webnovel

Berkunjung

Yani Bismarck datang dengan menggiring koper milik Ryhan memasuki halaman rumah Prasetya, dia langsung berjalan menuju ke ruang TV.

"Mama sama siapa? Sini kasih aku, biar aku bawa ke kamar Ryhan", ujar Pras yang sedang menonton TV lalu berdiri dan mengambil koper dari tangan mamanya yang kemudian langsung ia bawa ke kamar Ryhan yang dulu merupakan kamar Kirana.

Pras kembali lagi menemui mamanya diikuti Ryhan dan kedua putra kembar nya yang langsung mencium tangan Yani bergantian.

"Kami kan sekarang paket bertiga", kata Agung yang kemudian datang sambil merangkul Wendy.

Pras mencium tangan Agung dan Wendy bergantian diikuti Ryhan dan Mika serta Raffa.

"Mami ceria banget hari ini", ujar Pras melihat senyum sumringah diwajah Maminya.

"Soalnya mama mu masak makanan kesukaan Mami tadi buat sarapan. Ngga ada diet kaya kemaren", ujar Wendy lalu tersenyum dan duduk disebelah Yani.

"Mana Xena, Pras?", tanya Yani saat tidak melihat menantunya di sekitar mereka.

"Xena lagi menyusui Alisha, Ma. Tuh liat aja ada di kamar. Alisha lagi rewel karena kemaren kan seharian ngga sama kami, jadi kaya ngambek gitu", ujar Pras sambil membuka pintu kamarnya.

Yani masuk ke kamar Pras dan Xena lalu menghampiri Xena yang sedang duduk di tempat tidur bersandar dengan nyamannya sambil menyusui Alisha.

"Cantik, Alisha sudah tidur?", tanya Yani berbisik lalu mencium kening Xena.

"Hai Mama. Ini mau gendong? Mumpung lagi bangun", ujar Xena.

Tampak Alisha sedang membuka matanya dan tampak menggigit tangannya. Yani mengambil Alisha lalu menggendong nya kemudian membawanya keluar dari kamar.

Setelah merapikan diri dan pakaiannya, Xena keluar dari kamar dan melihat Wendy sedang mencium kepala Alisha yang sedang ada dalam gendongan Yani.

Xena menghampiri Wendy dan mencium tangannya yang kemudian oleh Wendy dicium pipi Xena lalu Xena menghampiri Agung dan mencium tangannya.

"Mama, Mami dan Papi sudah sarapan? Biar nanti dibuatkan sama si mba", tanya Xena.

"Uda Cantik. Masakan Mama Yani paling yahud deh. Aku makan banyak banget pagi ini", ujar Wendy ceria.

"Kamu mau gendong Alisha ngga? Uda mulai berasa dia", ujar Yani.

"Sini mba, aku gendong", ujar Wendy lalu menggendong Alisha kemudian duduk disebelah Pras. Pras membelai rambut putrinya yang sedang menatap Wendy dengan mata hitam polosnya.

Xena sedang berjalan ke arah dapur untuk meminta para pelayan membuatkan minum untuk orang tua mereka. Yani kemudian duduk disamping Wendy dan Agung mendekati lalu merangkulnya.

"Nginap disini ya, kan Mama mau lama pergi sama Mami Wendy", ujar Pras kepada Mamanya.

"Iya, aku nanti tidur sama Ryhan. Tapi kayanya dia ngga bakalan kangen aku, sekarang aja Uda lari lagi ke kamarnya sama Raffa dan Mika", keluh Yani.

"Mereka lagi main PS. Biasa hari libur bisa bebas main", ujar Pras santai.

"Ya uda, kita sekamar bertiga lagi kaya semalam", ujar Agung dengan cueknya.

Xena yang baru datang lalu duduk disebelah Pras saling pandang dengan Pras kaget.

"Imajinasi kalian jangan liar dulu", ujar Agung yang mengerti arti pandangan kedua anak dan menantunya.

"Maksud Papi", tanya Pras berusaha menutupi karena ketahuan sudah berpikir yg aneh.

"Semalam Papi ditinggal tidur sama mereka berdua. Mami dan Mama kamu tidur satu ranjang sedangkan Papi terpaksa tidur di sofa", keluh Agung dengan nada judes.

"Maaf Mas", ujar Yani dan Wendy bersamaan.

Pras langsung tertawa terbahak-bahak saat mendengarkan pengakuan Agung sementara Xena memukul lengan Pras tapi ia juga tertawa tertahan dengan menyembunyikan mukanya dibelakang tubuh Pras suaminya.

"Pras sudah akh. Ngga boleh ngetawain orang tua sampai segitunya. Pras Mama minta tolong sama Johnny ya buat urus dokumen Mama biar bisa tinggal di negara Papi. Mama si sudah buat Parpor jadi tinggal dokumen untuk ijin tinggal aja", ujar Yani.

"Maaf Ma", ujar Pras berusaha berhenti tertawa.

"Mba beneran mau temani aku? Nanti Mas Agung sendirian di sini", ujar Wendy.

"Mas ngga apa kan ditinggal kami berdua?", tanya Yani sambil menengok ke arah Agung yang sedang membelai rambutnya.

"Iya, nanti aku nyusul juga kan aku juga harus mengerjakan kerjaan aku disana juga", ujar Agung tersenyum.

"Tuh kan, ngga apa kok. Lagian kan aku emang dari pertama bilang sama kamu kalau aku akan temani kamu untuk Treatment", ujar Yani.

"Oke deh. Aku seneng aja ada yang mau menemani aku melewati masa sulitku", ujar Wendy ceria.

"Kami akan selalu ada buat Mami", ujar Xena lembut sambil menyentuh tangan Wendy.

"Terimakasih ya sayang", ujar Wendy tersenyum.

"Sini Mami, Alisha biar aku bawa ke kamar. Dia Uda tidur", ujar Pras lalu mengambil bayinya dari tangan Wendy dan membawanya ke kamar untuk diletakkan di tempat tidurnya.

"Sayang, pintu kamarnya di ganjel aja biar terbuka, kasihan kalau nangis nanti ngga terdengar", ujar Xena.

"Nanti Mami belikan alat yang buat bayi, jadi kalau bayi kalian nangis, alat itu akan memperdengarkan suaranya", ujar Wendy.

"Iya Uda lama mau beli itu kaya yang di film cuma belum ketemu aja. Makasih ya Mam", ujar Pras lalu duduk disebelah Xena.

"Aku mau lihat si Ryhan, kok sama sekali ngga keluar kamar si", ujar Yani lalu bangun dan akan berjalan menuju ke kamar Ryhan.

"Mulai lagi deh", tegur Agung pelan.

Yani seakan tidak mendengarkan, dia dengan cueknya berjalan ke arah kamar Ryhan langsung menghilang di balik kamar Ryhan.

"Mami lelah? Ayo aku antar ke paviliun. Sekarang kami tidak punya lantai atas lagi soalnya kak Pras takut anak-anak nakal naik turun tangga. Makanya kamar tamu kami buat di Paviliun. Nyaman loh Mi", ujar Xena.

"Ayo deh, aku juga gampang lelah sekarang. Ada berapa kamar di paviliun?", tanya Wendy sambil berjalan bergandengan tangan dengan Xena lalu dengan cueknya meninggalkan Agung yang terlihat melirik sewot ke arah Wendy yang menjauh.

"Ada 2 kamar Mi", ujar Xena lembut.

"Jee Papi. Tenang aja. Ntar juga bisa kok deketan sama Mami dan Mama lagi. Ditinggal gitu aja sewot banget", goda Pras.

"Mami dan Mamamu samanya. Apalagi Mamamu, dia masih belum nyadar punya suami lagi", gerutu Agung sambil kemudian minum teh dari cangkir yang ada di depannya.

"Sabar ya Pi. Kan Mama uda lama sendiri sejak dia berpisah sama Papanya Ryhan, apalagi Mama sempat trauma juga karena Papanya Ryhan ternyata galak banget. Dia KDRT sama Mama. Aku taunya dari Xena. Mama sering curhat sama Xena", ujar Pras.

"Hah benarkah? Aku ngga tau. Pantas aja dia kaya sering kaget kalau aku sentuh", ujar Agung.

"Iya, Papanya Ryhan akhirnya meninggalkan Mama setelah ia menemukan korban baru. Mama sempat 2 tahun hidup menggelandang di jalan. Makanya waktu aku ketemu Mama lagi, aku menyuruhnya untuk berjualan makanan, karena aku pikir itu adalah lahan yang paling gampang. Ternyata Mama memang pintar masak jadinya Xavier dan Mommy Adelia memberikan peluang lagi biar Mama bisa buka catering. Akhirnya ya seperti ini. 2 Tahun Mama benar-benar bisa kembali mengangkat kepalanya lagi dengan bangga saat melihatku", ujar Pras.

"Kamu memang mendapatkan keluarga yang sangat baik, Xena tak hanya cantik rupanya tapi cantik pula hatinya. Nathan memang mempunyai keluarga yang sempurna", ujar Agung.

"Kitapun akan menjadi keluarga yang sempurna kok Pi. Papi juga sangat menyayangi Mama dan Mami dengan adil, juga sangat menyayangi mantu-mantu Papi, Xena dan Lily. Viola, anak itu juga sudah mulai dewasa. Ia bahkan bisa menerima Mama dengan tulus", ujar Pras.

"Itu lah pendekatan dari Xena. Sempat dia berontak menolak pernikahan Papi dan Mamamu, tapi Xena berhasil membujuk Viola di detik-detik terakhir. Papi salut sama Xena yang benar-benar mempunyai kekuatan Nathan untuk mempengaruhi orang lain", ujar Agung.

"Papi istirahat aja dulu gih, susul Mami. Xena suruh balik aja ke sini, bilang aja anaknya nangis. Nanti aku bilang Mama jangan ke Paviliun dulu biar Papi bisa mesra-mesraan sama Mami. Hahahaha", goda Pras.

"Dasar kamu", ujar Agung namun ia bangun juga dari duduknya lalu berjalan ke arah Paviliun dan tak lama Xena kembali menemui Pras.

"Alisha bangun sayang? Papi bilang Alisha bangun", ujar Xena.

"Uda kamu ke duduk disini aja. Papi lagi mau duan sama Mami", ujar Pras menarik tangan Xena duduk disebelahnya.

"Oooo kirain", seru Xena lalu menyandarkan tubuhnya ke tubuh Pras yang lalu merangkul nya erat.