Lucy mematikan lampu kamar dan berbaring kembali. Tak butuh waktu lama untuk netranya merasakan kantuk. Perlahan, ia memejamkan mata dan terjun ke alam mimpi.
Sedangkan sedari tadi ada yang memperhatikan Lucy di sudut ruangan. Langkah kakinya berjalan perlahan. Ia memandang wajah Lucy. Kamar tersebut hanya diterangi oleh lampu di atas nakas.
Dominic memandang tajam mata-mata yang berhasil ditangkap oleh para prajuritnya. Ia yang hendak pergi mengurungkan niatnya. Dominic berjalan mendekat ke arah mata-mata tersebut.
"Katakan, siapa yang menyuruhmu untuk memata-mataiku?" tanyanya dengan intonasi datar serta wajah yang datar pula.
Pria itu mencoba untuk sabar. Ia tak ingin mengotori tangan dan pakaiannya saat hendak pergi. Akan merepotkan sekali nantinya.
Sang mata-mata mendongak. Wajahnya terlihat lebam, kening serta sudut bibir bawahnya robek dan mengeluarkan darah.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者