webnovel

Ai No Koe (Suara Cinta)

Ai No Koe "Voice of Love" Okino Kaito, remaja yang kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Ame (hujan) gadis yang ia temui di musim panas hari itu lenyap dari dunia ini. Walau hanya satu bulan mereka bersama, tapi cinta bisa tumbuh kapan saja. Sampai saat Ame meninggalkan dunia ini. Kaito seakan kehilangan hujan semangat nya. Dua tahun kemudian ia bertemu dengan gadis misterius yang tak mau berbicara sama sekali. Entah kenapa takdir membuat Kaito tertarik pada gadis itu. Hari demi hari Kaito lalui, mimpi mimpi aneh mulai menghantui nya. Potongan potongan mimpi itu memberi sebuah petunjuk pada Kaito. Kenapa Kaito selalu bermimpi aneh?

OkinoKazura · 青春言情
分數不夠
114 Chs

Chapter 64

Kaito

"Becanda becanda ... gak usah kaget gitu lah ...", ucap gadis itu menenangkan ku dengan sedikit tawa nya.

"Kaito, jika kau memang dari masa depan dan kau kembali ke waktu ini ... apa saja yang ingin kau perbaiki?", lanjut gadis itu bertanya seraya memandang ke arah jendela yang menyajikan pemandangan laut yang indah.

"Hmm ... gak ada tuh ... tapi aku malah pengen tau seperti apa masa lalu orang lain yang ku kenal ... siapa tau aku bisa membantu mereka berubah menjadi lebih baik di masa depan", jawab ku.

"Mmm ... kau orang nya baik ya ... kau tak memikirkan masalah mu, malah kau mikirin masa depan orang lain", ucap gadis itu memuji ku.

"Kalau kau sendiri? ... apa yang akan kau lakukan?", tanya ku lagi.

"Aku? ... Gak ada yang mau ku lakuin ...", jawab gadis itu.

"Ano ... aku belum tau namamu", ucap ku.

"Ohh ... maaf maaf ... nama ku Yume ... Tenshi Yume", jawab nya.

He?! Nama nya kok rada aneh?

"Tenshi Yume ... malaikat mimpi", gumam ku.

"He? kau tau artinya? sudah ku duga kau akan mengerti", ujar gadis itu.

"Eh? mengerti apa?", tanya ku bingung.

"Aku seorang malaikat Kaito ... aku adalah malaikat mimpi", kata gadis itu.

"He? aku masih gak ngerti, becanda kah?", ucap ku bingung.

"Apa kau yakin kau tak mau memperbaiki sesuatu?", tanya Yume seraya berdiri dari kursi.

Disaat yang sama aku yang melihat ke arah laut terkejut karena ada ombak besar yang menuju ke arah kami dengan sangat cepat. Gelombang air itu pun menghantam kami, sesaat hanya hitam dan gelap yang kurasakan.

"Kaito ... buka mata mu", suara Yume.

Saat aku membuka mata aku sudah berdiri di dalam perpustakaan kota bersama Yume.

"Sudah ku duga semua ini hanya mimpi ...", ucap ku.

"Semua ini bukan mimpi Kaito", kata Yume melihat lihat ke rak buku besar yang ada didepan kami.

"Lalu?"

"Kau harus mencari tau nya sendiri ... aku pergi dulu ya ...", ucap Yume lalu menghilang entah kemana.

Haa?!! kenapa? apa aku sudah gila?, ini mimpi atau apa sih? ...

"Se-senpai? kok ngalamun?", suara Ame seraya menepuk pundak ku.

"Loh ... eh?!, kok kamu bisa kenal aku?", tanya ku penasaran.

"Senpai ini kenapa? ... becanda ya?", ucap Ame dengan sedikit tawa.

Aku pun melihat pakaian apa yang ku kenakan sekarang. Ternyata aku kembali memakai seragam SMP ku. Dan juga sepertinya aku kembali ke tubuh ku waktu SMP. Tak heran Ame mengenali ku.

Tapi kenapa Yume membawaku ke sini?

"Eh ... Ame, keluar bentar yuk ...", ajak ku.

"Loh ... terus novel nya gimana?", tanya Ame bingung.

"Besok kan bisa toh ... yuk, sekali kali lah ... ya,ya?", ujar ku membujuk nya untuk ikut.

"Ya udah ... tapi kita mau kemana?", lanjut Ame bertanya.

"Hmm ... lihat sunset bareng aja yuk", ucap ku lalu menggandeng nya keluar dari perpustakaan kota.

"Se-senpai? ... kenapa tiba tiba ...", ujar nya dengan pipi yang memerah.

"Udah ikut aja ... siapa tau kita bisa dapet inspirasi kan?", ucap ku tetap melanjutkan langkah ku.

Entah kenapa tiba tiba aku ingin mengajak Ame untuk melihat matahari terbenam. Aku melangkah bersama Ame menuju pantai yang tak jauh dari perpustakaan kota. Setelah beberapa lama melangkah akhirnya kami sampai di pantai. Ini adalah pantai yang sama saat aku bertemu dengan Yume.

Dengan perlahan kami melangkah diatas pasir pantai yang lembut itu. Kami pun menghentikan langkah dan berdiri di depan matahari yang akan segera ditelan oleh air pantai. Suara deru ombak di sore hari terdengar jelas di telinga ku.

"Kenapa senpai tiba tiba gini sih?", tanya Ame bingung.

"Karena ... kau ... kau akan segera terbenam ...", gumam ku perlahan.

"Apa? senpai ngomong sesuatu?", lanjut Ame bertanya sembari menarik lengan seragam SMP ku.

"Enggak kok ... gak ada apa apa", kata ku seraya menggelengkan kepalaku.

"Eh ... Ame ... apa kamu punya sesuatu yang pengen kamu omongin sama aku?", tanya ku tetap memandang ke arah matahari yang mulai turun perlahan.

"He?! maksudnya?", tanya Ame dengan wajah bingung nya.

"Aku ... kalo gak ada ya gapapa ... tapi aku punya sesuatu yang pengen aku omongin sama kamu", lanjut ku lalu menggenggam tangan nya.

"Se-senpai?!", wajah nya mulai memerah karena aku menggenggam tangan nya.

"Jangan lupakan aku ya?, walau ini mimpi ... aku sangat ingin mengatakan ini padamu", matahari yang bulat itu sekarang tinggal setengah karena ditelan air laut.

"A-apa itu senpai?", matahari sudah terbenam dan menyisakan cahaya oranye nya.

"Aku ... aku mencintai mu"