webnovel

S2-103 LAST SIN

"Last sin ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

MILE tidak pernah berpikir akan diberi kesempatan menjadi tahanan rumah. Apalagi menghadapi Alan. Alpha itu sudah membayangkan akan dijebloskan ke penjara langsung, tetapi kenyataan kadang memberi kejutan. Dia pun mendekati Alan. Lalu melihat luka memar yang belum sembuh di tubuhnya. Pipi luka. Gigi copot satu di bagian samping. Tapi Alan sudah tenang saat main lego di kamar.

"Alan ...."

"DADDDDDDYYYYYYY! PELUK!"

BRUGH!!

Kalau biasanya reaksi Alan begitu, maka si bocah kini terkejut. Dia menyenggol lego setengah jadi. Langsung roboh. Bahkan berteriak padanya.

BRAKKKKKHHH!

"AAAAAAAAAAAAAAAAA!!"

"ALAN!"

PRAKH!

Alan pun melempar Mile dengan mainan robotnya. Dia juga menangis kencang. Tantrum parah. Lalu menunjuk Mile seolah jadi parasit paling jahat di dunia.

"ITUUUUU! Na naaaaaaa! Hiks ... hiks ... hiks ... hiks ... huaaaaaaaa!!" jerit Alan sebelum lari ke babysitter-nya.

Nazha melipat lengan di sebelah Mile. Meliriknya, lalu berkata tajam. "Senang dengan hasil perbuatanmu?" katanya. "Sekarang dia tak mau sekolah, Mile. Terus begitu, dan rusak sudah anakku."

Mile tetap berdiri di tempatnya. ".... sudah tahu kenapa tidak menyerah?" tanyanya. "Tanganku memang bukan untuk keluarga."

Nazha seketika mendengus. "Siapa bilang menyuruhmu sekarang?" katanya. "Aku begini untuk diri sendiri. Karena nyawa kakakmu itu sudah kembali."

"...."

"Bukankah cepat atau lambat dia naik kursi?" kata Nazha. "Terus siapa kau jika bukan cuma suamiku? Pamor  "Mile Phakpum" sekarang takkan berpengaruh pada Romsaithong, kecuali "si Bungsu" yang disebutkan dalam berita bersama namaku ....."

Mile pun mengepalkan tangan, tapi omongan Nazha benar adanya. Jika dirinya jatuh yang terkena skandal tetap Keluarga Bextiar. Karena Pomchay kini menjadi The Face bagi perusahaannya seperti dulu.

"Bisa kau bayangkan kan Mile?" kata Nazha. Model yang memiliki 350 juta followers itu tampak geram. Mungkin karena masih mengingat ngilu digampari berkali-kali. "Guli Nazha Bextiar, seorang Pewaris Green Star Zeneca terkena skandal KDRT dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan. Dan itu melibatkan Tuan Muda Alan Bextiar ...." lanjutnya memaparkan masa depan mereka.

"...."

"Kau harusnya sadar siapa dirimu, Mile. Atau bagaimana posisimu dalam keluargaku," kata Nazha. "Jadi pulanglah setelah ini. Pakai saja mobilku dulu. Temui psikiatermu, dan renungkan semuanya hingga jadwal mediasi berikutnya."

"...."

"Itu kalau kau masih mau waras, ya. Jika tidak, ingat saja. Ini bukan kesempatan, tapi hukuman. Karena aku takkan mencabut laporannya sampai kapan pun."

Prakh!

Nazha pun pergi setelah melemparkan kunci mobil. Wanita itu menenangkan puteranya. Menutup pintu. Tapi menganggap ini ada sisi positifnya juga. Alan jadi tidak menempeli sosok "Daddy" lagi. Justru benci, lalu memasukkan bocah itu ke kelas karate. Lupakan soal rencana lanjut ke biola. Bedebah. Nazha sendiri lebih senang jika Alan makin kuat. Kalau bisa balas menggampari ayahnya di masa depan.

Mile pun memandangi kunci mobil di atas meja. Dia tidak pernah merasa seterhina ini, tapi hidupnya memang di ambang jurang. Maju kena, mundur kena. Dan terikat dengan seseorang yang tak lagi sejalan dengannya. "Apa ini yang dulu Apo rasakan?" pikirnya. "Benar-benar sangat menyebalkan ...."

BRMMMMMMMMM!!!!

Usai memutuskan, Mile pun pulang dengan hati mengambang. Dia menyetir fokus tak fokus. Kadang melamun. Lalu memandangi foto keluarganya di rumah. Oh, orang suruhan Nazha ternyata sudah memperbaiki. Dan memang tidak sepantasnya dia tidak semarah itu.

"Ha ha ha ha ha ha ... aku ini benar-benar kekanakan," gumam Mile sambil memijit kening. Alpha itu merasa bodoh, tapi cukup dirinya saja yang tahu. Dia rebahan di sofa. Menatap langit-langit. Tidak pernah merasa sehampa itu dalam hidupnya. Seolah semua sudah selesai. Tinggal menunggu hancur, tapi dipikir-pikir konyol Alpha sepertinya berakhir jatuh begitu saja.

Menjadi tak berguna. Tak berhasil. Bahkan menatap paspor pun tak bisa pergi. Di sana tertulis "Mile Phakpum Romsaithong" yang memiliki status kewarganegaraan Australia, sehingga rasanya ingin kembali saja.

"Dan waktu itu kau memilih dengannya," gumam Mile. Dia pun mulai memahami posisi Apo. Kenapa begitu teguh. Mungkin karena Apo dulu juga tak punya tujuan. Apalagi Apo merawat ketiga baby-nya. Dia hanya ingin ke tempat aman, nyaman, sembuh, dan bahagia, meski jawaban itu bukan dirinya.

Namun, kegagalan menjadi suami kini tak buruk, sebab  Mile merasa melakukan hal yang benar pada akhirnya. Dengan melepaskan Apo Nattawin. Berarti dia juga membuat sang Omega keluar dari situasi ini.

"Ha ha ha ha ha ha ... apa aku perlu bersulang sendiri untuk merayakannya?" gumam Mile. Mendadak bahagia saat berjalan ke dapur. Dia benar-benar mengambil whiskey tanpa menyuruh pelayan. Menuangnya. Lalu meminumnya di tempat sambil berdiri. Dihabiskannya ukuran sebotol sekali ronde. Tidak mabuk. Karena pada dasarnya dia kebal kecuali merek tertentu.

"Apa? Kau serius? Masih dapat keringanan seperti itu?" tanya Pin lewat telepon. Dia kaget karena Mile bilang tidak perlu berkunjung ke tahanan lagi. Mengirimkan foto  triplets atau semacamnya. Setidaknya untuk sementara waktu. Toh sekarang Mile bisa pergi sendiri kepada mereka.

"Ya, jadi beritahulah Phi Pomchay kalau aku menjenguknya akhir pekan nanti. Dan dia harusnya cepat kembali," kata Mile.

"Oke, tentu. Dia sudah baik kok sekarang. Bisa jalan-jalan di lorong belakang," kata Pin sambil mendongak keluar balkon. "Hmm ... ini sedang memberikan pakan ikan di kolam. Ha ha ha ha ha."

Tanpa sadar, Mile pun tersenyum kecil. Dia membayangkan Pomcay nyengir seperti bocah. Main-main di tepian. Lalu mengangguk karena akan bertemu dengannya.

"Bagus ...." kata Mile. "Sementara begitu saja. Aku aku mau membeli oleh-oleh untuknya."

"Hm."

Tuuuuuuttts ....

Mile pun keluar setelah panggilan berakhir. Rasanya cukup lega menghadapi jalanan kota, walau hanya di Bangkok. Setidaknya, ini lebih baik daripada jeruji besi. Dan Mile seolah merasa kembali seperti dulu. Lajang. Tak terikat. Bisa melakukan semua hal yang dia mau.

"Hm, kubeli semua tiga kotak penuh," kata Mile saat memasuki toko kue. Dia pun memborong red velvet favorit Pomchay, dua kotak pai susu, dua kotak croissant, dan sisanya adalah mainan bayi. Lagi-lagi Alpha itu bertamu ke tempat Paing. Tanpa izin, tapi kali ini tidak ditolak seperti dulu.

"HA HA HA HA HA HA HA! PHII! ITU MENAKUTKAN, TAHU! HA HA HA HA HA! DASAR GILA! HEI!" teriak Apo di dalam sana. Dia memeluk leher Paing seerat mungkin. Digendong brydal style, karena katanya tidak kuat jalan lagi. Pasangan itu turun tangga seolah sudah menikah. Dan wajah merah Apo terlihat jelas seperti saat bersamanya dulu. "Umnh! Enough, please! Jangan cium aku lagi! Capek! Mana tadi permenku!" katanya.

Mereka akhirnya tersadar Mile di ambang pintu. Sebab pelayan yang bertugas baru datang memberitahu.

DEG

"Oh, Mile ...." desah Apo. Perut Omega itu sudah begitu besar, sementara Paing sendiri terdiam sesaat. ".... t-tunggu, kau di sini? Kenapa bisa?" tanyanya. "Maksudku--"

"Bukankah ini berkatmu juga?" kata Mile sambil tersenyum. "... so, apa sekarang aku boleh datang? Sebagai ayah triplets seperti katamu."

Entah bertepatan atau bagaimana, waktu itu para babysitter keluar. Mereka menggendong triplets untuk disuapi sarapan. Dan mereka ternyata merangkak lebih cepat daripada dulu.

"Aaa, unnn! Unnn!" oceh Kaylee di atas karpet bulunya. Baby itu seolah tahu sang ayah datang. Menggapai udara dengan senyuman. Lalu merangkak padanya. "Da da! Da da!" katanya, diikuti Edsel dari belakang.

"Auu! Nnnn ... nnn! Nn!"

Apo pun menoleh pada mereka. Langsung terkejut, tapi Blau Er asyik sendiri dengan mainan. Baby itu mengotak-atik mini truck seperti teknisi. Sepenuhnya abai, malah menoleh ke Paing sambil tertawa.

"Ayyyaaayyy!" jerit Blau Er, yang maksudnya entah apa.

Paing pun beranjak untuk menghampiri. Lalu menggendong Er saat berjalan ke depan. "Masuklah, Mile," katanya. "Kaylee dan Edsel sudah menunggumu terlalu lama."

Saat itu, Mile menoleh ke Blau Er yang menatap bingung. Baby itu kemungkinan tidak kenal dia. Beda lagi dengan dua saudaranya. Mereka tiba-tiba mencapai kakinya. Menepuk sepatu. Lalu tertawa lebih lebar lagi.

"Auu! Mm!"

"Da! Da! Da da!"

Kaylee dan Edsel bahkan berebut perhatiannya. Menjambak celana. Mungkin ingin berdiri meski tak bisa.

"Ha ha ...." tawa Mile. Dia pun menyerahkan oleh-oleh kepada pelayan. Langsung jongkok. Lalu ditabrak peluk oleh mereka. "Apakah kalian merindukanku--"

Brugh!

"Mmmm! Mmmm!" oceh Kaylee. Baby itu menjambak kerahnya seperti marah. Lalu Edsel ikutan menggigit bahu. Seolah bilang 'Kemana saja Daddy selama ini?', sangat kangen. Lalu menghirup aroma Alpha favorit mereka.

"HA HA HA HA HA HA! Sial ....!"

Brugh!

Mile pun balas memeluk. Mengesun bagian pipi gantian. Lalu meneteskan air mata kebahagiaan pertama kali.

"Mulai sekarang, aku janji akan sembuh untuk kalian ...."