Hai...
Perkenalkan, namaku Katya Zara Alona. Orang-orang biasa memanggilku Zara. Ya...,aku Zara Alona, pekerja seni yang menghabiskan waktuku 24 jam demi sebuah kata 'Profesional'. Tapi semua aku lakukan bukan semata-mata hanya demi profesionalisme saja, dibalik itu semua, ada passion yang aku miliki di bidang ini, yang tentunya tidak semua orang beruntung bisa memilikinya.
Di usiaku yang sudah bukan remaja lagi, aku akhirnya menemukan apa yang aku cari selama ini. Pekerjaan yang memang sesuai dengan passion ku. Kalau berbicara soal umur, mungkin bagi sebagian orang aku sudah tak muda lagi. Apalagi untuk seorang pekerja seni yang lebih dikenal dengan nama artis seperti diriku. Saat ini usiaku menginjak 25 tahun. Usia yang sudah matang untuk ukuran wanita Indonesia. Usia yang sudah sangat familiar dengan pertanyaan dari orang-orang sekitar tentang "Kamu kapan mau nikah?".
Banyak yang berpikir aku lebih mementingkan karir dan nama besar ku dibandingkan memilih berumah tangga dan bahagia. Sebegitu besarkah ambisi ku di mata banyak orang?. Ya, wajar saja orang berpikiran negatif tentang diriku, karena mereka hanya mengenalku lewat layar kaca dan media sosial. Mereka hanya mengenalku sebagai Zara Alona yang setiap hari tampil memukau, hidup gemerlap bagai bintang, memiliki apapun yang aku mau hanya dengan menjentikkan jariku.
Hidupku tak seindah peran yang banyak aku lakoni. Aku pun tidak langsung sukses menikmati popularitas ku tanpa melewati banyak kerja keras dan air mata. Semua aku rintis dari bawah. Dari bukan siapa-siapa. Aku berawal dari Katya Zara Alona, gadis belia berusia 21 tahun yang hobi memasak. Aku anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahku bekerja di sebuah bank dan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa yang pandai mencari sampingan dari berjualan masakan hasil kreasi tangannya. Kami hidup sederhana dan biasa-biasa saja. Kami tidak susah namun tidak juga berlimpah.
Terlahir sebagai si bungsu, aku bersyukur dibanjiri kasih sayang dan perhatian dari orang tua dan kakak-kakakku. Aku tumbuh dalam sebuah keluarga yang hangat, bahagia dan penuh semangat. Aku tumbuh menjadi si bungsu yang ceria, banyak bicara, bersemangat dan selalu memandang dunia dengan positif dan optimis. Tak pernah aku bayangkan akan menjadi seorang artis. Sungguh semuanya berawal dari ketidaksengajaan yang berakhir kesempurnaan untukku.
Semua berawal dari empat tahun yang lalu. Berawal di suatu siang yang cerah, dimana aku dan Kak Lana kakakku yang nomor 3, kami sedang menghabiskan waktu di mall. Lebih tepatnya aku menemani kakakku mencari shampo favoritnya. Kebetulan aku sedang tidak ada jadwal kuliah hari itu dan Kak Lana sedang cuti dari kantornya. Mencari shampo mengantarkan ku pada tawaran mengikuti audisi untuk iklan shampo. Ternyata shampo langganan Kak Lana sedang mengadakan audisi mencari bintang untuk dijadikan bintang iklan. Tanpa sengaja aku dipertemukan dengan Dado, seorang pria pemilik agency yang mati-matian membujukku untuk ikutan audisi. Aku dan Kak Lana sampai harus kucing-kucingan dengan Dado saat itu karena aku sama sekali tidak berminat ikut audisi.
"Ayolah Zara, kamu harus percaya sama instingku, aku yakin kamu bisa terpilih jadi bintang iklan shampo ini. Aku jamin, ini ga akan sia-sia. Kamu cuma ikutin tahapan audisi ini aja, ga berat kok, tenang aja, semua aku yang urus" begitulah bujukan Dado saat itu kepadaku supaya aku mau ikutan audisi.
Dado pantang menyerah. Setelah dengan amat sangat terpaksa aku memberikan nomor hp dan alamat rumahku, Dado nekad datang ke rumahku dan membujuk orang tuaku agar mengizinkan aku ikut audisi itu. Dan mungkin sudah jalanku, orang tuaku justru ikut mendukung ide Dado dan mereka malah menyuruhku untuk mengikuti ide Dado. Padahal selama ini orang tuaku selalu berpesan, pendidikan itu nomor satu. Pernah Mas Dendri kakak sulung ku yang hobi fotografi menawariku untuk ikutan ajang pemilihan sampul untuk majalah remaja, namun ide Mas Dendri ditentang habis-habisan oleh ayahku. Anehnya rayuan maut Dado justru membuat orang tuaku memberikan izin dan malah memaksaku untuk ikut audisi. Saat itu aku tidak tahu harus kesal atau justru berterima kasih pada Dado. Dado, manager kesayanganku yang akhirnya setia mendampingiku selama 4 tahun ini.
Jika saat awal sebelum audisi aku meragu dengan segala janji manis Dado, akhirnya aku berterima kasih padanya. Tanpa aku duga, dengan penampilanku yang sederhana, riasan make up yang minimalis dan kemampuan modeling yang tidak ada, siapa sangka aku berhasil lolos audisi dan untuk pertama kalinya aku tanda tangan kontrak untuk menjadi bintang iklan. Ya, aku, Zara Alona, mahasiswi akuntansi yang cupu ini bisa jadi bintang iklan shampo. Walaupun saat awalnya aku tampil sebagai pendamping artis yang jadi brand ambassador shampo itu, tapi itu adalah gebrakan awal ku di dunia entertaint. Thanks to Dado, dia selalu setia mendampingiku, hingga akhirnya aku berhasil memperoleh tawaran iklan-iklan lainnya. Sepertinya keberuntungan berpihak padaku, setelah beberapa iklan aku bintangi, datanglah tawaran untuk casting film televisi. Aku tidak tahu, apakah memang jalanku sudah terbuka, atau memang pertemuanku dengan Dado pembuka bagi jalanku selanjutnya, yang pasti akhirnya aku bisa berada diposisi sekarang melalui berbagai jalan yang terjal dan berliku. Semua tidak selalu manis, namun bagiku jalan ini sudah jalan Tuhan yang dipermudah untukku.
Dan kini aku menjadi artis yang sesungguhnya. Waktuku aku habiskan untuk syuting film dan drama seri serta pemotretan iklan. Hasil yang aku peroleh dengan restu orang tua, dukungan kakak-kakakku dan sahabat-sahabatku, serta kerjasama yang baik dengan Dado managerku. Zara Alona, gadis biasa yang tadinya hanya memikirkan kuliah dan memasak, kini tak lagi punya banyak waktu untuk mencoba menu baru di dapur kesayangannya. Aku memperoleh bakat memasak turunan dari ibuku yang memang sangat handal memasak. Dulu aku pernah bermimpi membangun usaha kuliner sendiri, tapi kini impian itu harus aku tunda dulu entah sampai kapan. Aku tetap menyimpannya dalam asa dan harap ku, karena aku tahu aku tak bisa selamanya menjadi seorang artis. Akan tiba masanya nanti orang-orang tak lagi menanti karya-karyaku, tak lagi antusias dengan kabar dan penampakanku, dan bahkan akhirnya namaku hanya akan jadi masa lalu sejalan dengan bertambahnya usiaku.
Padatnya rutinitas ku membuatku tak banyak waktu untuk bergaul dengan teman dan sahabatku. Bahkan waktuku untuk keluargaku tidak lagi banyak seperti dulu. Tapi keluargaku tetap jadi prioritas ku. Karena aku sadar, keluargalah tempatku kembali ditengah penatnya aktivitas dan sesaknya permasalahan hidup sebagai seorang entertaint. Mungkin banyak orang melihat betapa sempurnanya hidupku. Ya, aku memang bersyukur dengan segala kelengkapan hidup yang aku miliki. Aku tak mau menyebutnya kesempurnaan, karena bagiku dalam hidup tidak ada yang sempurna. Aku punya karir yang sedang cemerlang, aku didampingi keluarga yang sepenuh hati menyayangiku, aku punya sahabat yang setia mendengar celotehku setiap harinya, aku punya fans yang mensupport ku apa adanya. Oh iya, ada satu lagi pelengkap kebahagiaanku. Ya...dialah Jendra Zola. Pria terbaik yang sudah melengkapi kisah kasihku sejak 3 tahun yang lalu. Tak banyak yang tahu sosok Jendra sebagai pasanganku, karena memang Jendra tidak suka sorot kamera dan tidak suka publikasi. Tapi aku tidak pernah menutupi bahwa aku bukanlah artis single yang available untuk dijodohkan dengan lawan mainku. Aku tahu, jutaan fansku banyak yang baper melihat aktingku hingga berharap aku dan lawan mainku menjadi pasangan di dunia nyata. Bagiku privacy adalah segalanya, tapi aku tak pernah menutupi bahwa Zara Alona kini tak lagi single dan sedang menjalin hubungan serius dengan Jendra Zola.