-profesi yang bule, artis bule apa lebih hebat dari menjalin hubungan dengan pria lokal sepertiku yang telah rela berkorban banyak untuknya???
Bug
Sekali lagi kutinju tembok yang sama dengan tangan yang sama. Rasa sakit ditanganku rasanya ga ada apa-apanya dengan rasa sakit dan mendidihnya darah dalam tubuhku!
Dreeeeet.. Dreeeet..
Suara getaran handphone diatas meja makan mengalihkan pikiranku. Kutatap handphone dimeja itu, dengan warna cashing pink dan pom pom pink. Handphone itu sengaja ku silent supaya tak mengganggu istirahat seseorang didalam kamarku dan dia bisa cepat pulih..
"Oh Tuhan, vina!!!" Rasa bersalah kini muncul dihatiku.. Kuingat kembali setiap perbuatanku tadi, dan.. Teringat lagi perbuatanku tadi malam.. Ini membuatku menjadi semakin bersalah..
Ah.. Aku mengusap wajahku dengan tanganku, dan yah.. Wajahku berubah jadi merah, Karena darah ditanganku! Aku lupa bahwa tanganku saat ini sedang terluka.
Akupun bergegas ke wastafel dapur, membersihkan darah ditangan dan wajahku, setelah itu, mengambil kotak P3K, membuka, memberi betadine dan memasang perban untuk tanganku. Aku cukup telaten melakukan ini sendiri tanpa bantuan siapapun, karena sudah sebulan terakhir, aku memang sering melakukan ini, jadi sudah terbiasa.
Aku menaruh kotak P3K kembali ketempatnya, lalu bergegas ke meja makan, mengambil kursi, duduk, dan meraih handphone dengan cashing pink.
Kubuka bagian pesan, kubaca satu per satu..
Metha - Dinda - uncle farhan - mommy - dan 2 nomor tanpa nama
Kubuka satu persatu,
Pertama metha
"bu vina, laporan hari ini:
1. Draft kerjasama dengan Light Company telah selesai, tinggal menunggu tanda tangan ibu, kapan akan ditanda tangani, bu? Mengingat kita akan ada meeting penyerahan kontrak kerjasama besok.
2. Pembukaan Branch Bumbu di Canada berlangsung sukses,
3. Fashion Show untuk koleksi musim semi TRUST di China untuk pertama kalinya, juga sukses.
Dan schedule untuk besok
1. Pertemuan dengan Light company, untuk menyerahkan kontrak kerjasama. Saya sudah mengkonfirmasi dengan pak fredy, wakil dari light company untuk besok, adalah pak Rangga lagi. Apa ibu mau menemuinya? Atau cukup perwakilan TRUST saja yang menemuinya?
2. Pertemuan dengan mr. James dari DIY Fashion, untuk membahas finishing kerjasama fashion show yang akan diselenggarakan di Sidney pekan depan
3. Opening One Stop Living Tulip Regency estate
4. Peresmian stasiun TV glory
5. Penandatanganan kontrak kerjasama dengan Fast Auto Car.
Hufff... Aku menarik napas.. Bagaimana ini.. Jadwal vina besok sangat padat! Tapi tak mungkin untuknya bisa hadir dengan kondisinya seperti sekarang, seluruh tubuh penuh luka beling, wajah memar, dan kepala masih dibalut perban.!! Aku terdiam.. Mulai berpikir apa yang harus aku lakukan..
Ada yang menggelitik hatiku membaca pesan asisten Vina ini. Kenapa dia menanyakan apa Vina ingin menemuiku atau mengirim perwakilan saja? Apa dia membenciku? Hmm... Kuingat saat-saat kami bertemu di Restoran Fancy, Vina menuduhku mencari cara untuk mendekatinya. Jujur, mengingat itu, Vina tampak sangat lucu dan terlalu percaya diri! Tapi aku puas, melihat tampang kagetnya mengetahui siapa aku. Setidaknya, dia tidak akan merendahkan setiap orang yang mengendarai motor!
Aku kembali fokus ke pesan singkat di handphone Vina.
Aku pun mukai menulis pesan kepada metha,
1. Untuk draft, tak perlu tanda tanganku. Beri saja cap perusahaan, fredy pasti sudah mengerti harus bagaimana.
2. Bagus!
3. Bagus!
Untuk besok:
1. Cukup serahkan ke fredy, dia sudah paham harus bagaimana.
2. Kirim penanggung jawab fashion show untuk bertemu dengannya
3. Wakilkan saya.
4. Wakilkan saya.
5. Kirim berkasnya ke email. Nanti saya akan kirim menandatanganinya.
Aku menekan satu tombol, dan terkirim semua pesan.
"bu, yakin tidak menimbulkan masalah dengan pak Rangga? Sepertinya dia perfectionist. Dari hasil presentasinya kemarin juga, sepertinya tidak terlalu menguntungkan untuk TRUST. 70:30 hanya karena perusahaan mereka memberikan gold and diamond, tanpa memikirkan design, sepertinya kali ini TRUST tidak akan untung banyak kalaupun produk laris dipasaran dan kita justru akan bekerja lebih keras menjadi partner promosi gratis untuk mereka.
Dan..
Seriusan nih, bu, ga ketemu sama mr. james? Biasanya ibu pasti antusias ketemu dia.. Hihi.. Ganteng banget lho bu.. Mata biru, hidung mancung.. Aduh, bikin hati berasa naik roller coaster! Hihi.. Dia juga kayanya ada hati ke ibu, xixi..", pesan itu masuk.. Dan arghhhh.. Membuat darahku mendidih lagi!"
Bule lagi, apa gantengnya? Apa hebatnya hidung mancung, mata biru, heh? Kali ini aku benar-benar emosi.
Kubaca ulang pesan metha. Aku memang berusaha mencari keuntungan lebih untuk Light company. Karena itu perusahaanku. Tapi tak terpikir olehku kesulitan dari Trust. Aku sedikit merenung..
"minta revisi untuk membuatnya menjadi 40 L : 60 T!"
"selalu wakilkan aku setiap ada pertemuan dengan dia!!!!",
banyak-banyak aku kirim tanda seru, supaya asisten itu tahu, kalau jangan pernah buat jadwal dengan bule sialan itu lagi?
"baik bu.", hmm.. Pesan terakhir masuk, aku puas membacanya! Sepertinya dia sudah paham setelah membaca pesan terakhirku.
Pesan kedua: Dinda
"bu vina, mohon maaf, untuk besok sampai hari senin, saya belum bisa kembali bekerja. Ibu saya sakit, di tasik. Dan saya harus pulang kampung. Saya mohon maaf sekali, bu.."
Bagai mendapat angin sepoi-sepoi. Aku pun membalasnya segera
"jangan khawatir. Saya bisa handle semuanya. Semoga ibumu cepat sembuh.", klik. Langsung kukirim pesan singkat tersebut.
Pesan ke-3: uncle farhan
"vivi, how's the apartement? Is everything good? Let me know if you have problem, i'll told someone to come to help you."
Arghhhhh.. Emosiku tersulut kembali.. Namanya farhan.. Tapi bahasanya ga mencerminkan sama sekali dia orang indonesia! Nama ini bagusnya bicara bahasa arab. Kini aku mulai kesal!
Kukirim emoticon jempol sebagai balasan, karena aku malas menulis apapun! Aku juga bingung, kalau kutulis balasan bahasa indonesia, nanti orang ini curiga. Kalau kutulis bahasa i... Ah.. Tidaklah!! Cukup emoticon jempol! Kuyakinkan diriku, dan klik. Pesan terkirim
Pesan ke-4 : mom..my
Hah!!! Ada apa dengan wanita ini!!! Kenapa semua dilingkungannya harus dikasih nama bahasa seperti ini!!! Kugaruk tengkuk kepalaku, walaupun tak gatal, dan kuacak-acak rambutku..
"vi, i am sorry for the last dinner.. I know i was wrong. I hope you're not angry with me again..", hanya itu..
Hmm.. Konflik keluarga sepertinya! Harus kutulis apa ya? Kira-kira, apa dia masih marah dengan ibunya?
"gapapa, semua sudah lewat. Aku sayang.. Mo,," hah, kuhela napasku sebelum melanjutkan mengetik kalimat di pesan singkat itu "mmy"
Klik send -
Fuih... Aku berhasil mengirimnya.. Walaupun jengkel.. Tapi.. Aku terpaksa harus membalas semua pesan ini!
Pesan ke-5: tanpa nama
Selamat siang mba.. Saya yang kemarin anter pesanan makanan mba. Hehe, mba nya cantik banget. boleh kenalan dong mba..
Hah???? Sms ga penting!!! Kuhapus sesegera mungkin! Namun sebelumnya tak lupa aku laporkan nomor itu, supaya tidak bisa mengirim pesan lagi ke nomor Vina
Pesan ke-6: tanpa nama
Vivi, apa kabar? Tadi pagi aku kembali ke apartemenmu, martabak bang saleh masih diposisi sama didepan apartemenmu. Aku sedikit kecewa kamu ga memakannya. Kuketuk pintu apartemenmu, tapi sepertinya kosong. Apa, kamu pindah?
Deg...
Hemmm.. Siapa laki-laki ini? Aku yakin dia pasti laki-laki.. Dengan bahasanya seperti itu, hanya ada 2 pilihan, pertama dia sedang pdkt, atau pilihan kedua, dengan membawa martabak, sepertinya dia cukup dekat dengan vina, apalagi sebutan nama martabaknya spesifik sekali.
Untuk kasus ini, aku lebih condong ke pilihan kedua. Tapi sekarang aku harus jawab apa? Dari bahasanya, sepertinya mereka dalam hubungan yang kurang baik.. Tapi belum jelas siapa yang membuat masalah.. Bisa jadi, laki-laki ini.. Atau mungkin vina yang meninggalkannya tanpa alasan. Aku belum yakin yang mana..
Yang sekarang harus aku pikirkan, aku harus jawab apa???? Kali ini aku benar-benar bingung.
Dan akhirnya kuputuskan, untuk: tidak menjawab.
Kubiarkan saja pesan satu itu. Mungkin harus vina sendiri yang menjawabnya nanti, setelah kondisinya membaik.
Kuletakkan handphone itu kembali di meja. Kini, giliran aku menulis pesan untuk fredy mengenai jadwalku besok
"fred, aku masih sibuk. Urus semua jadwalku. terima saja draft dari metha walaupun tanpa tanda tangan vina. Aku dan dia sudah sepakat. Dan dia sudah menjelaskan alsanannya kenapa tak memberikan tanda tangannya disana! Oh ya, ada sedikit perubahan.. Buat profit keuntungan 40% untuk perusahaan kita."
Klik, terkirim!
"baik pak!", tak ada satu menit, balasan fredy masuk ke handphoneku. Sepertinya dia juga sedang online.
Sejujurnya, sejak awal memutuskan membantu papa, aku sangat kesal dengan nama perusahaan papa! Kenapa bukan perusahaan Cahaya saja? Sekembalinya ke kantor, aku akan membuat nama perusahaan berubah! Ini misiku yang pertama, dengan atau tanpa izin papa!
Dreeet.. Handphone ditanganku bergetar
Dokter arini
Nama orang yang baru saja mengirim pesan kepadaku. Segera kubuka pesannya
"gimana vina?"
"sialan!! Lo udah jebak gue! *nj*ng!!!!"
"hehe... Siapa suruh, berani berbuat, harus berani bertanggungjawab, wekkkkkk"
"besok lu dateng?"
"hmmm... Dateng ga ya???"
"awas lu ga dateng! Gimana keadaan Vina sebenernya?"
"gue masih khawatir sama kepalanya. Kayanya serius tuh!"
"yang bener lu?"
"he eh.. Kita liat dulu. Obat dari gue, pastiin dia minum!"
Hah, obat.. Aku segera berlari ke kamar, kubuka pintu dan.. Vina udah tidur. Obatnya lupa.. Tadi.. Ah,,, aku terlalu kesal dengannya.. Jadi.. Aku lupa memberinya obat.
Aku mendekatinya kasurnya, kupandangi dia, hmm.. Tidur dengan bantal setinggi ini pasti ga nyaman. Kucoba menurunkan sandaran bantalnya perlahan supaya tak membangunkannya. Kini dia terlihat tidur lebih nyaman. Ga terlalu tinggi, dan besok pagi, tulang belakangnya ga akan sakit..
Ku tatap wajahnya, hmmm.. Vina.. Dia cantik juga. Kulitnya putih, wajahnya kecil imut menggemaskan, dan aku teringat adegan dikamar mandi tadi, dimana hasratku hampir saja ga terkontrol. Bagaimanapun, aku lelaki normal. Apalagi dengan adegan salah sasaran kemarin malam dan saat itu Tanganku memegang seluruh tubuhnya, huffff... Sekarang, Keringet dingin mengucur dari tubuhku.. Rasanya semua badanku memanas dan sesuatu mengeras dibagian depan celanaku.
Aku pun segera berdiri menjauhi vina.. Ah, kalau bukan karena Airin!!!!
"hati-hati kak!", aku memeluk airin.
"ga usah kawatir, hihi.. Rasain lu, tanggungjawab urus vina! Siapa suruh buat masalah!" Airin membisikkanku, saat aku memeluknya! Ingin rasanya aku mencubitnya, tapi saat itu, aku benar-benar belum sadar betul dan masih terbawa emosi memikirkan jeje, sang bajak laut kecil sedang sakit.. Ponakan kesayanganku..
Kalau bukan karena Airin.. Aku ga harus menahan hasratku sampai setengah mati.. Memandikan, memakaikan baju.. Hah... Aku masih ingat semuanya! Entah kenapa sekarang detak jantungku meningkat, kencang sekali!!!
Tak tahan, aku segera mengambil handuk, dan menuju kamar mandi. ku pindahkan kursi yang tepat dibawah shower, lalu Kunyalakan shower, akupun mandi air dingin.. Tengah malam.. Untungnya tanpa kembang tujuh rupa!
Selesai mandi, dan kupastikan gairahku sudah menurun, kupakai handukku, dan.. Baru ingat, aku ga bawa baju ganti.. Kubuka pintu kamar mandi perlahan. Vina terlihat masih tertidur pulas. Aku berjalan pelan ke lemari baju, dan mengambil celana boxer dan kaos putih polos, termasuk daleman. Kubawa semua ke kamar mandi.
Ga sampai 5 menit, aku sudah keluar kamar mandi, aku berjalan pelan, menatap wanita ditempat tidurku, berharap dia tak terbangun akibat aktivitasku. Saat menuju pintu, aku terusik dengan piring disamping tempat tidurnya..
Hanya 3 suap, tadi.. Vina tidak menghabiskan makanannya karena aku.. Karena kemarahanku.. Tapi sepertinya vina suka dengan steaknya.. Sedikit timbul rasa senang, kesal, sesih, marah, dan kecewa dalam hatiku. Senang, karena dia menyukai masakanku, hah.. Andai tadi aku bisa lebih menahan diri.. Mungkin saat ini vina bisa tidur dengan lelap dan kenyang..
Sudahlah.. Aku akan coba mengontrol emosiku lebih baik besok. Kuangkat piring steak dan membawanya keluar. Masih pelan-pelan. Karena aku ga mau mengganggu istirahatanya.
Klek
Pintu sudah kututup kembali. Badanku terasa sangat lelah, selesai mandi, tubuhku juga seperti minta beristirahat. Apalagi, kemarin aku juga ga bisa tidur!
Ku rebahkan badanku dikursi santai menghadap ke jendela. Kali ini aku tidak mematikan lampu. Walaupun efeknya, cahaya kelap kelip lampu kota tak terlihat seindah aku mematikan lampu. Tapi, lebih baik daripada aku menjadi terbawa perasaan dan aku takut melakukan yang tidak-tidak pada vina.
Tak berapa lama.. Rasa kantukku membuat Mataku semakin berat, dan akupun tertidur..
Ehmmm. Kututup mataku dengan lengan untuk menutup silaunya cahaya mentari pagi.. Yah, sudah pagi..
"hah?!"
Refleks aku duduk tegak dikursi santaiku.. Menatap langsung ke arah jendela yang sudah terang.
Aku langsung berdiri, melihat handphone diatas meja, betapa kagetnya aku!!! Sekarang sudah jam delapan pagi!!!
Aku kesiangan sampai jam segini merupakan kali pertama dalam hidupku. bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan terlebih dahulu..
Diseberang sana malam tadi..
(ketika menerima pesan singkat)
*Metha..
"hahhh...", metha menghela napas..
"kenapa yang?", Aldi suami metha bertanya melihat tingkah metha
"ini loh yang, boss ku.."
"bosmu yang dingin itu?"
"ho-oh.. Aneh banget 2 hari ini!!! Malah 2 hari lalu, dia ketiduran di mobil, trus nangis-nangis sambil memegang tanganku, manggil-manggil kak doni.. Kak doni...!!! Dan hari ini, dia juga aneh, yang.. Masa ga mau ketemu james besok! Padahal dia sendiri yang ngebet minta aku buat jadwal ama james. Hampir tiap hari aku di teror kapan james dateng! Haaah", metha menghela napas.
"udah biarin aja sih, yang.. Urusan orang kaya! Aku udah ngantuk nih.. Bobo yuk!!", ajak Aldi
"aku juga ngantuk.. Yuk!", mereka pun berjalan menuju kamar tidurnya
*dinda
Hanya menatap aneh pada pesan yang masuk ke handphonenya. Dia tidak habis pikir, Bu Vina yang dulu marah-marah sampai tega memotong 30% gajinya sebulan karena harus izin 1 hari, ini mengizinkannya untuk lebih dari 3 hari ga masuk! Padahal alasan izinnya sama.
Tapi kemudian, ada senyuman dibibirnya.. Syukurlah, kalau begini aku yakin tak akan dipecat!
"alhamdulillah!!", rasa syukur pun dia panjatkan..
Dari sore dia memang sudah panik kalau harus dipecat, tapi mau bagaimana lagi, Ibunya sakit dan ga mungkin dia ga ke tasik. Hatinya pun kini sangat tenang setelah membaca pesan singkat dari bu Vina.
*uncle Farhan
Hanya tersenyum melihat pesan masuk dari Vina. Ponakannya yang satu ini memang tidak berubah, pikirnya! Semaunya dan jutek.
*mommy
Butiran air mengalir dari kedua sisi matanya.. Hatinya sangat tenang dan bahagia saat ini. Anak semata wayangnya, mengatakan "aku sayang mommy",
Kata-kata yang belum pernah didengarnya sejak dulu dan sangat dirindukannya.. Ingin rasanya membalas pesan dan mengatakan bahwa mom sayang vina juga, tapi diurungkan niatnya.
Dia berencana untuk menemui Vina besok dan memeluknya langsung..
*fredy
(dikediaman Anwar Pranata)
"pak Rangga mengirimi saya pesan, pak!", Fredi menyerahkan handphonenya kepada Anwar supaya beliau bisa membacanya secara langsung.
"lakukan apa yang dia perintahkan!", anwar menyerahkan kembali handphone kepada Fredy setelah membacanya.
"baik, pak.", Fredypun langsung mengetik balasan pesan kepada Rangga.
*airin
"kenapa ketawa-ketawa sendiri, bun?", Sandy duduk pas disebelah Airin, tangannya mengambil remote dan mengganti siaran televisi.
"iniloh, adek iparmu, absurb banget! Hihi.. Untung tadi kamu telepon aku di waktu yang pas", airin masih cekikikan melihat pesan Rangga dan mengingat kejadian hari ini.
"semoga saja rencana kita berhasil!", kali ini Sandy meletakkan tangan kanannya melingkari bahu Airin.
"semoga saja.. Aku sudah mengecek latar belakang vina. Sepertinya tidak ada masalah dengan mereka berdua. Ku harap, Rangga bisa cepat melupakan Cindy!", Airin menempelkan kepalanya dibahu Sandy, dan mereka kembali asyik menyaksikan televisi.
"cinta tumbuh karena terbiasa!", Sandy mencium dahi Airin.