"My dearest star ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
AGAK aneh, tapi sungguhan terjadi. Dan Apo sulit percaya Mile ada di sini. Alpha itu ditemani Paing mengemong triplets. Bahkan keduanya main bareng dengan muka sama-sama tak berdosa.
"Kenapa jadi rukun seperti itu?" batin Apo, gerah. "Phi dan Mile tidak ingat ya pernah tinju-tinjuan?"
Namun, karena sudah kesulitan bergerak, Apo hanya duduk sambil menikmati potongan buah. Sesekali dia tersenyum untuk menanggapi mereka, tapi sumpah ... Apo tetap berpikir situasi ini ajaib.
"Da! Da! Da! Da!" kata Edsel. Baby itu merangkak ke Paing untuk minta peluk. Lalu pergi lagi menuju dirinya.
"Eh! Eh! Kau ini tidak boleh makan buah yang utuh ...." kata Apo. Omega itu refleks menjauhkan piring. Menangkap pelukan Edsel. Lalu minta bantuan pelayan. "Tolong, ya. Ambilkan Puree mangga buat Edsel. Dia kepingin. Nanti biar disuapi mereka."
"Baik, Tuan Natta!" kata si pelayan sambil tersenyum.
"Yang lain mau tidak? Phi? Mile? Kay dan Er tawari siapa tahu mau juga," kata Apo. Sudah seperti penguasa bumi saja. Babysitter pun memindah Edsel bersama mereka lagi. Sebab Apo harus menghabiskan potongan buahnya sendiri. Ah, rupa-rupanya Quadruplets rakus semua. Untung Apo kuat duduk tak seperti hamil dulu. Dia bisa makan enak tanpa harus diblender. Paling-paling mengawasi dengan mata "Bunda Ratu."
"Aa, makan," kata Mile yang tampak menikmati kegiatannya. Dia senang karena merasakan sensasi ini, padahal kemarin hanya bisa melihat foto mereka.
"Kau habis banyak juga rupanya. Ha ha ha ha ha." Di sebelahnya, Paing juga sibuk karena triplets berkeliaran kemana-mana. Mereka berkeliling dengan mainan di tangan. Terus merangkak. Jadilah yang menyuapi pun gantian. Kadang minta Paing. Kadang minta Mile. Yang pasti mereka juga betah di sana. Mungkin karena aroma kedua Alpha begitu harum. Tidak mengancam. Apalagi bergelung campur di udara.
"PHI YA AMPUN! KAYLEE!" bentak Apo tiba-tiba. "Dia makan kabel lampu hias! HENTIKAN!" katanya. Padahal kabel itu benar-benar mati, tidak mencolok stopkontak, tapi jiwa ibu-ibu Omega-nya langsung bereaksi.
Paing pun pergi untuk memindah Kaylee ke atas karpet bulu. Dia tertawa-tawa karena Kay agak kaget. Tapi untung tak sampai menangis. "Ei, ei, ei ... yang tadi bukan makanan, oke? Tapi di sini ada Puree untukmu."
Kaylee pun gabung Er untuk menikmati suapan Paing. Dia kini mengoceh begitu ria. Lalu mengayunkan mainan kepada Mile.
Krincing! Krincing! Krincing!
Krincing! Krincing! Krincing!
Seolah 'Daddy, kau tak mau bermain denganku, kah?' tapi Mile batal senyum karena diteriaki Apo juga.
"MILE ASTAGA! EDSEL ITU DIPERHATIKAN! DIA MAU BELAJAR BERDIRI! TARUH DULU MANGKUKNYA! TARUH!" bentak Apo. ".... heran aku. Di sebelahnya kok tidak lihat. Kalau jatuh nanti bagaimana dia."
DEG
"Hei, hei, hei ... Ed," kata Mile, yang langsung terkejut juga. Dia pun refleks mengikuti instruksi Apo Nattawin. Karena baru kali ini Edsel belajar berdiri. Dia memang yang paling cepat berkembang. Selalu kompetitif. Mungkin karena hari ini semangat ada Daddy-nya.
"PEGANGI! PEGANGI BAJU-NYA DARI BELAKANG! Celananya!" kata Apo.
Para babysitter yang beres-beres mainan di sekitar pun tertawa kecil. Mereka ikutan gemas dengan suasana ini. Apalagi ekspresi panik Mile kentara sekali. Dia beda dengan Paing yang bisa tenang saat menghampiri Kaylee. Karena raut muka-nya bisa berkerut-kerut saat menahan gerakan Edsel. Ya, selanjutnya juga seperti itu. Apo mengomel terus karena cuma itu yang dimampu. Tahu-tahu habis 3 piring buah. Plus segelas susu khusus kehamilan.
Jujur, Omega itu sangat bersyukur karena Paing ada saat Mile kemari.
(Dan akan selalu ada). Sebab Sanee tidak mengizinkan puteranya kerja hingga dinyatakan sembuh Dokter Piya. Apalagi dinas ke luar negeri.
Tidak, tidak. Dan akan selalu tidak.
Apo pun membayangkan mereka sering begini mulai sekarang. Maka dia harus bersikap wajar jika kejadian. Mungkin, kalau Mile pulang nanti dia juga akan menanyai Paing. Tentang bagaimana perasaannya soal ini. Apakah terganggu karena Paing bukan tipe yang menunjukkan perasaan aslinya.
Alpha itu sangat kalem selama mengawasi. Karena Er sendiri berubah tenang setelah kenyang semangkuk Puree. Baby itu menjauhi dua saudaranya. Naik mobil-mobilan. Lalu duduk di sana. Tentu saja dia dipengangi Paing agar tidak mudah roboh. Mereka pun saling menatap dengan senyuman. Sesekali Er mengoceh ke Paing sambil menjerit bahagia.
"Nnn! Naaaa! Mmm! Yayayay!" kata Er sambil mengangkat kedua tangannya. Dia sepertinya ingin pelukan. Sehingga Paing menggendongnya sambil berdiri.
Well, pemandangan yang langka sekali. Apo pun memotret mereka menggunakan ponsel. Lalu mengirimkannya kepada Pin.
[Phi sudah tahu Mile pulang sebentar?]
___ Apo
Dan balasannya ternyata masuk secepat kilat.
"Eh? Online?" gumam Apo sambil mengetuk notifikasi.
[Sudah. Baru hari ini kok. Tapi aku tidak menyangka dia langsung ke rumah pacarmu]
____ Phi Pin
"Hmmm ...." batin Apo langsung curiga. Dia pun menatap Mile selidik. Ingin tahu apa motifnya, tapi kali ini Mile tidak seagresif dulu. Apa dia takkan macam-macam lagi? Meskipun tidak ada Phi Paing?
Apo juga menyipitkan mata karena overthinking, apalagi saat mereka bertatapan sekilas.
DEG
"Sial, apa-apaan yang barusan itu ...." batin Apo sambil mengalihkan pandangan. Dia pun pura-pura sibuk dengan ponsel kembali. Tidak mau menatap senyum itu berlama-lama.
[Phi, menurutmu bisa tidak sih mereka berdua berteman?]
___ Apo
[Aku cuma khawatir ada apa-apa ... ya ampun. Maksudku, kalau Phi Paing tidak nyaman bagaimana? Phi Pin beritahu aku ya kalau Mile sudah punya pacar lagi. Biar aku jadi lebih tenang]
____ Apo
[Atau teman seks lah, tak masalah. Baikan sama Nona Nazha juga malah bagus. Aku tidak mau bingung sendiri di sini]
____ Apo
Di luar dugaan, Pin malah mengirimkan stiker tertawa.
"Phiiiii!" desis Apo kesal. Mukanya merah sekali, apalagi setelah membaca balasan.
[Ya itu kan tergantung dirimu. Mile sudah tanda tangan secara hukum berarti memang melepaskanmu. Kau pikir mudah main rebut lagi setelah sejauh ini? Nah ... pertanyaannya adalah kau sendiri bagaimana? Mau jatuh cinta lagi dengan adikku?]
___ Phi Pin
DEG
"Sial ... tidak ya!" dengus Apo sambil mengetik jawaban. Namun, baru saja setengah jalan Mile ternyata sudah pamit pulang. Dia menangkupkan tangan di depan para babysitter, tersenyum, lalu mengesun Kaylee dan Edsel.
"Oke, Daddy pulang ya," kata Mile. Dia menjabat tangan mereka berdua, tapi Blau Er tidak karena sudah tidur di pelukan Paing. "Selamat tidur siang untuk kalian bertiga." Edsel bahkan menguap saat disun pada pipinya. Kaylee berkedip capek, tapi masih mampu menampar pipi ayahnya.
Plakh!
"Hei ...."
"Aaa! Ann! Mmm! Mm!" oceh Kaylee.
Namun Mile tidak marah karena anaknya tertawa. Bahkan menggapai seolah bilang 'Jangan lupa kemari lagi, Daddy ....'
"Ha ha ha ha, ya kapan-kapan ...." kata Mile. Alpha itu pun mundur dengan gemerincing kunci. Menoleh ke Apo. Lalu menyentakkan dagu padanya. "Hei, Apo. Aku pulang." Dia hanya meninggalkan sebuah senyuman tipis. Langsung keluar. Kemudian diikuti Paing dari belakang.
"Ayo, Er ...." kata Paing, yang terbiasa mengantar tamu hingga ke teras. Beberapa babysitter juga menyertai langkah Alpha itu. Ada triplets, tapi Apo hanya bisa duduk memandang punggung mereka pergi.
"Ini benar-benar rumit ...." desah Apo sambil memijit kening. "Tapi bagus kalau Mile bisa sembuh suatu hari."
Brrrrrmmmmm!
SRAAAAAKKHHHH!
BRAAKKHHHHHHHHH!
Gerbang rumah pun ditutup setelah Mile tenggelam di kelokan. Tapi Apo menatap Paing sedih saat dihampiri. "Kau kenapa?" tanyanya.
Apo refleks menjauhkan ponsel. "Phi sendiri tidak kenapa-kenapa?" tanyanya balik. "Maksudku, Mile--"
"I'm okay, really," sela Paing, lalu berjongkok dalam kondisi memeluk Blau Er. "Itu selama kau juga baik-baik saja," tegasnya.
Apo pun tetap menggapai pipi Paing perlahan, padahal dia kesusahan karena volume perutnya sekarang. "Tidak bohong?" tanyanya.
"No. Buat apa?" tanya Paing. Lalu menunjuk dada mate-nya. "Tapi, kalau yang di sini berubah, aku yang sekarang takkan tinggal diam."
"Ah ...."
"Karena jika Mile punya triplets, aku pun harus berusaha demi mereka berempat, oke Sayang?"
DEG
"T-T-Tunggu, tunggu ... tunggu dulu! APA KATA PHI BARUSAN?!" kata Apo syok tidak kepalang. Jantungnya pun kelojotan saat Paing meremas tangannya. Menghirupnya. Lalu mengecup di sana. Cup.
"Kurasa aku boleh menyebutmu begitu mulai hari ini ...."
Sadar gak? Paing belum pernah manggil Apo "Sayang" selama jadi selingkuhan 🤣 Dia selelet itu karena memastikan dulu momen-nya legalnya. Eh ....