webnovel

Another World I Be Here

Sihir? Itu suatu hal yang sangat hebat dan melebihi dari imajinasi setiap manusia. Akan tetapi, itu akan menjadi petaka bagi seorang manusia yang mengalami kecacatan berupa tidak memiliki energi sihir sedikit pun. Seorang pemuda yang memiliki kepribadian unik, mencoba bertahan hidup di dunia yang penuh sihir ini. Apakah dia akan menemukan apa yang ia cari selama ini, kehidupannya yang bermakna? seorang laki-laki yang berjuang dalam kehidupan pedihnya, membuatnya selalu melindungi orang-orang yang ia sayangi. Dirinya yang selalu percaya kepada rekannya akan membuat dunia yang luas ini terguncang hebat. Seorang anak laki-laki SMA kelas dua, memperjuangkan apa yang ingin ia lindungi. Cerita ini berisikan hal-hal manis dan bisa saja gula darah anda naik :v Pantau terus Cerita saya :v Btw ... Mau diterbitkan :v

SkyFanfare · 奇幻
分數不夠
55 Chs

Penaklukan Dungeon

Karena sudah siang dan waktunya untuk melaksanakan misi yang diemban oleh Sema dan Waka. Mereka berdua pergi ke tempat titik pertemuan untuk berkumpul dengan kesatria sihir yang lainnya.

Sema dan Waka berjalan menembus hutan kecil yang ada di sekitar wilayah Archdale. Titik pertemuan tersebut juga dekat dengan dungeon yang akan ditaklukan.

Sebelum Sema dan Waka pergi menuju dungeon. Hazama menjelaskan sedikit tentang dungeon bahwasanya barang siapa yang masuk ke dungeon. Orang tersebut tidak dapat keluar dan harus menyelesaikan dungeon mau bagaimana pun caranya.

Dengan peringatan seperti itu, Sema dan Waka hati-hati dalam setiap tindakan. Serigala kecil berambut putih yang kini mengikuti Sema tetap ikut. Entah kenapa, setiap Sema menjauhinya maka serigala kecil tersebut mengejarnya dan berdiam diri pundak Sema.

"Ngg ... ada orang."

Sahut Waka seraya berhenti berjalan lalu bersembunyi di balik pohon. Sema berjalan dengan pelan seraya menghampiri Waka yang sedang memperhatikan sesuatu.

"Ada apa?"

"Di depan sana ... ada dua orang yang mencurigakan."

"Coba lihat."

Sema maju selangkah seraya bertekuk lutut. Ia melihat dua laki-laki yang sedang mencari sesuatu di tanah. Yang satunya lagi sedang melihat-lihat daerah sekitar, sedangkan yang satunya lagi memetik hasil pohon.

Ketika pandangannya cukup jelas ketika memperhatikan dua orang tersebut cukup lama. Sema terkejut akan seorang pria yang memetik hasil pohon, apa yang ia petik adalah sayuran yang memiliki bau cukup menyengat.

Perlahan-lahan Sema keluar dari tempat persembunyian lalu berjalan ke arah dua orang tersebut. Waka mengikutinya dari belakang, ia memiliki alasan kuat untuk tidak menghentikan Sema.

Biasanya orang yang mencurigai suatu hal akan mempersiapkan senjatanya ketika menghampiri musuh. Akan tetapi, Sema berjalan dengan santai menuju dua pria tersebut.

"Permisi, apa yang sedang kalian berdua lakukan?"

Tanya Sema seraya menghampiri orang itu dari belakang yang sedang memetik sayuran tersebut. Ia menoleh akan suara dari Sema, lalu segera berdiri dengan kedua tangan yang cukup kotor oleh tanah.

Penampilan pria ini adalah rambut bagian belakang cukup panjang dan sebagian poni depannya berwarna putih. Memakai seragam berupa seorang Butler, ia juga mengenakan dua gelang berwarna hitam lalu menatap Sema dengan iris mata berwarna merah.

"Aku sedang memetik sayuran untuk dimasak di rumah nanti. Perkenalkan, namaku Haya Kousei, biasa dipanggil dengan Joker."

Pria berbadan tinggi ini memperkenalkan dirinya dengan senyuman kecil. Ketika ia berniat menyodorkan tangannya ke depan untuk bersalaman. Ia sadar bahwa tangannya kotor oleh tanah.

Dengan segera, ia mengambil sapu tangan pada saku sebelah kiri lalu membersihkan kedua telapak tangannya. Ia kembali menyodorkan tangannya, Sema pun bersalaman dengannya lalu memperkenalkan dirinya.

Haya mengerutkan dahinya lalu mencurigai Sema entah apa alasannya.

"Kau ini ... Jomblo ya?"

"Kenapa setiap orang yang bertemu denganku tahu bahwa aku ini Jomblo!?"

Kesal Sema, akan tetapi Haya menanggapinya dengan ekspresi yang bodo amat dan terlihat mengejek Sema dengan helaan napas. Sema melihat ke bawah yang saat ini terdapat kantong kertas yang berisi sayuran liar.

"Jangan-jangan sayuran ini ... "

"Yah ... itu jengkol. Enak loh jika disemur."

Ketika percakapan mereka berdua berlangsung tentang jengkol. Arion Heruja yang melihat ke daerah sekitar menoleh ke belakang dan terdapat dua orang yang kini bersama dengan Haya.

Karena penasaran, ia pun pergi ke tempatnya dari belakang lalu menyapa dua orang yang bersamanya. Mereka saling memperkenalkan diri masing-masing lalu mengetahui kesamaan mereka berempat. Yaitu pergi ke dungeon karena misi yang diberikan oleh Kaisar Sihir dan ditugaskan kepada Pemimpin faksi kesatria sihir.

"Baiklah, karena tujuan kita sama yaitu pergi ke dungeon. Ayo kita pergi."

Sahut Waka seraya memimpin rombongan kecil ini. Sema cukup kesal akan Haya yang berniat membawa jengkol ke dungeon yang akan ditaklukan.

"Kau serius mau membawa jengkol itu ke dungeon? Kenapa tidak dititipkan saja?"

Tanya Sema seraya menoleh ke samping kanan karena Haya ada di sampingnya. Haya menanggapi pertanyaan Sema dengan helaan napas lalu mencoba menjelaskannya sebentar seraya melakukan perjalanan ke dungeon.

"Barangku pernah dicuri ketika dititipkan. Karena itulah, aku tidak ingin kejadian itu terulang kembali."

"Memangnya apa yang kau titipkan?"

"Mantan."

"Kerad."

Percakapan mereka berdua terus berlangsung. Waka dan Arion pun saling bertukar informasi untuk keuntungan masing-masing. Karena setiap faksi kesatria sihir pun mengincar kekuatan hebat yang terkubur di dungeon.

Menurut cerita, setiap dungeon yang muncul biasanya di dalam dungeon itu sendiri terdapat Arch Gear, Spirit, dan alat sihir lainnya. Akan tetapi, setiap benda yang ada di dalamnya akan memilih sendiri pemiliknya. Karena itu, setiap penakluk dungeon mempunyai persentase 100% menjadi pemiliki jika dia sendiri yang menaklukannya.

Namun, untuk sekarang karena berjumlah sepuluh orang yang siap menaklukan dungeon. Maka persentase untuk mendapatkannya adalah satu berbanding sepuluh. Hal tersebut memiliki peluang yang kecil, namun cukup untuk memiliki peluang yang berjumlah sepuluh orang.

Ketika mereka berjalan dengan santai. Dari kejauhan terlihat ada banyak orang yang sudah berkumpul di dekat pintu gerbang dungeon. Tidak salah lagi, jumlahnya terdapat enam orang dan ditambah mereka berempat maka menjadi sepuluh orang.

"Hoi Waka! Ke sini!"

Seru seorang laki-laki yang bersama dengan seorang perempuan yang merupakan partnernya. Mereka berdua berasal dari faksi kesatria sihir Blue Howling. Apalagi mereka berdua merupakan sepasang Kakak beradik.

Waka menghampiri orang yang memanggil namanya. Sema berpamitan dengan Haya dan Arion, tanpa basa-basi ia mengikuti Waka dari belakang.

"Tak kusangka kalian berdua yang akan pergi. Mohon bantuannya."

"Ya, ngomong-ngomong ... siapa dia?"

Tanya si Kakak seraya menunjuk Sema yang berdiri di belakang sebelah samping kanan Waka. Sema memperkenalkan dirinya bahwa ia anggota baru dari Night Light. Tatapan yang cukup mengintimidasi, Sema terganggu dengan hal kecil tersebut apalagi sang Adik yang sedari tadi menebar pesona dengan senyuman kecilnya seraya mata sebelah kanan tertutup karena luka.

"Sem, kita pergi."

Sahut Haya yang bersama Arion dari belakang Sema dengan menggendong tas ringan untuk para petualang. Sema menoleh lalu menganggukkan kepala.

Yuri Enfield, itulah nama sang Adik. Reon Enfield, itulah nama sang Kakak. Mereka berempat pergi ke tempat masuk dungeon karena yang belum masuk ke dungeon berjumlah enam orang.

Haya dan Arion menunggu kedatangan mereka berempat. Ia pun mempersilahkan Night Light untuk masuk duluan, sedangkan Blue Howling dan Dark Rebellion akan menyusul.

Waka masuk terlebih dahulu ke pintu masuk dungeon yang terlihat seperti portal menuju dunia lain. Bagaikan pusaran angin yang tidak berujung. Sema menelan ludahnya dan ia cukup ketakutan jika kenapa-napa.

"Cepetan, lama amat."

Sahut Haya seraya menendang Sema dari belakang dengan kedua tangan yang masuk ke saku celana. Dark Rebellion pun masuk dengan santainya.Yuri dan Reon masuk dengan tangan yang saling bergandengan agar tidak terpisah.

* * * * * *

Perlahan-lahan Sema membuka kedua matanya yang tadinya tertutup. Ia mendapati dirinya seorang diri di tengah-tengah hutan kecil dengan serigala kecil yang ada di sampingnya.

"Ini di dalam dungeon? Tapi tidak ada bedanya."

Pikir Sema seraya melihat-lihat daerah sekitarnya. Serigala kecil yang ada di sampingnya pergi meninggalkan Sema karena menyadari sesuatu. Sema segera mengejarnya lalu melihat Haya sedang diganggu oleh serigala kecil yang tadi.

"Haya!?"

"Sem!?"

Serigala tersebut mencium bau jengkol dari kejauhan sehingga ia mengira bahwa orang yang membawa bau tersebut adalah Haya.

"Apa yang kau lakukan di sini sendirian? Heruja?"

"Tidak tahu, ketika sadar ... aku sudah ada di sini dengan jengkol yang kubawa."

Sahut Haya dengan wajah yang tenang sehingga ia tidak berbohong. Sema dapat menebak orang yang berbohong, kadang-kadang dia salah sangka karena menuduh orang sembarangan.

Akan tetapi beda lagi ceritanya jika yang bersangkutan adalah perempuan. Insting Jomblonya akan aktif sehingga dia dapat mengetahui kebohongan yang disembunyikan oleh perempuan.

Akan tetapi, kebiasaannya yang seperti itu ia hilangkan karena mengganggu privasi orang lain. Karena apa? Ia pernah melihat kancut ketua kelasnya yang ada di kolong meja sehingga dia kapok.

Mereka berdua pergi menelusuri tempat ini seraya mencari kesatria sihir yang lainnya. Akan tetapi itu tidak akan berguna, karena setiap dari kesatria sihir akan berlomba-lomba untuk menaklukan dungeon ini.

"Woi serigala, cari yang lain."

Sahut Haya yang kini berjalan di samping kanan Sema. Serigala yang berdiam diri di pundak Sema hanya menatap tajam lalu melompat ke atas kepala Haya.

Serigala kecil tersebut terlihat mengacak-acak tatanan rambut Haya yang sudah keren maksimal. Haya ingin sekali menyingkirkannya karena serigala kecil ini membuat darahnya mendidih.

"Sepertinya dia menyukaimu."

"Suka dari mana coba!?"

Kesal Haya, Sema menghampirinya lalu serigala kecil itu melompat ke atas kepala Sema dan ia terlihat puas setelah menganggu Haya.

"Serigala sialan, mau aku panggang sebagai makan malamku."

Kesal Haya dalam hatinya. Mereka berdua segera melakukan perjalanan mereka lalu melihat dua orang sedang duduk di atas batu. Dua orang itu adalah Waka dan Arion yang sedang mendiskusikan tentang dungeon ini.

"Waka! Heruja!"

Seru Sema dari kejauhan. Waka dan Arion langsung menoleh ke samping kiri mereka dan mendapati seorang Jomblo bersama dengan Haya sedang berjalan menghampiri mereka berdua.

"Kalian berdua juga selamat. Ayo pergi, aku ingin segera pulang."

Sahut Haya kepada mereka bertiga setelah berkumpul. Mereka bertiga menanggapinya dengan anggukan kepala lalu segera pergi dari tempat ini.

Waka yang memandu jalan menuju titik temu terakhir dari dungeon. Dungeon ini bagaikan hutan yang cukup lebat, namun titik tempat harta tersebut ada di mana? Waka bisa menganalisanya dengan cepat.

Harta dungeon ini ada di bawah tanah. Jika dungeon luas seperti ini bagaikan Angkor Wat yang dipenuhi pohon-pohon lebat maka jawabannya ada di dalam tanah.

Waka yang memandu jalan mereka bertiga menemukan reruntuhan dan terdapat gua yang cukup besar. Mereka bertiga cukup waspada jika ada monster yang tiba-tiba muncul.

Akan tetapi, Waka berdiri di depan mulut gua lalu merapal sihir yang memiliki kekuatan yang cukup hebat. Ia meningkatkan dan mengonsentrasikan bola sihir elemen listrik yang ada di tangan kanannya.

"Sihir Listrik: Electric Blow!"

Seru Waka seraya meluncurkan bola listrik dengan kecepatan yang hebat dan meledak di dalam gua. Guncangan cukup hebat terjadi dan mereka berempat menjauh dari dekat gua.

Perlahan-lahan serigala yang ada pundak Sema semakin erat dan hampir mencakar Sema. Aura dan keberadaan yang kuat muncul di dalam gua.

Sebuah semburan api muncul dari gua dan mereka berempat segera menyingkir dari laju semburan api. Ya, sesosok naga merah perlahan-lahan keluar dengan merangkak.

Sosok naga merah tersebut memiliki tanduk yang mencuat ke belakang lalu sisik-sisik kasar tersebut terlihat kuat. Karena itu, misi penaklukan dungeon dimulai dari sekarang.

*Groooaar!

To Be Continue ....