webnovel

AUTUMN LOVE

||On Going|| Kisah cinta rumit antara seorang artis cantik dan seorang mafia yang kejam. Mereka dipertemukan kembali setelah belasan tahun berpisah. Tapi perasaan dendam yang tersimpan membuat keduanya menyangkal pernah berteman sejak kecil.

ZN_Diamondz · Teen
Not enough ratings
11 Chs

2

Aku membuka mata. Hal yang pertama kali ku rasakan adalah rasa sakit di kepala.

Ya ampun, semalam benar-benar mimpi buruk yang mengerikan dan sangat... Nyata?

Aku segera bangun dan mendapati seorang wanita muda dengan seragam pelayan menatapku sambil tersenyum. Siapa dia? Mengapa dia ada di kamarku? Bukan, ini bukan kamarku. Lalu dimana ini? Kepalaku berdenyut dan saat aku mengangkat tangan kananku, apa-apaan ini? Tanganku mati rasa. Ya aku ingat, seseorang yang tak ku kenal yang membuat tanganku menjadi seperti ini dan dapat di pastikan pasti ini di rumahnya. Apa ini sebuah penculikan? Kalau benar, aku harus segera pergi dari sini.

"Nona Sia, saya sudah memanggilkan dokter. Jadi Anda tak perlu khawatir. Sekarang anda harus mandi. Saya akan membantu anda." Ucap pelayan itu dan langsung mendekatiku.

Aku mencoba lagi mengerakkan jari-jari, tapi rasa sakit yang ku dapat. Kenapa nasibku seperti ini? Manajer Yeong pasti akan memarahiku.

"Siapa yang membawaku kemari?" Ucapku tegas pada pelayan itu.

"Anda akan tahu nanti, sekarang anda harus mandi" pelayan itu membantuku berdiri.

Baiklah, aku akan menuruti perkataannya. Setelah itu aku akan menemui orang yang membawaku ke sini. Berani sekali dia mencari masalah denganku.

"Apa yang kau lakukan?" Aku menghalang pelayan yang mencoba ikut masuk ke kamar mandi bersamaku.

"Saya hanya ingin membantu anda"

"Hah?! Aku bisa mandi sendiri. Bahkan hanya dengan satu tangan." Aku memperlihatkan tangan kiri tepat di depan muka si pelayan.

Ternyata, lebih sulit dari yang ku kira. Tapi aku berhasil mandi dan memakai pakaian.

Si pelayan tampak menyisiri rambut panjangku dan memberikan sedikit polesan di wajahku.

"Nona Sia, saya sangat mengidolakan anda." Ucap si pelayan dan aku tak mempedulikan kata-katanya.

Seorang dokter wanita paruh baya datang dan duduk di sebelahku.

"Kemarin aku hanya memberikan salep. Tapi sepertinya ini cukup parah. Tahan sebentar, ini mungkin akan sedikit sakit"

"Aakh"

Rasanya sakit sekali, apa dia ingin melumpuhkan salah satu sendiku? Tapi sekarang sudah lebih baik, aku sudah bisa mengepalkan tangan walau tak sepenuhnya karena sakitnya masih terasa.

Dokter itu memeriksa keningku lalu kembali menatap tangan kananku.

"Jangan mengangkat barang yang berat rehatkan tanganmu agar kau cepat sembuh" dokter wanita itu pergi setelah mengoles obat dan membalut pergelangan tangan kananku dengan perban.

Aku tahu satu hal yang lebih buruk dari tanganku yang patah. Itu adalah keningku. Keningku di jahit karena membentur anak tangga. Bagus sekali! Manajer Yeong akan sangat marah mengingat akan ada pemotretan beberapa hari lagi. Tapi aku tak yakin bisa menghadiri pemotretan itu mengingat aku sedang berada di mana dan apakah bisa keluar dari sini dengan selamat.

"Nona, sekarang ayo ke taman. Tuan sedang menunggu anda."

Baiklah, saatnya mencari tahu siapa orang yang telah melakukan ini padaku. Aku benar-benar tak sabar bertemu orang itu. Tapi seketika ketakutan menguasai ku.

_____

Rumput hijau yg begitu indah, Kolam untuk burung minum, dan di sana ada meja bundar dengan 2 kursi putih berukir bunga.

Ada seseorang duduk di sana. Dia sedang menyeruput kopinya. Pasti itu orangnya. Di belakangnya, seorang pria dengan rambut yang mulai beruban berdiri tegak mendampinginya.

Sang pelayan menyuruhku untuk menemui orang itu, sendirian. Aku menelan Saliva dan langsung berjalan ke sana.

Apa ini? Sesampainya aku di depannya, aku terkejut. Apakah seorang pangeran yang menculik ku? Dia tampan dan sangat keren. Tunggu dulu, apa aku lupa bahwa pria ini yang membuatku terluka? Tentu saja tidak.

Dia berhenti bicara dengan pria di belakangnya. Dia menopang kepala pada tangan kanannya dan menatap manik mataku.

Aku menatapnya dengan tatapan dingin. Dia sama halnya denganku. Tapi sepertinya dia lebih unggul dalam hal ini.

"Siapa kau? Mengapa kau membawaku kesini? Apa maumu? Mengapa kau melukaiku?!" Pertanyaan demi pertanyaan ku lempar padanya. Dan dia menyikapi datar.

"Duduklah, kita bicarakan dengan baik-baik" Dia mempersilahkan ku duduk.

Aku akhirnya duduk berhadapan dengannya. "Kau menyuruhku untuk bicara dengan baik-baik sedangkan kau membawaku ke sini dengan cara yang tidak baik"

"Aku minta maat soal itu" Pria itu mengubah posisi duduknya lebih sopan.

"Araso! Aku tau kau begitu mengidolakan ku, tapi bukan seperti ini caranya. Kalau kau tahu rumahku, kau kan bisa meminta langsung padaku. Dan pastinya dengan cara yang baik-baik."

Pria itu mengernyit. "... Apa maksudmu? Meminta apa?"

"Tentu saja tanda tangan dan foto bersamaku!" Aku naik pitam dibuatnya.

"Emm..." Pria itu menggaruk tengkuknya. "Sepertinya ada sedikit kesalahpahaman. Aku bukan penggemar mu dan aku membawamu ke sini untuk menanyai sesuatu"

Aku menyibakkan rambut ke belakang telinga. Bagaimana bisa aku bicara sok tahu. Benar-benar memalukan.

"Kau ingin bertanya soal apa?" Aku tak lagi menatap wajahnya.

"Rumah itu... Yang kau singgahi, mengapa kau di sana?" Pria itu meletakkan kedua sikunya di atas meja dan mendekatkan wajahnya. Dia seakan sangat ingin tahu jawaban dari ku.

"Apa maksudmu? Itu adalah rumahku. Wajar saja kalau aku pulang ke sana"

Pria ini bertanya hal yang sama sekali tak penting. Berikan aku kesempatan untuk bertanya juga. Siapa kau? Mengapa kau menculik ku? Apa motif mu hah?! Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku.

"Siapa kau?" Tampangnya berubah drastis. Dia memasang ekspresi dingin yang membuatku merinding.

"Apa kau tak mengenalku?" Aku menatap manik matanya serius.

"Emm, " Dia mencoba mengingat. "Apa kau cucunya pak Kwon? Atau rekannya Sae Ron?"

"Apa maksudmu?... " Aku berdiri dari duduk. "Aku! Aku adalah Lee Sia! Aktris sekaligus penyanyi terkenal!"

Aku menunjuk diriku dengan meletakkan tangan kanan di atas dada. Rasa sakitnya masih sangat terasa. Tapi ada masalah lain yang lebih serius. Pria ini tak mengenal diriku. Dia menjatuhkan harga diriku.

Dia menatap ku sejenak lalu beralih menatap tangan kananku yang terbalut perban. Ya! Seharusnya kau lihat ulah mu itu dan meminta maaflah padaku.

"Jadi kau seorang artis terkenal ya" Pria itu terlihat acuh tak acuh. "Makanlah, kita sudah terlalu banyak bicara." Dia mulai melahap makanan di piringnya.

Aku yang sudah duduk menatap makanan yang ada di depanku. Tampak lezat tapi aku kesal dengan pria aneh di depanku ini.

Ia sadar aku belum melahap makanan yang tersaji. "Apa yang kau tunggu? Makanlah."

Aku mulai mengambil sumpit dan bodohnya aku lupa tanganku sedang sekarat. Alhasil aku menjatuhkan sumpit tersebut.

Apa yang dilakukannya? Dia menarik kursinya dan duduk di sebelahku. Ia lalu mengambil makanan dan menyuapiku.

"Aku bisa makan sendiri" Ucapku datar. Walau sebenarnya jantungku sudah degdegan.

"Kau tahu dua hal yang ku benci dari manusia?... Yang pertama mereka yang tak tahu caranya berterima kasih dan mereka yang menolak pemberianku."

Jika bukan karena tatapannya yang begitu dingin, aku takkan melahap makanan yang di suapinya.

"Aku penasaran, aku tahu kau tak lagi tinggal di rumah itu karena ku lihat rumah itu sudah lama tak berpenghuni. Jadi, untuk apa kau kembali ke sana?"

"Aku hanya ingin mengunjungi paman dan sepupuku" aku berusaha menghindari tatapan matanya.

Tak ada respons darinya. Tapi akhirnya dia angkat bicara.

"Siapa kau sebenarnya? Lee Sia, atau Kim Se Na?"

Deg...

Pria ini bertanya dengan nada dan ekspresi dingin sontak aku menoleh padanya. Tapi bukan hal itu yang membuatku kaget melainkan...

Dia tahu namaku. Nama asliku!

Dia menatapku berbeda. Tatapannya mengerikan seperti dia ingin membunuhku sekarang juga.