"Ingatlah siapa dirimu sebenarnya, Sean. Kau bukan dari kaum manusia ataupun vampir. Meskipun kamu memang memiliki kelebihan untuk bisa menjadi bangsa mereka. Tapi, ingatlah satu hal bahwa setelah malam bulan purnama tiba kamu akan menjadi iblis selamanya dan kamu tidak bisa melangkahi takdir hidupmu, nak," ucap Lucifer, dan langsung duduk di atas singgasananya dalam sekejap mata.
"Tapi, kenapa?! Kenapa kau melakukan semua itu pada diriku? Jika aku bisa memilih maka aku akan memilih tidak akan pernah dilahirkan sebelumnya! Dan aku minta kepada Raja Lucifer terhormat agar bisa mencabut semua kesialan ini dari tubuhku, karena aku ingin menjadi seorang vampir seperti sebelumnya. Bahkan aku masih memiliki turunan darah dari vampir dalam tubuhku sekarang." Sean Kingston berkata dengan kasar sampai dia menatap dengan tatapan tajam.
Lucifer tidak menjawab melainkan hanya tersenyum saat itu, namun Sean begitu kesal hingga kekesalannya itu kini membuat Sean berlari dengan cepat kearah Lucifer, dan berniat untuk menghadapinya. Namun, sialnya Sean belum sempat ia menyentuh satu jariku dari Lucifer membuatnya dirinya terpental jauh hingga darah segar keluar dari mulutnya.
"Aku sudah peringatkan kepadamu bahwa kamu ditakdirkan untuk menjadi seorang iblis bukan untuk menjadi seorang pecundang seperti diluar sana, bahkan tahta kerajaan iblis saja sampai sekarang tidak bisa kamu kuasai, dan Jacob yang memegang kendali. Apa itu namanya perkasa, Sean? Jikapun kamu memilih untuk tetap bertahan dengan keadaan yang sekarang maka aku pastikan kamu akan membuat semua orang di dekatmu binasa. Jadi, pikirkan baik-baik semua pilihan yang aku berikan. Hanya dua kamu bisa memilih cinta ataupun kematian, karena memang hanya itu dua pilihan yang berada dalam genggaman mu." Lucifer berkata dengan serius hingga membuat angin besar seperti angin topan sedang menghantam. Ketika suara Lucifer bersatu dengan angin hingga membuat Sean dan juga Helena berpegang erat dengan beton besi milik kerajaan iblis.
Sean mengumpat dalam hatinya, ia bahkan memaki Lucifer denhan sadis, namun Sean tidak tahu jika kekuatan Lucifer yang besar itu mampu membuat suara hati orang seperti suara gendang besar pada dirinya, dan membuat Sean harus kembali melayang karena tepisan kecil yang dibuat oleh Lucifer.
Setelah itu Lucifer menghilang hingga angin kencang itu juga ikut hilang. Helena langsung berlari kearah Sean, dengan penuh khawatir Helena memegang erat pergelangan tangannya Sean sembari bertanya. "Kamu baik-baik saja?"
Sean langsung menepisnya dengan keras, dan menjawab. "Jangan pedulikan aku!"
Sean pun berlari untuk kembali ke dunia manusia. Ia ingin melampiaskan kekesalannya itu di dunia manusia, dan juga ia ingin bertemu dengan Quiena. Namun, di saat dalam perjalanan tiba-tiba saja Helena diam-diam mengikuti arah jalannya Sean. Hingga membuat Helena dapat melihat rumah yang selama ini Sean tempati.
Akan tetapi, tanpa Helena sadari Sean juga tahu dengan kedatangannya yang tidak diundang, hal itu disebabkan oleh penciuman Sean yang masih sangat kuat. Apalagi darah bangsa vampir juga ikut menyatu dalam dirinya meskipun kini ia tidak bisa mengendalikan diri di saat dia ingin berubah menjadi vampir ataupun iblis. Hingga tubuhnya lebih kuat dikuasai oleh kekuatan iblis karena ia masih belum bisa mengendalikan diri.
"Kau datang ke tempatku tanpa diundang, jadi kamu ingin melawanku sekarang, Helena," ucap Sean sembari mengelilingi wanita itu dengan cepat.
"Aku datang kesini baik-baik. Jadi, tolong sambut aku juga dengan baik-baik. Sean, kita adalah jodoh jadi persilahkan aku untuk masuk ke dalam rumahmu," sahut Helena yang masih berdiri dengan tenang meskipun Sean sudah memperlihatkan taring giginya.
"Untuk apa kamu datang jika hanya ingin menjadi pengacau! Pergilah dari sini atau aku akan menghabis mu!" Sean tidak memberikan ancaman, juga tidak membuat takut, namun benar-benar aku menerkam Helena.
Tapi, Helena juga bukan iblis wanita yang bodoh. Dia bahkan tahu caranya melawan musuh. Hingga membuat dia lepas dari lingkaran yang dibuat oleh Sean tadi. Dan dalam sekali tipuan Helena menghilang dari sana tanpa jejak bahkan tak ada lagi aroma tubuh iblis Helena di sana.
Dengan cepat Sean pulang untuk segera menghampiri Emanuel, akan tetapi saat itu Emanuel sedang bertapa di sebuah ruangan khusus hingga membuat Sean kesulitan untuk masuk ke dalam sana. Dan pertapaan itu biasanya memakan waktu hampir satu hari, dan tentu saja membuat Sean tidak bisa menunggu lama. Meskipun Sean tahu, Emanuel bertapa juga menemukan solusi dari setiap permasalahan ini. Namun, bagi Sean kini hidup Quiena lebih penting daripada apapun.
Menatap Emanuel dengan kesal, hingga akhirnya Sean memilih untuk bertemu langsung dengan Quiena meskipun Sean tahu ia begitu rindu, namun dengan sengaja ia ingin terlihat dingin dan berhati batu.
Tiba di depan pintu kamar, dan masih terlihat Quiena yang sudah tidak lagi menangis melainkan melamun di depan jendela yang terbuka sambil ditemani oleh Squby dengan setia. Sean melihat istrinya itu dengan penuh kasih.
"Maafkan aku, Quiena. Aku harus membawamu pergi sekarang, dan nanti Emanuel akan datang menemani mu. Semoga saja Helena tidak melihat dirimu, karena aku takut dia akan menjadikan kamu sebagai ancaman," gumam Sean sambil melangkah perlahan masuk ke dalam kamar istrinya.
Suara langkah kaki itu terdengar hingga membuat Quiena berpaling menatap kearah Sean. Saat itu, raut wajah Quiena tersenyum gembira ketika melihat Sean kembali masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu langsung berlari dengan cepat ke dalam pelukan Sean. Sambil mengusap kepala Sean dengan penuh cinta tanpa lupa mengecupnya.
"Aku tahu kamu akan datang untukku, Sean." Quiena masih terus memeluk suaminya itu dengan erat, namun ia sedikit kecewa ketika pelukannya tidak terbalaskan.
"Ayo kita pergi karena di sini tidak aman. Nanti Emanuel akan menyusul mu," ucap Sean dengan raut wajah yang datar sambil menarik tubuh Quiena menjauh darinya.
Quiena menatap dengan rasa yang tidak percaya, wanita itu bahkan tidak tahu di saat melihat sikap Sean berubah. Ia langsung menggelengkan kepalanya sambil berbalik badan, dan berkata. "Untuk apa kita harus pergi? Aku sudah nyaman dengan rumah ini."
"Kamu harus pergi, dan jangan membantah. Segera bereskan barang mu, dan pergi. Squby dan Emanuel akan ikut denganmu."
Melihat sikap Sean yang selalu seenaknya itu membuat Quiena benar-benar tidak sanggup lagi menahannya. Ia pun membalikkan badannya, dan langsung menatap tajam wajah Sean dalam tangisannya.
"Aku pikir setelah kita menikah kamu akan memperlakukan aku dengan baik, namun nyatanya kamu hanya bersikap manis setelah kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Bahkan kamu selalu saja egois dan tidak pernah memikirkan perasaanku! Dulu, kamu menculik ku-"