webnovel

AUTUMN LOVE

||On Going|| Kisah cinta rumit antara seorang artis cantik dan seorang mafia yang kejam. Mereka dipertemukan kembali setelah belasan tahun berpisah. Tapi perasaan dendam yang tersimpan membuat keduanya menyangkal pernah berteman sejak kecil.

ZN_Diamondz · 青春言情
分數不夠
11 Chs

1

14 tahun kemudian...

_____〖Łee Sΐa〗℘Ø✓_____

"Sia! 5 menit lagi"

"Baiklah"

Aku menghembuskan napas sampai akhirnya aku mulai naik ke atas panggung. Aku yang tadinya memasang raut gugup, langsung berubah tersenyum sambil melambai ke depan.

"Annyeong yeorubun!" Seketika suara heboh dari penonton terdengar riuh memanggil nama Lee Sia.

Aku mendekatkan mixrofon di dekat mulut dan aku pun memamerkan suara indah ku pada seluruh orang yang sedang menyaksikan.

✿۝✿

Backstage...

"Ah, cape" Aku merebahkan diri di atas sofa setelah membawakan dua lagu sekaligus.

"Minumlah"

Aku menerima air putih yang diberikan dan langsung meneguknya.

"Ini adalah penampilan terakhirmu sampai single baru diumumkan. Apa kau sudah berencana liburan? Bagaimana kalau kali ini kita ke Loyia? Di sana ada villa yang bagus"

Manajer Yeong terlihat antusias.

"Aku sudah punya rencana."

✿۝✿

Sebuah mobil sedan hitam berhenti penanda tujuannya sudah sampai. Aku mendorong koper berwarna jambon ke dalam sebuah rumah tanpa penghuni di belakang ku, manajer Yeong tampak menemani.

"Mengapa rumah ini begitu sepi?"

"Rumah ini sudah lama tak berpenghuni"

"Seharusnya kita berlibur ke luar negeri. Selera mu buruk sekali Sia" Manajer Yeong masih memandangi isi rumah.

"Aku lahir disini, lagipula saudaraku menyuruhku kemari"

"Lalu dimana dia"

"Karena sudah malam, dia menyuruhku untuk tinggal sebentar. Besok dia akan menjemput ku" Aku menjelaskan pada Manajer Yeong.

"Kenapa kita tak langsung ke rumahnya? Kalo gini tambah repot jadinya" Wanita yg lebih tua 4 tahun dariku itu melepas dan membersihkan kacamatanya.

Aku mengedikkan bahu. "Dia tak memberitahu alamatnya, pokoknya dia menyuruhku menunggu dan besok dia akan menjemput ku" Aku mulai berjalan menaiki tangga dengan membawa koper yang berat.

"Kalau begitu aku akan kembali ke Newhylen't. Kalau butuh sesuatu, telpon saja aku" Manajer Yeong tampak kembali memakai kacamata kesayangannya.

"Ok, akan ku telpon kau nanti untuk menyiapkan makan malam ku"

"Sia, kau tau kan perjalanan dari Newhylen't ke Blacerose memakan waktu 2 jam" Manajer Yeong menatapku datar.

"Aku hanya bercanda. Pergilah" Perintahku. Aku pun menuju lantai dua dan memasuki salah satu kamar yang adalah kamar utama.

klek,

Pintunya terbuka. Setelah masuk, aku langsung kembali merasakan kehangatan yang selama ini ku rindukan.

"Aku pulang, Ayah" Senyuman terukir di wajahku dan tak ku sadari, setetes air mataku jatuh.

Aku merebahkan diri di atas ranjang yang begitu besar. Setelah membersihkan diri dan makan makanan instan, aku pun tidur. Sebenarnya makan makanan instan tidak dibolehkan oleh manajer Yeong, tapi aku tak punya pilihan lain karena tak ada satu pun makanan yang bisa di masak disini. Atau aku yang malas membelinya? Tidak, aku kelelahan dan tak sanggup pergi berbelanja ke luar.

Lemari di samping tempat tidur terlihat kosong. Aku belum memasukkan baju ke sana. Sebenarnya itu tak perlu, mengingat aku besok akan pergi dan tinggal sementara di rumah sepupuku.

Aku penasaran, kenapa dia menyuruhku kemari? Dulu saat aku ingin pulang kemari, dia terus mencegahku. Tapi sekarang malah memintaku menemuinyA. Katanya ada urusan mendesak, tapi apa? Yang lebih anehnya lagi, dia bahkan tak memberitahuku alamatnya.

Ah sudahlah, kenapa aku harus pusing memikirkan hal itu? Yang penting aku bisa pulang kesini sekarang dan bertemu orang yang selama ini ku rindukan.

Aku menutup mata. Sepi sekali, aku hanya mendengar suara jarum jam berdetak dan suara serangga di belakang rumah. Ya, di belakang rumah ini ada hutannya.

Aku mengubah posisi tidur beberapa kali hingga akhirnya menemukan posisi yang enak.

Seperti suara orang berjalan. Ah, kenapa aku jadi parno gini? Cepat tidur dan besok aku akan berangkat pagi-pagi sekali.

Bruukk...

Sontak aku terbangun dan duduk. Suara itu, aku tak salah dengar bukan? Suara seperti benda terjatuh. Apakah itu hantu yang sering ku lihat di film? Ayolah, berpikir positif, itu hanyalah kucing, okeh?

Tap... Tap... Tap...

Apakah kucing yang menjatuhkan barang tadi memakai sepatu? Aku hanya mencoba berpikir positif.

"Hahaha, lucu sekali. Tak ada suara langkah kaki kucing seperti itu" Aku berbisik pada diri sendiri.

Lalu itu siapa? Suara langkah kaki itu semakin mendekati kamarku.

Siapa itu? Tidak. Ide buruk untuk bertanya. Dia akan tau keberadaan ku. Mencari tahu? Tidak juga. Aku terlalu takut untuk keluar.

Aku mengendap-endap menuju meja nakas dan mengambil vas keramik kecil yang tak berisikan bunga. Setelah itu, aku mulai berjalan pelan ke belakang pintu. Tangan kanan vas, dan tangan kiri ponsel.

Aku sudah siap! Dan saat si hantu itu membuka pintu dan mengejutkanku, dia akan malu karena yang di kejutkan tak berada di atas tempat tidur. Tunggu dulu, pemikiran macam apa itu? konyol sekali. Bagaimana kalau sebenarnya itu bukan hantu melainkan manusia yang hendak merampok? Keduanya sama menakutkan.

Suara langkah kaki itu semakin mendekat. Nafasku tersengal. Baiklah, saatnya menelpon bantuan.

Aku mulai mengetik nomor polisi dan waktunya benar-benar tidak tepat. Gagang pintu ditarik ke bawah. Seseorang mencoba masuk.

Aku mematikan ponsel dan memegang vas dengan kedua tangan. Aku akan memukul siapapun yang masuk. Tapi kenapa tanganku gemetaran?

Klek, Pintu terbuka perlahan. Seseorang berhasil masuk dan tak membutuhkan waktu lama, aku langsung memukuli kepalanya dan vas itu pecah berkeping-keping setelah terjatuh ke tanah.

Priiingg...

"Aakh!" Jerit orang itu yang sudah terkapar di lantai. Ia mengeluarkan darah.

Aku terdiam di tempat.

Ayo sadarlah Sia, dia orang yang tak dikenal dan dia juga seorang pria. Jika ia bangun kau bisa saja dipukuli olehnya. Jadi larilah dan cari bantuan!

Aku mengikuti kata hati dan mulai berlari keluar.

Aku takut, dan jantungku berdetak kencang seakan ingin keluar dari tubuhku. Aku berlari sambil menghidupkan ponsel dan aku berhasil menelpon polisi. Ku letakkan ponsel di telinga.

"Halo? Ada yang bisa dibantu?" Suaranya terdengar dari ponsel.

"Ya, aku... Aaaakkkh!"

Aku terjatuh dari tangga, tubuhku ambruk di lantai dasar. Rasa nyeri langsung menyerang tubuhku. Seseorang sepertinya sengaja mendorongku jatuh.

Aku mencoba merangkak, di tengah sakitnya punggung, kaki dan... Kepalaku. Kepalaku berdenyut. Sepertinya aku membentur anak tangga dan menyebabkan sakit di dahi. Bukan hanya sakit, aku terluka. Aku mengusap dahi ku dan yang ku temukan adalah darah.

Aku kesakitan, siapapun tolong aku. Aku gak sanggup untuk bangun. Bergerak membuatku semakin kesakitan.

Tap... Tap... Tap...

Seseorang datang. Aku menatap sepatu hitam mengkilap yang di pakainya berjalan ke arahku.

"Tolong" Ucapku lirih.

Dia menunduk. Aku mendongak dan mencoba mengenali wajahnya namun tak bisa, pandanganku mulai mengabur. Tapi aku tahu dia adalah seorang pria.

"Siapa kau?" Dia berbicara padaku. Aku butuh pertolongan bukannya pertanyaan.

Ia mengangkat tangan kananku. Dia menggenggam erat tangan kananku sehingga aku menjatuhkan ponsel yang sedari tadi setia di genggaman ku.

Sakit sekali. Rasanya semua tulang ditangan ku remuk oleh cengkeraman yang diberikan pria itu. Mencoba melepaskan, aku malah semakin menderita karena tanpa ampun dia meremas tanganku.

Air mata yang sudah mengalir sedari tadi kini semakin deras. Aku mulai terisak. Pandanganku semakin mengabur. Aku memejamkan mata dan berharap rasa sakit ini segera menghilang.

.

.

.