webnovel

Menceritakan Semuanya

Alesya menatap layar di depannya yang sedang menampilkan film thriller kesukaannya itu dengan tatapan kosong.

Berbeda dengan kedua sahabatnya yaitu Amanda dan Mikala yang sedari tadi sudah larut dalam film itu dan sesekali berteriak heboh ketika melihat adegan yang menurutnya keren.

Daniel yang duduk di samping kanan Alesya pun sejak tadi tidak fokus menonton film di depannya. Matanya sedari tadi hanya fokus memperhatikan gadis di sampingnya.

Alesya menghembuskan nafasnya lelah. Ia masih tidak habis pikir dengan kekasihnya yang tega membohongi dirinya.

"Sya," panggil Daniel dengan nada berbisik.

Alesya enggan menjawab panggilan lelaki di sampingnya. Gadis itu hanya menengok kearah Daniel dan mengangkat sebelah alisnya meskipun ia tau Daniel tak bisa melihat jelas wajahnya karena studio bioskop saat ini sangat gelap dan hanya memancarkan cahaya dari layar di depan saja.

"Are you okay?" tanya Daniel lembut namun tetap dengan nada berbisik.

Alesya tersenyum dan sedetik kemudian ia mengangguk.

"I'm okay," jawabnya.

"Kalo mau nangis, nangis aja gapapa jangan ditahan," ucap Daniel tepat di telinga gadis itu.

Namun lagi-lagi Alesya tersenyum. Gadis itu sangat pandai menutupi lukanya. Seolah-olah ia meyakinkan orang-orang bahwa dirinya baik-baik saja. Namun Daniel tau bahwa dibalik senyuman itu Alesya menyembunyikan lukanya begitu banyak.

Karena menurut Daniel, Alesya juga seorang gadis yang lemah dan tak begitu pandai menutupi lukanya.

"Udah gue bilang, gue gapapa Dan," ucap Alesya dengan tenang.

"Lo hutang penjelasan sama gue, Sya," Daniel berbisik lagi kearah Alesya.

"Penjelasan yang mana?" tanya Alesya pura-pura tak tau penjelasan mana yang dimaksud Daniel.

Padahal ia tau bahwa yang dimaksud Daniel adalah hubungannya dengan Akala.

Alesya tau bahwa secepatnya pun ia harus menceritakan hubungannya dengan Akala kepada Daniel karena lelaki itu terus mendesaknya untuk bercerita.

"Hubungan lo sama pres BEM. Lo ada hubungan kan sama dia?" tanya Daniel to the point.

Kini mereka berdua sudah tak peduli teriakan heboh orang-orang di sampingnya ketika layar di depan menayangkan adegan pembunuhan. Mereka juga tak peduli tujuan awal mereka ke bioskop.

Karena sekarang yang Daniel pedulikan hanyalah Alesya meskipun ia tau bahwa gadis di sampingnya itu tak pernah peduli kepadanya, dan bahkan mungkin sekarang masih memikirkan Akalanka si ketua BEM.

"Iya ntar gue ceritain kalo filmnya udah selesai," jawab Alesya.

"Yaudah keluar sekarang aja yuk. Lagian lo ga menikmati film ini kan dari tadi?" tanya Daniel menawarkan.

"Tapi Mikala sama Amanda?" tanya Alesya yang masih memperdulikan kedua sahabatnya itu.

"Udah tinggal aja lagian mereka udah gede gabakalan lupa pulang. Ayo," ajak Daniel seraya menarik lengan Alesya.

"Mik, gue mau ke toilet dulu yaa," pamit Alesya yang hanya dijawab anggukan oleh Mikala karena gadis itu sedang fokus dengan layar di depannya.

Alesya menghembuskan nafasnya pelan. Memang kedua sahabatnya itu kalau sudah menonton film kesukannya langsung tidak peduli keadaan sekitar.

"Yaudah ayok," ajak Alesya sebelum kemudian ia berdiri dan berjalan ke arah pintu belakang bioskop diikuti Daniel.

***

Kini mereka sudah berada di kedai eskrim yang ada di lantai 2 mall tersebut.

Mereka duduk di kursi paling ujung dekat jendela yang langsung menunjukkan pemandangan di luar yang saat ini hujan lebat.

Aneh memang, ketika hujan lebat seperti ini Alesya malah makan eskrim. Padahal Daniel sudah menawarkan untuk makan bakso saja karena cuaca mendukung, namun Alesya menolak dan memaksa tetap ingin makan eskrim.

Akhirnya Daniel hanya pasrah dan menuruti gadis yang sekarang bersamanya ini.

Mungkin eskrim ini dapat memperbaiki mood Alesya, pikir Daniel.

"Katanya mau cerita," ucap Daniel kepada gadis di depannya yang saat ini malah asyik memakan eskrim vanila nya.

"Bentar ih habisin dulu, nanggung," jawab Alesya seraya menyendokkan eskrimnya yang sekarang sisa setengah cup.

Daniel hanya menghembuskan nafas pasrah, dan memutuskan untuk menunggu gadis di depannya itu untuk menyelesaikan makannya.

Setelah selesai memakan eskrimnya, Alesya membersihkan mulutnya yang sedikit belepotan dengan tissue.

"Oke gue cerita," ucap Alesya dan menatap Daniel serius.

"Ya, seperti dugaan lo. Gue ada hubungan sama Akala, ketua BEM kampus kita," jelas Alesya.

"Udah berapa lama?" tanya Daniel penasaran.

"Bentar, lo jangan potong ucapan gue dulu. Gue mau jelasin semuanya ini," ucap Alesya memberi peringatan dan hanya dibalas cengiran oleh lelaki di depannya itu.

"Gue sama Akala pacaran udah setahun lebih. Dulu gue ketemu dia waktu gue ikut lomba di kampusnya dan yang sekarang jadi kampus kita juga."

Flashback on...

Tepat saat kelas 11 SMA...

Gadis dengan rambut dikucir kuda itu terlihat kebingungan mencari ruangan.

Sudah berkali-kali ia mengelilingi gedung ini untuk mencari ruangan dimana technical meeting untuk lombanya besok diadakan.

Ya, gadis itu adalah Alesya yang akan mengikuti lomba story telling yang diadakan oleh salah satu kampus yang cukup ternama di kotanya.

"Perasaan gue udah lewat sini tadi deh. Mana sih ruangannya, luas banget deh gedungnya. Lagian kenapa ga ada orang sama sekali sih disini," gumam Alesya sebal.

Gadis itu memutuskan untuk turun ke lantai satu dan kebetulan tadi disana ramai. Mungkin ia bisa bertanya orang-orang disana.

"Misi kak, mau nanya ruangan J4-8 dimana ya kak?" tanya Alesya kepada salah seorang laki-laki yang terlihat tengah mengetik sesuatu di laptopnya.

Laki-laki yang memakai kaos polos berwarna hitam itu mengalihkan pandangannya kearah gadis yang memakai sweater putih dan rok abu-abu di depannya.

"Ganteng banget," batin Alesya memuji.

"Gedung J disana, lantai 4 ntar cari sendiri ruangannya," jawab lali-laki itu seraya menunjuk tangga gedung J di sebelah kanannya sebelum kemudian kembali fokus ke laptopnya.

"Ganteng-ganteng jutek," gumam Alesya namun masih bisa didengar lelaki di depannya.

"Apa?" tanya lelaki di depannya seraya menaikkan salah satu alisnya.

"Eh, ngga kak maaf hehe kalo gitu aku keatas dulu ya makasih kak," pamit Alesya salah tingkah karena ternyata lelaki di depannya mendengar gumamannya.

"Nama lo siapa?" tanya laki-laki itu.

Alesya yang sudah melangkah beberapa meter dari laki-laki itu pun perlahan memundurkan langkahnya ketika ia rasa lelaki itu berbicara padanya.

"S-saya kak?" tanya Alesya seraya menunjuk dirinya.

"Iyalah siapa lagi," jawab laki-laki itu sedikit ketus.

"Nama saya Alesya Fredella kak, panggil aja Alesya," ucap gadis itu memperkenalkan diri.

"Gue Akala," ucap lelaki itu tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Oh iya, hai kak Akala," sapa Alesya seraya tersenyum lebar.

"Sana, katanya mau ke lantai atas," ucap Akala sedikit mengusir.

"Eh, hehe iya kak, yaudah saya permisi," pamit Alesya sopan sebelum kemudian ia menjauhi laki-laki itu dengan langkah tergesa.

"Apaan banget sih ngajak kenalan tapi ngusir, dasar cowo ga jelas," Alesya mendumel kesal sambil menaiki tangga.

Flashback off..

"Jadi gitu ceritanya awal gue ketemu sama Akala. Setelah pertemuan pertama itu Akala dm gue dan yaa siapa sih yang bakal nolak pesonanya Akala. Gue jatuh hati sama dia sejak pertama kali ketemu Dan, walaupun awalnya gue kesel sama dia karena jutek banget tapi gabisa dipungkiri gue juga udah jatuh hati sama dia," jelas Alesya panjang lebar.

"Terus?" tanya Daniel seraya menaikkan alisnya.

"Setelah lomba nya selesai, gue sama dia jadi makin deket. Dia berani ke rumah gue buat ngajak jalan dan awal kelas 12 kita jadian," jelas Alesya lagi sebelum kemudian ia menghela nafas panjang.

"Sejak awal pacaran dia udah bilang sama gue bahwa dia bakalan sibuk karena dia anak BEM dan juga dia banyak mewakili kampusnya buat ikut lomba."

"Gue dari awal selalu percaya sama dia Dan, kalo dia gabakal main di belakang gue karena gue tau kalo hari-harinya Akala tuh di dedikasikan buat kampus. Apalagi waktu dia nyalonin diri sebagai ketua BEM dan akhirnya kepilih, dia jadi tambah sibuk tapi gue selalu ngertiin kesibukan dia," Alesya menghembuskan nafasnya lagi.

"Akhirnya gue kepikiran buat daftar di kampus yang sama dengan dia biar bisa ketemu terus, gue bela-belain belajar buat bisa masuk kampus yang sekarang karena walaupun kampus kita swasta, tapi gue tau buat masuk kesana tuh ga gampang."

"Akhirnya gue bisa keterima di kampus itu, jujur gue seneng banget karena gue pikir dengan keterima di kampus yang sama dengan Ansel, gue bakal bisa lebih sering ketemu Ansel.

"Tapi nyatanya? Nyatanya dia malah cuekin gue, Dan. Gue panggil dia, dia malahan jauhin gue seolah-olah kita ga kenal. Bahkan akhir-akhir ini dia masih deket banget sama cewek lain. Gue rasa lo tau siapa cewe itu," jelas Alesya panjang lebar dan sedetik kemudian gadis itu menundukkan kepalanya.

Daniel mengelus pelan bahu Alesya. Ya, kini laki-laki itu sudah berpindah posisi duduk di samping Alesya.

"Lo masih sayang sama Akala?" tanya Daniel hati-hati.

Mendengar pertanyaan Daniel, gadis itu mengangguk mantap, "Iya gue masih sayang banget sama dia, Dan."

"Tapi kalo misal Akala sendiri yang mau nyerah, apa lo masih mau kekeh pertahanin hubungan ini?" tanya Daniel lagi.

"Gue gatau Dan, gue... Bingung. Gue gamau hubungan gue sama Akala berakhir," ucap Alesya.

"Tapi dengan bertahannya hubungan ini bisa bikin lo tambah sakit, Sya."

"Iya gue tau Dan, tapi gue udah sayang banget sama Akala. Gue gamau pisah sama dia," ucap Alesya seraya menghapus air mata yang turun ke pipinya dengan kasar.

Daniel yang melihat gadis di sampingnya sangat rapuh itu hanya bisa mengelus pelan bahunya dengan harap itu bisa menenangkan gadis itu.

"Gue harap lo bisa pikir-pikir lagi, Sya buat pertahanin hubungan lo, dan gue harap lo bisa lebih liat orang-orang yang sayang sama lo dan ga bakal nyakitin lo," ucap Daniel yang membuat gadis di sampingnya itu terdiam.