webnovel

Pesan Raka

Roni kemudian berpamitan karena harus melihat stok di gudang yang lain. Setidaknya ia sudah lega bisa mendapatkan nomor telepon Laila.

Saat kembali ke rumah nya, Roni sudah beberapa kali menghubungi Laila. Ia tidak ingin melewatkan waktunya untuk tidak berkomunikasi dengan Laila.

Roni menceritakan tentang Laila kepada ibunya. Sarni senang akhirnya Roni menemukan tambatan hati. Setidaknya Roni bisa senang karena tidak lagi terjerat dengan Mosa, meskipun sebentar lagi akan resmi bercerai dengan Mosa.

Sarni sudah tidak lagi peduli dengan Mosa. Bahkan bagi Sarni, ia tidak pernah memiliki menantu Mosa. Ia mendukung Roni jika memiliki istri yang lebih cantik daripada Mosa.

Sementara itu, Mosa di rumahnya sedang mengerjakan tugas. Hari ini hari libur jadi ia hanya ingin menghabiskan waktu di rumah.

Mosa memikirkan alasan jika nantinya ada yang mengetahui perihal perceraiannya yang usia pernikahannya masih kurang 2 bulan.

Bukan Mosa menyesal, tetapi ia tidak ingin membicarakan keburukan Roni kepada banyak orang, meskipun Roni sudah berlaku kasar kepadanya. Meskipun bukan fisik tetapi batin.

Mosa masih ingin menjaga nama baik Roni, ia tidak ingin menganggap bahwa ia salah mengambil langkah ketika menikah. Baginya membicarakan sesuatu yang buruk itu akan kembali kepadanya juga.

Mosa hanya ingin bercerita kepada orang-orang yang ia percaya seperti ibunya, temannya yaitu Raisa.

Kepada kepala sekolah pun karena urusan pekerjaan, dan ia pun meminta tetap merahasiakan dari siapa pun.

Mosa jadi kurang fokus mengerjakan tugasnya. Akhirnya ia mengalihkan menjadi melihat drama Korea terbaru. Mosa memang menyukai drama Korea sejak kuliah. Awalnya dulu ia tidak Menyukainya, tetapi karena sering diajak teman kuliahnya untuk mengusir kesuntukan, akhirnya Mosa juga mulai menyukai sampai sekarang.

Hari ini Mina ke pasar, ia sengaja tidak sengaja Mosa karena Mosa sedang ingin berada di rumah. Ia memaklumi Mosa, karena saat ini pasti anaknya banyak fikiran.

Sebenarnya Mina juga sedih melihat Mosa banyak fikiran tetapi baginya hal itu adalah terbaik daripada harus melihat Mosa tersiksa di rumah suaminya.

Mina tidak menceritakan kepada keluarganya atau siapa pun. Beberapa hari yang lalu sempat ada tetangga yang bertanya kepadanya kenapa Mosa di rumah, bukankah Mosa sudah menikah. Mina tidak menjawab detail.

Mina hanya mengatakan jika Mosa sedang ingin berada di rumah. Mina tidak ingin mengumbar masalah keluarganya kepada orang. Karena belum tentu orang yang ia ceritakan akan mampu untuk tidak menceritakan lagi kepada orang lain. Terlebih jika ada orang yang tidak menyukainya. Tentu makin banyak makian dan ucapan yang tidak mengenakkan hati.

Beberapa hari kemudian Mosa dan Roni kembali mendapatkan panggilan untuk sidang kedua. Mosa sudah meminta adiknya untuk pulang sebagai saksi di pengadilan.

Mosa sudah memberikan pengarahan kepada adiknya, yaitu Raka saat nantinya akan dimintai kesaksian. Mina juga menyimaknya agar satu suara saat di pengadilan nanti.

Raka sebenarnya kasihan dengan yang dialami kakaknya. Betapa tidak sekitar 1 bulan yang lalu ia pulang untuk pernikahan kakaknya, saat ini ia pulang untuk perceraiannya.

Meskipun demikian Raka mendoakan untuk kebaikan kakaknya. Jika itu memang yang terbaik untuk dijalani, ia berharap kakaknya akan menemukan jodoh yang terbaik.

Raka memang jarang di rumah karena ia sudah berada di pondok pesantren sejak masih di bangku SMP sampai sekarang ia sudah kelas 3 SMA.

Raka dan Mosa dari dulu akur, tidak pernah terlihat bertengkar. Mereka selalu saling mendukung jika itu memang baik untuk semuanya.

"Mbak, ini besok mau berangkat jam berapa?" tanya Raka.

"Kita berangkat jam 7, nanti biar dapat urutan awal, biar cepat selesai,'' sahut Mosa sembari menyelesaikan tugasnya.

"Oh iya. Semoga saja besok lancar, Mbak. Biar saja Mas Roni seperti itu. Yakin saja perbuatan buruk pasti akan ada balasannya sendiri, Mbak nggak perlu membalas," tutur Raka.

"Iya, Ka. Mbak ngerti kok. Yang penting saat ini Mbak cuma ingin berpisah saja. Kalau Mas Roni mau menikah lagi itu terserah saja,'' sahut Mosa.

Esok harinya Mosa, Mina dan Raka sudah sampai di pengadilan. Mosa mengambil nomor antrian. Di sana sudah cukup banyak orang. Mosa meminta Mina dan Raka untuk mengisi lembar saksi.

Sekitar 1 jam mereka menunggu, akhirnya Mosa dipersilakan untuk masuk. Beberapa saat Mosa di dalam kemudian Mina dan Raka juga diminta masuk.

Mina dan Raka dimintai keterangan sebagai saksi. Beberapa pertanyaan diberikan kepada keduanya dan mereka menjawab dengan sejujurnya mereka tahu.

Setelah dirasa cukup Mina dan Raka dipersilakan untuk keluar. Mosa masih di dalam untuk melanjutkan proses.

Beberapa saat kemudian Mosa keluar dan memberitahukan jika Mosa dan Roni sudah ketuk palu.

Mosa begitu lega mendapati dirinya dan Roni sudah resmi bercerai. Hal ini cukup cepat karena salah satu dari mereka tidak hadir. Mosa diminta untuk menunggu beberapa hari sebelum surat cerainya turun.

Sementara itu di tempat lain, Roni sering menghubungi Laila untuk sekedar bertanya kabar dan basa basi. Karena Roni memang ingin lebih dekat dengan Laila.

Saat menyinggung soal pernikahan rupanya Laila sepertinya juga ingin menikah kembali. Hal itu lantas membuat Roni menjadi semangat untuk terus mendekati Laila.

Sarni juga setuju dengan Roni jika memang Laila adalah perempuan yang cantik yang bisa dipamerkan kepada tetangga dan keluarganya.

Saat Roni baru saja sholat magrib, ia kembali ingin menghubungi Laila.

Panggilan terhubung.

"Halo, Laila, kamu lagi ngapain?"

"Ini, Mas. Baru pulang kerja. Jadi istirahat saja,"

"Oh sampai malam kerjanya, ya?"

"Iya. Karena banyak pekerjaan hari ini. Jadi ya harus ekstra juga,"

"Kalau aku punya istri sih mending di rumah saja. Kan kasihan kalau harus bekerja apalagi sampai malam begini,"

"Yah, namanya juga single, Mas. Tapi aku juga senang karena bisa dapat uang. Kalau aku nggak kerja siapa yang mau kasih uang aku,"

"Kalau kamu jadi istriku aku akan beri kamu uang semau kamu tanpa harus bekerja,"

"Yah mana mungkin, Mas. Aku hanya seorang pegawai kasar. Sedangkan Mas adalah pengusaha mana mungkin kita cocok,"

"Kenapa tidak. Aku sejak bertemu dengan kamu juga sudah suka sama kamu. Kalau memang kamu suka sama aku katakan saja, aku serius nggak mungkin main-main. Umur sudah banyak, nggak saatnya lagi cuma main-main,"

"Iya juga sih. Tapi apa benar Mas suka sama aku. Aku hanya anak desa Mas. Kalau dibandingkan Mas yang orang kota tentu aku nggak pintar,"

"Yang penting kamu mau saja dulu. Untuk urusan yang lain-lain kita bicarakan lebih lanjut. Kamu mau nggak menikah sama aku?"

"Em, kalau menikah aku akan tinggal dimana?"

"Yah di rumahku lah. Tentunya kamu akan aku jamin tidak akan kepanasan dan kelelahan karena kamu akan jadi ratu di rumahku,"

"Tapi kamu serius kan, Mas?"

"Iya. Serius lah. Sekarang bagaimana pertanyaan ku?"

"Aku mau, cuma aku nggak butuh waktu banyak. Bulan depan kamu segera menikahi aku lalu bawa aku ke rumah mu itu,"

"Iya, pasti. Aku usahakan tidak lama lagi aku akan melamar kamu Laila. Terima kasih kamu sudah mau menerima aku,"

Panggilan terputus.

Roni sangat senang mendapati Laila menerima lamarannya melalui telepon. Ia sebenarnya masih menunggu akta cerai untuk bisa menikah lagi dengan Laila.

Tetapi prosesnya yang Roni jalani juga belum menikah, masih akan melamar meskipun selanjutnya bisa sambil menunggu akta cerainya.

Beberapa hari kemudian Roni menerima kiriman paket. Ia membuka ternyata adalah akta cerai. Benar saja, prosesnya begitu cepat karena Roni tidak turut dalam mediasi. Roni memiliki kesempatan yang besar dan bebas karena sudah menjadi duda.

Roni juga sudah menyampaikan keinginannya kepada orangtuanya. Sarni sangat menyetujui Roni, hanya saja yang menjadi masalah adalah Karno.

"Kamu kalau bisa cari yang gadis saja, Ron," tutur Karno.

"Pak, sudahlah. Jangan mengatur Roni lagi. Kemarin juga sudah gagal. Biarlah Roni memilih sendiri pasangannya," sahut Sarni.

"Yah coba difikirkan lagi, Ron. Kalau memang kamu sudah mantep ya sudah Bapak setuju saja," saran Karno.