webnovel

Berantem

Setelah libur satu hari, kini Alesya beserta mahasiswa dan mahasiswi baru lainnya giliran melaksanakan ospek fakultas.

Semua mahasiswa dan mahasiswi baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis kini sudah berbaris rapi di lapangan yang ada di depan gedung fakultas.

Mereka berbaris sesuai prodi masing-masing dan seperti biasa Alesya, Mikala dan Amanda selalu berdampingan.

Ketiga gadis itu mengipasi wajah mereka yang penuh keringat dengan name tag yang mereka gantung di leher dengan pita berwarna kuning, warna khas Fakultas Ekonomi.

"Eh btw Daniel dimana ya? Kok ga keliatan," tanya Amanda seraya mengipasi wajahnya, pandangannya mengedar mencari sosok Daniel.

"Ikut ke barisan lain mungkin ya?" Alesya berbalik bertanya.

"Biasanya kan bareng kita. Apa jangan-jangan lo ada masalah ya sama dia?" Tanya Amanda berbisik kearah Alesya.

"Gue gaada masalah ya sama dia. Yang ada lo tuh debat mulu kalo sama dia," jawab Alesya berbalik menuduh Amanda.

"Lo kan kemarin keluar dari bioskop bareng tuh sama dia, mana ninggalin gue sama Mikala lagi jahat banget," ucap Amanda masih kesal karena kemarin dirinya dan Mikala ditinggal oleh Alesya dan Daniel dan alhasil ia harus pulang menggunakan taxi.

Kan sayang duit, batin Amanda.

"Kan gue udah minta maaf begee. Kemarin gue tuh cuma cerita tentang Akala aja ke dia," jelas Alesya.

"Lo jelasin tentang kak Akala ke dia?" Tanya Amanda lagi memastikan dan dijawab anggukan oleh gadis berkucir kuda di sampingnya.

"Sssttt.. Diem ngapa lo berdua ngobrol mulu. Ntar dimarahin mampus lo," ucap Mikala yang berbaris di depan mereka berdua memberi peringatan.

Alesya dan Amanda yang mendengar ucapan Mikala itu pun langsung membungkam mulutnya. Benar juga kata Mikala kalau mereka ribut sudah pasti kena omel bapak Dekan yang sedang berbicara di depan.

***

Setelah pidato oleh Dekan dan jajarannya, kini mahasiswa dan mahasiswi baru dikumpulkan per prodi di salah satu ruangan di gedung FEB.

Semua mahasiswa-mahasiswi mengantri untuk masuk ke ruangan tersebut karena mereka diwajibkan untuk melepas sepatu mereka.

Alesya yang kebetulan melepas sepatunya paling akhir diantara kedua sahabatnya itu, memincingkan matanya kala melihat Daniel yang malah duduk santai di bangku panjang yang ada di taman yang terletak di seberang ruangan itu.

Gadis itu memakai kembali satu sepatunya yang sudah terlepas, dan dengan langkah pasti Alesya berjalan mendekati lelaki yang sedang menutup mata dengan earphone yang menutupi kedua telinganya.

"Heh!" panggil Alesya mengagetkan Daniel. Bagaimana tidak, Alesya menampol lengan laki-laki itu dengan tak berperi kemanusiaan.

"Astagaaa, lo ngagetin gue aja," ucap Daniel seraya mengelus dadanya sedangkan gadis yang tadi menampolnya malah nyengir tanpa dosa.

"Mau apa lo kesini? Ga ikutan masuk ke dalem?" tanya Daniel seraya menunjuk ruangan yang terletak di seberang taman itu, yang kini sudah sepi karena semua mahasiswa dan mahasiswi baru sudah masuk kesana.

"Harusnya gue yang nanya lo, ngapain lo malah santai disini ga ikut kegiatan ospek?" Alesya berbalik bertanya.

"Males gue," jawab Daniel acuh tak acuh.

"Ya sama gue juga males, tapi kan mau gimana lagi ini kan kegiatan yang wajib kita ikuti," ucap Alesya menjelaskan.

"Percuma lo ngomong gitu, lo nya sendiri malah ngikut gue kesini, ga ikut kegiatan di dalem," jawab Daniel yang membuat gadis di depannya mendengus sebal.

"Ehm..." seorang laki-laki yang mengenakan PDH berwarna navy berdehem yang membuat kedua remaja di taman tersebut tersentak kaget.

"Kenapa ga masuk ikut kegiatan dan malah berduaan disini?" tanya lelaki itu dengan nada tegas. Matanya memancarkan kemarahan yang membuat Alesya menunduk takut, tapi tidak dengan Daniel yang justru memasang wajah menantang.

"Kenapa? Gue kuliah bayar disini, terserah dong," jawab Daniel dengan nada santai namun dapat menyulut emosi pria di depannya.

"Jaga ucapanmu ya! Kamu gatau sedang berbicara dengan siapa?!" ucap lelaki ber PDH navy itu dengan nada sedikit membentak.

"Apa?! Mentang-mentang lo ketua BEM minta dihormatin mulu. Lo bukan bendera!" jawab Daniel tak kalah emosi.

Laki-laki itu adalah ketua BEM sekaligus kekasih Alesya, Akalanka Zahair Bachtiar.

"Dan, udah gausah membantah gitu, diem aja," bisik Alesya takut kearah Daniel yang sekarang wajahnya memerah menahan emosi.

"Biarin Sya, bukan berarti dia presma disini kita harus nunduk sama dia. Dasar gila hormat," ucap Daniel menyulut emosi pria di depannya.

"Asal kamu tau, ucapanmu tidak mencerminkan seorang mahasiswa sama sekali. Kamu disini harusnya membuat bangga nama kampus, bukan malah membuat kampus malu karena memiliki mahasiswa seperti kamu, apalagi mahasiswa baru," ucap Ansel tegas. Wajahnya terlihat jelas memerah karena emosi tapi sekuat tenaga ia menjaga emosinya.

"Terus? Lo pikir dengan omongan lo yang kayak gitu bikin lo semakin wah gitu?" tanya Daniel denga nada meremehkan.

"Dan, gue bilang udah ya udah," ucap Alesya dengan nada sedikit tinggi seraya menarik kemeja yang dikenakan lelaki itu.

"Kamu Alesya, kamu itu perempuan. Ga seharusnya berduaan dengan laki-laki di tempat sepi seperti wanita murahan!" cetus Akala.

Deg...

Kalimat yang baru saja terlontar dari mulu Akala membuat mata Alesya memanas. Sekali saja ia berkedip, sudah dapat dipastikan air matanya akan tumpah.

"Apa lo bilang?! Alesya cewek murahan?! Dia cewek lo bego! Ga seharusnya lo ngomong kayak gitu ke dia. Kalo lo gabisa bahagiain dia, biar gue yang gantiin buat bahagiain dia," emosi Daniel semakin memuncak kala mendengar Akala mengucapkan kata murahan kepada Alesya, apalagi setelah ia melihat gadis di sampingnya itu mati-matian menahan air matanya.

Bughh..

Satu bogeman melayang kearah wajah Daniel yang membuat laki-laki itu jatuh tersungkur.

"Daniel!" teriak Alesya seraya membantu Daniel berdiri.

Dosen yang sedang mengisi materi ospek di ruangan seberang taman pun ikut berlari menghampiri ketiga remaja yang sedang bermasalah itu.

Sedangakan semua mahasiswa mahasiswi di dalam ruangan itu saling berdesakan untuk melihat apa yang terjadi antara pres BEM dan kedua teman satu angkatan mereka.

Ada pula yang merekam adegan tersebut supaya adegan tadi bisa viral di sosmed lambe turah kampus.

"Sudah-sudah kalian ini malah berantem. Kalian sudah mahasiswa, bukan anak SMA lagi tapi kelakuan kalian seperti anak SMA! Dan kamu Akalanka! Kamu ketua BEM kampus ini yang mana kamu adalah panutan adek tingkat kamu, tapi kamu malah berantem. Kelakuanmu tadi tidak pantas disebut PRESMA!" bentak Bapak Dosen yang kebetulan tadi sedang mengisi materi ospek di ruangan Alesya.

Sedangakan ketiga remaja di taman itu hanya menundukkan kepalanya takut.

"Sekarang Akala, kamu minta maaf sama adek tingkat yang kamu pukul tadi," ucap Dosen itu kepada Akala namun yang diajak berbicara hanya diam saja enggan melaksanakan perintah Dosen tersebut.

"Ayo! Apa mau saya laporkan ke Bapak Rektor atas kelakuan kamu tadi," ancam Dosen itu yang langsung membuat Akala mengulurkan tangan kearah Daniel.

"Saya minta maaf sudah kelepasan mukul kamu," ucap Akala meminta maaf seraya mengulurkan tangannya kearah Daniel dan uluran tangannya dibalas oleh Daniel, namun Daniel hanya menunjukkan wajah datarnya.

"Sudah, sekarang kalian berdua masuk ke dalam ruangan, dan kamu Akala! Silakan kembali melaksanakan tugas kamu. Dan untuk insiden seperti tadi jangan sampai terulang lagi," ucap pak Dosen memberi peringatan sebelum kemudian pergi meninggalkan taman.

"Ayok Sya, kita masuk ke ruangan aja," ajak Daniel seraya menarik tangan Alesya untuk mengikutinya.

Sebelum meninggalkan taman itu, Alesya menatap Akala dengan tatapan kecewanya, "Aku kecewa sama kakak."

Itulah kata terakhir yang Alesya ucapkan sebelum mengikuti Daniel untuk kembali mengikuti serangkaian kegiatan ospek di ruangan.