M
alam ini, Leonna harus tidur terpisah dengan Verrel. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Leonna tetap tidak bisa tidur. Sedangkan Rasya di sampingnya sudah terlelap. Ia sudah berguling kesana kemari seperti kambing guling tetapi tetap saja belum juga bisa tertidur. "ahh,, ini tidak bisa berlanjut." keluhnya terbangun dari tidurnya. Ia meraih handphonenya dan mengirim Chat ke Verrel.
∙Leonna : Kakak....
∙Kak Verrel : Hmm, kamu belum tidur De.
∙Leonna : Gak bisa tidur, kakak belum tidur juga? Apa aku mengganggu?
∙Kak Verrel : Tidak,
∙Kak Verrel : Kebetulan juga kakak belum tidur.
∙Leonna : Kakak gak bisa tidur juga yah,
∙Kak Verrel : Iya, gak ada kamu buat kakak peluk.
∙Kak Verrel : De, keluar kamar dong. Kakak tunggu di depan
Leonna tersenyum bahagia membaca chat terakhir dari Verrel, iapun bergegas keluar dari kamar. Tetapi sebelum itu, ia menatap pantulan dirinya dulu di depan cermin dan merapihkan rambut dan wajahnya agar terlihat cantik. Setelah merasa lebih baik, iapun berjalan keluar kamar. Leonna tersenyum manis saat melihat Verrel sudah berada di depan pintu kamarnya tengah bersandar ke dinding di sebelanya dengan kedua tangannya yang masukan ke dalam saku celana tranning yang dia pakai. "Hai," sapanya dengan senyumannya membuat Leonna tersenyum malu.
"Hai Kak,"
"Kenapa belum tidur?" Tanyanya.
"Tidak bisa tidur, Kakak belum tidur juga?" Tanya Leonna.
"Tidak bisa tidur juga,"
"Harusnya kak Rasya tidur sama kak Percy." Verrel mengangguk setuju.
"Mau tidur denganku?" Tanya Verrel yang langsung di angguki Leonna.
Verrel menarik tangan Leonna menuju ke ruangan lain di bagian belakang rumah. Tak jauh dari kolam renang dan taman belakang, terdapat rumah pohon kecil. "kita tidur disana,"
"Rumah pohon?" Tanya Leonna.
"Iya, Ayo." Verrel kembali menarik tangan Leonna menuju rumah pohon itu.
Ia membantu Leonna menaiki rumah pohon itu.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah pohon yang hanya terdapat sebuah ranjang kecil dan lemari kecil di dalamnya. Di dekat ranjangpun terdapat nakas dan lampu tidur. Verrel menyalakan lampu tidur membuat suasana menjadi redup dan romantis. Leonna menatap ke arah Jendela yang mampu memperlihatkan bulan purnama yang begitu terang indah. Walau tak ada bintang, tetapi sinarnya mampu memperindah dan menerangi langit gelap.
"Indah," gumam Leonna menyentuh jendela seakan ingin menggenggam bulan itu. Verrel memeluk tubuh Leonna dari belakang hingga membuat Leonna menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Verrel. "aku merasa bisa menggenggam bulan dari sini, Kak."
"Hmm, disini kita mampu menatap bulan dan bintang lebih dekat." ucap Verrel membuat Leonna mengangguk. Verrel memutar tubuh Leonna hingga kini mereka saling berhadapan, senyuman tak luput dari bibir keduanya. Sebelah tangan Verrel terangkat untuk merapihkan rambut Leonna dan membelai wajahnya.
"Kak,"
"hmm,"
"Kakak kenapa bisa putus sama Kere? Kan dia kekasih Kakak yang paling lama hubungannya," ucapan Leonna menghentikan aktivitas Verrel.
"Jadi sekarang istriku ini mulai kepo yah." Verrel mencubit hidung Leonna.
"Aku penasaran, Kak." Verrel menuntun Leonna untuk duduk di sisi ranjang.
"Kakak berpacaran dengannya selama satu tahun. Hubungan kami memang cukup lama, tetapi dia memilih pergi untuk kariernya saat Kakak akan mengajaknya untuk serius." ucap Verrel melirik ke arah Leonna untuk tau bagaimana responnya.
"Apa benar dia temannya kak Randa?" Tanya Leonna.
"Iya, dia temannya Randa. Caren adalah seorang model iklan, tapi sepertinya sekarang dia mulai menggeluti usaha milik Papanya."
"Pantas saja dia begitu cantik," gumam Leonna.
"Kamu jauh lebih cantik, De." ucap Verrel menatap Leonna.
"Jangan menghiburku, aku tau Kakak bohong." Leonna terlihat cemberut.
"Dengarkan, cantik itu relatif. Kamu cantik dengan kesederhanaan kamu, kakak sangat menyukai itu. Dulu Caren tidak secantik sekarang, mungkin karena sering bermake up dan melakukan berbagai perawatan, dia jadi seperti sekarang."
"Percayalah, Kakak tidak berbohong. Kamu cantik, sangat cantik dengan kesederhanaan kamu." ucap Verrel.
"Kakak gak bohong kan? Kakak gak terpikat sama Kere lagi kan?"
"Nggak sayangku, aku tidak butuh yang cantik. Aku butuh wanita yang memiliki hati yang cantik, aku butuh wanita yang mencintaiku, dan aku butuh wanita yang memiliki ketulusan dalam hatinya." Leonna tersenyum mendengarnya, ia memeluk tubuh Verrel dengan menyandarkan kepalanya ke dada bidang milik Verrel.
"Jangan pernah tinggalkan aku, Kak." ucap Leonna memainkan dada Verrel.
"Pasti, itu adalah keputusan terbodoh yang aku lakukan."
"Aku mencintai Kakak,"cicit Leonna tersipu malu.
"Kakak juga mencintai kamu De, sangat." gumam Verrel mengusap kepala Leonna. "Sudah malam, sebaiknya kita tidur," ucap Verrel yang di angguki Leonna.
Mereka merebahkan tubuh mereka, dengan saling berhadapan dan Leonna memeluk tubuh Verrel begitupun juga dengan Verrel.
Saat pagi menjelang, Leonna tak menemukan Verrel di sampingnya. Dengan mata sayunya ia berjalan menuruni rumah pohon itu dan berjalan memasuki Villa.
Di meja makan terlihat Percy tengah menikmati sarapannya bersama Rasya, Adit, Sarah dan Andra. Leonna tak melihat keberadaan suaminya. "Pagi Leonna," sapa Rasya dengan senyumannya.
"Pagi Kak, pagi semua." ucap Leonna. "kak Percy, kak Verrel mana?" Tanyanya seraya mengikat rambutnya asal.
"Verrel sedang jogging," ucap Percy meneguk tehnya.
"Kok gak ajak-ajak aku," gerutu Leonna berjalan menuju keluar Villa.
Leonna menatap sekeliling dan menghirup udara segar. Ia berjalan menyusuri perkebunan teh, untuk mencari keberadaan Verrel.
Tak jauh di depannya, Leonna melihat Verrel tengah berlari dengan bertelanjang dada memperlihatkan tubuh sixpacknya. Leonna mendengus sebal melihatnya. "Verrel, tunggu." teriakan seseorang menyentakkan Leonna.
Mata Leonna membelalak lebar saat melihat Caren berlari di belakang Verrel, tetapi Verrel seakan tak menghiraukannya dan terus berlari. "oh jadi ini yang dia lakukan, makanya dia tidak mengajakku jogging." gerutu Leonna dengan mata berkaca-kaca dan kesalnya.
Langkah Verrel terhenti saat melihat Leonna berdiri di depannya dengan masih memakai pakaian tidurnya dan rambut yang di ikat asal. Selain itu, sandal jepit menghiasi kaki indahnya. Verrel melepas earphone yang dia pakai di kedua telinganya, ia juga mematikan musi dari handphonenya. Verrel berjalan mendekati Leonna.
"Verrel, kenapa meninggalkanku sih." Caren seketika mengapit lengan Verrel membuat Verrel tersentak kaget.
"Caren,"
"Kamu ini curang yah. Katanya mau balapan lari, tapi malah lari duluan sebelum hitungan ketiga," ucap Caren tanpa memperdulikan keberadaan Leonna di depan mereka. Verrel sudah sangat serba salah.
"Kamu ngomong apa sih, Ren? Aku gak tau kalau kamu di belakangku." ucap Verrel dengan kernyitannya.
"Kamu memang selalu begitu. Ah, aku lupa ternyata sedang ada istri bocahmu disini. Pantas saja kamu mengelaknya." ucap Caren tersenyum mengejek ke arah Leonna.
"Apaan sih," Verrel menepis kedua tangan Caren yang melingkar di lengannya. Leonna berjalan mundur dan beranjak pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua. "De," panggil Verrel mengejar Leonna yang berjalan dengan menangis. "De, tunggu." Verrel menggapai lengan Leonna.
"Lepas !!" pekik Leonna dengan tangisnya dan terus berjalan tanpa menghiraukan Verrel.
"De, percaya sama Kakak. Aku tak tau kalau Caren mengikutiku." ucap Verrel kembali menggapai lengan Leonna tetapi Leonna menepisnya dengan sangat emosi.
"De,"
"Pergi! aku ngambek sama Kakak, Kakak ninggalin aku sendiri dan malah asyik asyikan bersama si Kere itu. Kakak jahat," pekik Leonna mengusap air matanya dengan kasar dan mempercepat langkahnya.
"De, ini tak seperti yang kamu bayangkan, dengarkan Kakak dulu."
"Aku tidak mau dengar, aku tidak mau dengar, aku tidak mau dengar." Leonna menutup kedua telinganya sambil terus berjalan dengan menghentakkan kedua kakinya kesal. "aku ngambek sama Kakak."
"De," Verrel yang lelah, langsung menarik lengan Leonna membuatnya tertarik dan berbalik ke arah Verrel. Verrel langsung mencium bibir Leonna dengan menekan tengkuk belakang Leonna.
"Lemmpppmmmmmm," Leonna memukul dada Verrel untuk melepas ciuman Verrel, tetapi Verrel semakin menekan tengkuknya. Verrel tak memperdulikan Leonna yang terus berontak minta lepas. Caren yang melihatnya langsung memalingkan wajahnya yang terlihat sangat merah karena emosi. Dengan mengepalkan kedua tangannya, iapun berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.
Leonna yang lelah memberontak, akhirnya pasrah dan malah mengalungkan kedua tangannya di leher Verrel dan membalas ciuman Verrel. Verrel tersenyum dalam ciumannya. Setelah lama, iapun melepas pangutannya. Keduanya menghirup udara sebanyak-banyaknya. Leonna yang ketauan membalas ciuman Verrel langsung berpaling memunggungi Verrel dan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Masih ngambek?" Verrel mencolek hidung Leonna dengan senyumannya.
"Tau ah," Leonna memalingkan wajahnya dengan wajah meronanya karena malu. Verrel tersenyum dan gemas sendiri melihat tingkah Leonna.
"Yakin masih ngambek? Kok malah bulshing sih." goda Verrel.
"Nggak!!" ucap Leonna menahan malunya.
Verrel menarik kedua lengan Leonna, menarik Leonna agar menghadap kepadanya. Verrel juga menarik dagu Leonna agar dapat bertatapan dengannya. Mata biru itu kembali terkunci dan terpaut dengan mata bulat milik Leonna.
"Kamu percaya kan sama Kakak?" Tanya Verrel dengan lembut dan Leonna mengangguk lirih. "Pintar," Verrel membelai pipi Leonna dengan lembut. "Kakak tidak berbohong, aku sungguh tidak tau kalau Caren mengikuti Kakak."
"Tapi kenapa Kakak gak ngajak Leonna jogging." cicit Leonna.
"Kakak gak tega membangunkan kamu, Sayang. Kamu tidur dengan sangat nyenyak,"
"Terus, kenapa gak pakai baju? Kakak mau pamer roti sobek sobek Kakak ini, kakak mau tebar pesona sama gadis gadis desa dan juga si Kere itu." Pekik Leonna dengan lucunya membuat Verrel tersenyum geli melihatnya. "kenapa malah tersenyum? Gak ada yang lucu, Kakak sengaja ingin pamerin roti sobek sobeknya ke para perempuan." ucap Leonna menghapus air matanya yang kembali luruh membasahi pipi.
"Kamu cemburu?" Tanya Verrel.
"Pertanyaan bodoh apa itu? Aku ini istri kakak, bagaimana mungkin aku tidak cemburu. Kakak jahat, hikzz." isaknya dengan menghentakkan kedua kakinya.
"Iya iya maafin Kakak yah, habis lari di sini lebih enak saat tidak pakai baju. Gerah dan sejuk benar-benar membuat badan lebih nyaman." ucap Verrel.
"Aku tidak mau tau, Leonna tidak mau Kakak pamerin roti sobek sobek ini."
"Iya iya, maafin Kakak yah princes," Verrel mengusap air mata Leonna dan mengecup kedua matanya. "jangan menangis lagi, Kakak janji ini yang terakhir."
"Kakak suka yah kalau badan kakak yang banyak kotaknya ini-"
"Sixpack," ucap Verrel.
"Iya itu pokoknya. Kakak suka yah kalau banyak cewek yang melotot dan ngiler liatin roti sobek sobek seksi ini." ucap Leonna dengan sendu.
"Tidak sayang, sungguh Kakak tidak menyukainya." ucap Verrel.
"Kenapa gak pakai baju? Apa kalau aku pakai bikini keliling kebun teh ini, Kakak gak akan marah?" Tanya Leonna.
"Ya allah De, ya pasti Kakak marah. Kakak tidak mau tubuh kamu di lihat orang lain." ucap Verrel.
"Ya, begitupun aku. Kakak jahat,"rengek Leonna kembali menangis.
"Cup cup, udah yah kakak minta maaf. Sekarang kita pulang, biar kakak bisa pakai baju."Verrel sungguh extra sabar menghadapi istrinya ini.
"Jangan," ucap Leonna.
"Kenapa?" Verrel mengernyitkan dahinya bingung.
"Di Villa kan ada 3 perempuan, nanti mereka pada ngiler liatin roti sobek sobek milik Leonna ini." ucap Leonna dengan manjanya membuat Verrel terkekeh.
"Kamu ada-ada aja sih sayang, yah gak akanlah." ucap Verrel mencubit pelan hidung mancung Leonna.
"Aku tidak mau pokoknya, sebentar aku ngumpulin daun dulu buat nutupin tubuh Kakak." Verrel mengernyitkan dahinya.
"Oke gini deh, bagaimana kalau kakak berjalan di belakang kamu, kamu tutupin tubuh kakak. Atau kamu ambil baju kakak, kakak tunggu disini." ucap Verrel.
"Tapi takut ada cewek yang datang pas aku gak ada." ucap Leonna.
"Terus bagaimana?" Tanya Verrel melipat kedua tangannya di dada
"Bagaimana kalau Kakak pakai baju Leonna saja, biar Leonna yang -"
"De !!" pekik Verrel kesal. Bagaimana mungkin Leonna mengatakan itu. "maksud kamu, kamu membiarkan tubuh kamu yang terlihat??? Begitu? Astaga De, aku ini lelaki. Bertelanjang dada sudah tak aneh dan biasa. Kamu mau pamerin tubuh kamu begitu?" Tanya Verrel mulai kesal. "Yang lain gak akan gimana-gimana, aku suami kamu dan hanya kamu yang berhak mengenai tubuhku. Biarkan saja mereka yang mengagumi, aku tidak perduli." ucap Verrel membuat Leonna menunduk.
Verrel menghela nafasnya jengah. "Jadi sekarang mau bagaimana? Mau disini terus sampai sore atau kembali ke Villa?"
"Terserah," Leonna beranjak pergi meninggalkan Verrel sendiri. Verrel hanya bisa menghela nafasnya dan berjalan mengikuti Leonna. Sesampainya di Villa, terlihat yang lain tengah menikmati sarapan mereka.
"Leonna, ayo kemari kita sarapan. Kakak masak nasi goreng." ucap Rasya mendekati Leonna yang masih cemberut. "kamu nangis?" Leonna menggelengkan kepalanya seraya menghapus air matanya. "ada apa sayang?"
"Rel, ini jus buah. Bukankah kamu sangat menyukai jus buah setelah selesai olahraga." Caren mendekati Verrel dengan menyodorkan minuman itu ke Verrel.
"Aku mau ke kamar," Leonna langsung beranjak ke dalam kamarnya meninggalkan semuanya. Verrel juga terlihat tak menanggapi Caren.
"Ada apa?" Tanya Percy yang kebingungan.
"Bujuk dia, Rel. Leonna masih kecil." ucap Rasya.
"Gue samperin dia dulu, jam setengah 9 kita pergi ke tempat proyek." ucap Verrel berlalu pergi menghampiri Leonna.
Di dalam kamar, Leonna mengambil handuknya sambil menangis. Kak Verrelnya malah membentaknya, padahal Leonna hanya bercanda menawarkan itu. Kenapa bisa sampai semarah itu, bagaimana mungkin Leonna mau bertelanjang di tempat umum. Ia hendak memasuki kamar mandi, tetapi langkahnya terhenti saat melihat Verrel memasuki kamarnya. Ia hanya mendengus kesal dan masuk ke dalam kamar mandi, tetapi saat ingin menutup pintu, Verrel segera menahannya dan ikut masuk ke dalam kamar mandi. "Mau ngapain lagi sih" ucap Leonna kesal, air matanya tak mau berhenti mengalir membasahi pipinya.
"Kamu marah?" Tanya Verrel dengan lembut.
"Keluar Kak, aku mau mandi." Leonna memalingkan wajahnya. Dan berjalan menuju Jacuzzi, ia mengisi air dan sabun ke dalam sana dengan kesal. Verrel masih memperhatikan tingkah istrinya yang ngambek. Setelah mengisi Jacuzzinya, Leonna menambahkan aroma terapi di sana lalu berbalik dengan melipat kedua tangannya di dada. "aku mau mandi, tolong keluar." ucap Leonna dengan nada jutek.
"Kakak tidak mau, sebelum kamu memaafkan Kakak." ucap Verrel dengan santai dengan bersandar ke dinding kamar mandi dan memasukan kedua tangannya ke saku tranningnya seperti cirikhasnya.
"Terserah," Leonna beranjak memunggungi Verrel dan meloloskan T-shirtnya di depan Verrel. Verrel masih memperhatikan istrinya yang tengah melucuti semua pakaiannya. Hanya dengan melihat Leonna melucuti pakaiannya saja, gairah Verrel langsung terbangkitkan. Leonna benar-benar sudah mengobrak abrik hati dan hidupnya. Ia yang biasanya mampu menahan gairahnya sendiri, tetapi saat bersama Leonna, dia bagaikan seseorang yang maniak sex, rasanya tak ingin berhenti.
Leonna dengan santai masuk ke dalam Jacuzzi, ia berendam disana sambil memainkan busa sabun di tangannya tanpa memperdulikan keberadaan Verrel. Verrel berjalan mendekati Leonna dan duduk di sisi Jacuzzi, "maaf yah, Kakak ngebentak kamu tadi." Verrel membelai kepala Leonna. Leonna tak menganggapnya dan malah memejamkan matanya, menghirup aroma terapi yang mampu menyegarkan kepalanya.
Leonna tersentak saat air dalam Jacuzzi bergerak, membuatnya membuka mata dan kaget saat Verrel sudah duduk di belakangnya dan menarik tubuhnya untuk mendekat dan duduk di atas pangkuannya. "ihhh apaaan sih." pekik Leonna yang kaget sampai air di dalam Jacuzzi tumpah karena mereka yang tak bisa diam.
"Maafin Kakak yah princes, tadi Kakak sungguh tak sengaja membentak kamu." ucap Verrel saat berhasil memeluk tubuh Leonna dari belakang.
"Aku kan cuma bercanda, kenapa Kakak malah membentakku." cicit Leonna yang akhirnya pasrah setelah saling tarik menarik dengan Verrel.
"Iya maaf, kakak pikir kamu serius. Kakak tidak mau orang lain melihat tubuh indah kamu." bisik Verrel,
"Kakak juga pamerin tubuh indah kakak." ucap Leonna tak mau kalah.
"Iya Kakak minta maaf yah sayang, jangan marah lagi. Kakak janji tidak akan bertelanjang dada lagi di depan umum." ucap Verrel membuat Leonna terdiam. "kamu maafin kakak kan? Kenapa diam saja, hmm?" Verrel mengecupi Leonna.
"Bagaimana aku bisa konsentrasi bicara dengan kakak, kalau itu kakak nusuk-nusuk punggung aku. Kan bikin aku merinding," ucapan polos Leonna membuat Verrel terkekeh.
"Dia ingin sarapan." bisik Verrel membuat Leonna merona malu, tubuhnya terasa meremang. "kamu mau kan?"
"Biasanya gak nanya," Leonna memalingkan wajahnya karena malu.
"Tapi kan sekarang kamu sedang marah, takutnya nanti dia menyakiti kamu." ucap Verrel. "kamu mau?"
"Hmm," jawab Leonna.
"Apa?" goda Verrel dan Leonna mengangguk. "iya apa maksudnya? Kakak mendadak gagal focus." keluh Verrel membuat Leonna mendengus kesal. "cepat katakan, sebelum dia ngambek."
"Iya Kakak," cicit Leonna seraya menggigit bibir bawahnya.
"Iya apa? Mau apa?" goda Verrel membuat Leonna semakin merona malu.
"Ih dasar nyebelin, rasain ini." Leonna mencubit badan Verrel membuatnya terkekeh. Hingga sekarang posisinya berbalik, Leonna berada di bawah Verrel. Air di dalam Jacuzzi semakin tumpah ke bawah karena ulah mereka berdua.
"Kakak mencintaimu," ucap Verrel mencium hidung Leonna.
"Aku juga, dan kakak jangan deket-deket si Kere itu lagi." ucap Leonna.
"Oke, sekarang diamlah dan nikmati saja," ucap Verrel.
"Oke," Leonna menyambutnya dengan bahagia, hingga Verrelpun menyatukan tubuh mereka berdua.