Tong Jiumo kemudian makan hasil masakan anaknya, lalu membuat keningnya agak berkerut. Mo Lisi yang juga menyadari perubahan ekspresi ibunya, kemudian dengan hati-hati dia bertanya, "Mami, apakah masakanku tidak enak?"
Tong Jiumo dengan wajah serius lalu mengatakan, "Lele, apakah kamu tidak merasakan sesuatu? Kenapa, kenapa masakannya tidak sepenuh yang sebelumnya? Kenapa yang ini airnya menyusut?" tanyanya.
Dengan perasaan sedih dan bersalah Mo Lisi lalu menundukkan kepalanya, "Maafkan aku mami…" katanya.
Karena masakannya tidak seenak masakan Tong Lele, Mo Lisi khawatir jika ibu Tong Lele akan segera tahu bahwa dirinya bukanlah Tong Lele yang asli, "Maafkan aku mami! Apakah hari ini mami tidak jadi pergi ke gedung makanan? Apakah ada masalah yang terjadi?" tanyanya kemudian. Saat mengetahui bahwa ibunya akan pergi ke gedung makanan, dia juga langsung memeriksa bahwa ayahnya juga pergi kesitu. "Mami sedang ada perasaan dengan seseorang tidak?" tanyanya lagi.
Tong Jiumo berdiri dan berjalan untuk mengambil sebotol anggur merah, lalu menuangkannya ke gelas, kemudian bertanya pada anaknya, "Dengan siapa?"
"Dengan pria tampan! Beri tahu aku mami, apakah mami bertemu dengan seseorang atau tidak?" tanya Mo Lisi sambil mendesak ibunya.
Pria tampan? batin Tong Jiumo. Hari ini ketika pergi ke acara itu, sebenarnya dia bertemu dengan seorang pria. Tapi, pria itu merupakan pria yang tidak pernah ingin dia temui.
Masih tidak mau menyerah, Mo Lisi kemudian bertanya lagi, "Mami… aku ingin tahu!"
"Sudah Lele, mami mau tidur siang dulu!" kata Tong Jiumo setelah selesai minum anggur merahnya, kemudian dia meletakkan gelas anggur merah itu diatas meja, lalu berjalan masuk ke kamar. Disaat begini, tiba-tiba ponsel Mo Lisi berdering, dia melihat ponsel itu sebentar, lalu pergi ke balkon, dan berbicara dengan suara kecil, "Lele, apakah papi sudah kembali?" tanyanya.
"Sudah! Sekarang wajahnya terlihat sangat muram." jawab Tong Lele sambil mengunyah apel.
"Kalau begitu coba kamu tanya ke papi, apakah hari ini dia bertemu dengan mami atau tidak?" perintah Mo Lisi.
"Kenapa aku harus bertanya?" tanya Tong Lele, lalu setelah mendengar kata itu dia langsung menghentikan aktivitasnya yang sedang memakan buah apel, "Kamu bilang apa? Mami? Kamu bilang kalau mami bertemu papi? Apakah mereka saling kenal?" tanyanya.
Mo Lisi kemudian terlihat sedang menggeleng, "Tidak, mami tidak mengatakan apa-apa dan langsung pergi tidur siang." katanya.
"Aku beri tahu ya, mamiku itu terbiasa tidur siang, jadi kamu tidak boleh mengganggunya. Kamu mengerti? Dan lagi, papimu juga tidak layak untuk mamiku!" kata Tong Lele sambil mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Dia berpikir, bahwa pria yang begitu dingin dan pemarah seperti itu, sungguh tidak layak untuk maminya yang begitu cantik dan ramah. Lalu terdengar suara, kalau Mo Lisi hanya mengiyakan kata-katanya.
Mo Lisi tahu kalau ayahnya begitu buruk, bahkan dia sendiri juga tidak suka menjadi anaknya. Terlebih lagi jika dia berpikiran kalau ayahnya menjadi kekasih ibunya, membuatnya berharap kalau itu tidak mungkin, dan selamanya tidak akan pernah mungkin jika ayahnya akan menjadi kekasih ibunya Tong Lele.
"Sudah, tidak usah bicara lagi, soalnya aku mau fokus makan apel. Hmmm apel ini sangat enak, apel kecilku kenapa aku bisa begitu menyukaimu!" kata Tong Lele sambil melanjutkan makan dua apel kecil. Menurutnya apel itu begitu enak, sehingga dia begitu menyukai apel itu.
"Tentu saja karena aku suka makan apel, jadi papi menanamkan pohon apel di kebun rumah besar itu!" kata Mo Lisi mendengar suara Tong Lele yang sedang makan, dan tampak begitu menyukai apel tersebut.
Sambil tertawa kecil, Mo Lisi mengatakan bahwa begitu banyak pohon buah-buahan yang ditanam di gunung di belakang rumah besar tersebut. Lalu dia mengatakan juga, bahwa Tong Lele tak akan bisa memakannya lagi jika keluar dari situ. Dia seakan-akan sedang berusaha, untuk membujuk Tong Lele lewat makanan ringan. Dengan begitu, sementara waktu dia bisa memanfaatkan waktunya lebih lama lagi bersama Tong Jiumo...